Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DILATASI
Suka
Favorit
Bagikan
16. Takut

LOBI PENGINAPAN 2018 - 04.37 MALAM

Hayan dan Remy menangkap Nadia yang terpental. Mereka bertiga bangkit.

[HAYAN] Ketua ga papa?

[NADIA] Ya. Terima kasih. Yan, Rem.

[REMY] Well. That was badass, Ketua. (Tertawa)

[LINA] (Ikut tertawa) Itulah Ketua kita, guys. Ga takut apapun. Literally.

[RIO] Anjay! Ga salah lu jadi ketua kita, Ketua! (Mengacungkan jempol)

[RIO] Terus gimana? Dia udah ngunci pintu kamar lagi.

[NADIA] Dia ga bisa sembunyi selamanya. Kekuatannya pasti lama kelamaan bakal terkuras.

[NADIA] Dan juga, secara teknis dia sudah terkepung. Oleh kita di masa sekarang dan orang dari masa lalu.

[REMY] (Menunjuk ke kamar-9 di lantai dua) Lagipula, sudah ada kamar yang kebuka.

Mereka melihat kamar-9 yang terbuka di lantai dua.

[NADIA] Kek yang tadi kalian dengar. Dia hanyalah pengecut rendahan yang ngemanfaatin setan-setan di sini.

[REMY] (Berjalan naik ke lantai dua) Gue yakin. Setan di dalam kamar itu ga tahu apa-apa.

[NADIA] Habisi setannya, Rem. Mau ga mau pasti si Larana itu pasti nongol lagi.

Remy berjalan mantap menuju kamar-9 sambil mengacungkan jempol.

DI DALAM KAMAR-7 1977 - MALAM HARI

Radja terduduk di dalam kamar-7 sambil membaca pesan yang telah ia catat.Suara pintu terbuka terdengar. Bukan suara derit pintu, sehingga Radja sedikit terkejut.

Radja melihat di lantai satu, kamar-8 terbuka. Ia pun turun dan menuju ke arah kamar-8.

Dari dalam kamar-8, Larana sedang duduk menghadap Radja. Keduanya saling bertatapan.

LOBI PENGINAPAN 1977 - MALAM HARI

[RADJA] (Berjalan mendekati) Biar kutebak. Kau pasti Larana.

[LARANA] (Tersenyum genit) Halo, cah bagus. Kamu lebih tampan jika dilihat secara langsung.

[RADJA] Cukup basa-basinya, setan laknat! Kau pasti tahu kenapa aku di sini!

Ekspresi Larana langsung berubah. Larana menatap dengan amarah ke arah Radja.

[LARANA] Saat kau berhasil kabur dari desa ini 17 tahun yang lalu. Aku langsung sadar bahwa kau adalah keturunan wanita itu.

[LARANA] Aku sadar cepat atau lambat kau pasti kembali ke desa ini. Namun, yang tak kusangka adalah kau dengan nekad membawa pergi semua warga desa.

[LARANA] Dan juga, secara terang-terangan kau menghancurkan desa ini. Membakar semuanya menjadi tanah.

[LARANA] Bukankah ini tempat kelahiranmu? Bukankah ini tempat kau dibesarkan? Mengapa kau tanpa ragu menghancurkannya?

[RADJA] (Mendekat ke kamar-8) Ya. Desa ini memang tempat kelahiranku. Namun, kejadian 17 tahun yang lalu mengubahku.

[RADJA] Ayah dan Ibuku selalu berkata jika sudah besar nanti aku harus pergi dari desa ini.

[RADJA] Ayah dan Ibuku selalu berkata bahwa semua yang ada di desa ini hanyalah kepalsuan. Kemakmuran, sumber daya, semua hal di desa ini adalah kepalsuan.

[RADJA] Awalnya aku tak mengerti maksud mereka. Sampai aku melihatnya. Melihat ritual itu dengan mata kepalaku sendiri. (Memejamkan mata mencoba mengingat)

[RADJA] Aku melihat sendiri apa yang terjadi di dalam penginapan ini. Bagaimana orang-orang dari luar desa dikorbankan.

[RADJA] 17 tahun yang lalu, aku hanya bocah berumur 10 tahun. Hanya seorang anak kecil. Pemandangan itu membuatku terkejut, shock, dan trauma.

[RADJA] Saat itu aku mengerti apa yang maksud perkataan kedua orang tuaku.

[RADJA] Kepala Desa yang mendapatiku melihat ritual itu langsung memburuku. Dia memburuku dengan beberapa orang desa dengan niat membunuhku.

[RADJA] Ayah dan Ibuku melindungiku. Mereka menuntunku kabur keluar dari desa ini. Namun, mereka tak ikut kabur bersamaku.

[RADJA] Itulah terakhir kalinya aku melihat Ayah dan Ibuku. Dan, tak perlu penjelasan lebih jauh. Ayah dan Ibuku pasti sudah dibunuh.

Radja mengingat kenangan bersama Ayah dan Ibunya. Ia membuka matanya dan menatap tajam ke Larana.

[RADJA] Ayah dan Ibuku memang selalu berkata kepadaku untuk meninggalkan desa. Namun, mereka juga berkata kalau bisa selamatkanlah desa ini.

[RADJA] Ayah dan Ibuku memang tahu apa yang sebenarnya terjadi di desa ini. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah terlalu terikat dengan keadaan.

[RADJA] Dan, karena itu. Aku mewarisi tekad kedua orang tuaku untuk menyelamatkan desa ini. Tekad Ayah dan Ibuku yang mempertaruhkan nyawa mereka untukku.

[RADJA] Aku kembali ke desa ini untuk menyelamatkan desa ini serta membalaskan kematian kedua orang tuaku! (Mengarahkan linggis ke arah Larana)

[LARANA] Sekarang, kekuatanku sudah cukup untuk menghabisimu. Apa kau pikir bisa mengalahkanku, cah bagus?

[RADJA] (Tersenyum) Kau pasti tahu apa yang terjadi dengan setan-setan di sini, bukan? Semua setan-setan di sini sudah kuhabisi.

[RADJA] Apa kau mau tahu bagaimana mereka dihabisi, Larana? (Nada mengejek)

Larana mengangkat telapak tangannya dan menghempaskannya ke arah Radja. Kumpulan energi tak kasat mata melayang cepat ke arah Radja.

Radja segera memegang linggis secara menyilang di depan mukanya. Posisi seolah berada di belakang perisai besar.

Serangan energi tersebut tak mengenai Radja. Seperti ditahan perisai, serangan energi Larana terbias ke sisi kiri dan kanan Radja.

[LARANA] (Terkejut) Hah!? Bagaimana mungkin!?

Radja berlari cepat ke arah Larana. Radja mengayunkan linggis ke wajah Larana. Larana menyilangkan kedua tangannya berusaha menahan hantaman linggis.

Momen ketika linggis menyentuh tangan Larana, tangan Larana langsung melepuh. Dengan menahan sakit, Larana tetap mempertahankan posisi tangannya agar tajk terkena wajahnya.

Larana terpental ke samping. Kedua tangannya melepuh dan mengeluarkan desis terbakar. Radja berada di dalam kamar-8.

[LARANA] (Memegang tangan dan menjerit) Tanganku!! Tanganku!! Linggis apa itu!?

[RADJA] (Menunjukkan linggis) Linggis inilah yang menghabisi semua setan di sini.

[RADJA] Linggis ini jugalah yang menghabisi Leak saat itu.

Larana terdiam dan bergeming mendengar Radja mengatakan Leak sudah dihabisi.

[LARANA] (Ekspresi tidak percaya) Kau... Sudah menghabisi Balutu..?

[LARANA] Mustahil!! Kau tidak mungkin mengalahkan Balutu!! Kau tak mungkin bisa menghabisi salah satu saudaraku!!

[RADJA] Pada kenyataannya, dia memang sudah kami habisi.

Larana menatap Radja dengan tatapan kemarahan. Tatapan Radja penuh kepercayaan diri. Radja tahu situasi ada di bawah kendalinya.

DI DEPAN KAMAR-9 2018 - 04.38 MALAM

Remy berdiri di depan kamar-9. Dengan percaya diri, Remy masuk ke dalam. Begitu Remy masuk ke dalam kamar tidak tertutup.

[REMY] (Bingung) Kenapa ga ketutup?

Nadia, Lina, Hayan, dan Rio yang melihat dari bawah lobi juga heran.

[HAYAN] Eh? Kenapa ga ketutup? Ketua, kenapa ini? (Melihat Nadia)

[NADIA] (Setengah berteriak) Rem! Linggisnya masih ada ga?

[REMY] (Memastikan) Iya, Ketua! Masih ada gue pegang!

[RIO] Kalo gitu berarti ga ada yang terjadi di masa lalu, kan?

[LINA] Ketua? Apa yang terjadi? (Melihat Nadia juga)

[NADIA] Aku juga ga tahu. Kalo linggis sama tengkoraknya ga pindah, harusnya semuanya baik-baik saja.

Kemudian terdengar dentuman keras dari dalam kamar-8. Bersamaan dengan suara itu, kamar-9 tertutup. Nadia, Hayan, Lina, dan Rio sekarang hanya bisa percaya pada Remy.

DI DALAM KAMAR-9 2018 - 04.39 MALAM

[REMY] (Menyalakan senter) Baiklah. Permainannya sudah dimulai. Ayo, datanglah setan!

Dari cermin, keluar sosok hitam legam dengan rambut acak-acakan. Genderuwo. Kemudian suasana kamar pun berubah menjadi hutan. Remy agak terkejut namun ia sudah mempersiapkan diri.

[REMY] Owh, jadi ini skill lu? Ngubah battle field? Nice juga.

Dari suasana hutan tersebut, Genderuwo berbicara.

[GENDERUWO] Yang Mulia Larana berkata padaku untuk menghabisimu.

[GENDERUWO] Tak biasanya Yang Mulia Larana memberi perintah seperti itu. Padahal dari yang kulihat kau hanya manusia lemah.

[REMY] (Nada mengejek) Kalo gitu berarti, si Larana takut sama gue dong?

[GENDERUWO] Berani-beraninnya kau menghina Yang Mulia Larana, manusia rendahan!

Genderuwo menyerang Remy dari antara pohon-pohon. Tapi, Remy sudah bersiap. Remy menghantam Genderuwo saat meloncat ke arahnya. Genderuwo terhantam di bagian pundak.

Sebelum terjatuh, Genderuwo mencabik kaki Remy. Remy juga ikut terjatuh. Remy menahan sakit di kakinya dan berusaha berdiri. Begitu juga Genderuwo.

Mereka berdua saling berhadapan menunjukkan ekspresi kesakitan. Sakit yang dirasakan Remy membuatnya sedikit goyah. Kemudian terbersit pikiran tentang bisikan suara wanita yang tidak datang padanya. Remy semakin goyah.

[REMY] (Bergumam) Kenapa tidak datang? Apa memang cuman gue yang ga bisa ngedenger?

[REMY] (Masih bergumam) Apa jangan-jangan gue ditinggalkan? Gue diabaikan?

Tekad Remy seakan goyah. Remy terlihat kalut. Genderuwo menyadari kegoyahan tekad Remy dan memanfaatkannya.

[GENDERUWO] (Tersenyum licik) Kenapa denganmu manusia? Kau mulai takut? Kau mulai kehilangan keberanian?

[REMY] (Tersadar dari gumaman) Bacot, setan anjing!!

Genderuwo menghilang lagi di antara pepohonan. Tekad Remy semakin goyah. Suara Genderuwo terdengar dari antara pepohonan.

[GENDERUWO] Manusia memang mudah ditebak.

[GENDERUWO] (Tertawa) Kau merasa diabaikan, bukan? Kau merasa ditinggalkan, bukan?

[REMY] (Semakin kalut) Setan anjing!! Bacot!! Sini by-one sama gue!! Tunjukin diri lu!!

[GENDERUWO] Kau merasa tidak diperlakukan sama dengan yang lain, bukan?

[GENDERUWO] Kau pasti berpikir ’mengapa hanya aku yang tidak mendapat sesuatu’, bukan?

Pikiran Remy semakin kalut, tekadnya semakin goyah. Pikiran Remy semakin menjadi-jadi. ’Mengapa hanya aku yang tidak mendengar bisikan itu?’

Remy merasa ketakutan. Dia merasa takut yang sangat takut. Remy terdiam membatu. Remy lengah dan Genderuwo melihat hal tersebut.

Dengan cepat, genderuwo menyerang Remy dari belakang dan mencabik punggung Remy. Remy terjerembab ke depan dan berteriak kesakitan.Keraguan, ketakutan, dan rasa sakit bercampur aduk. Keputusasaan mulai muncul di mata Remy.

Genderuwo memang mencabik punggung Remy, namun luka yang ditorehkan tidak terlalu dalam. Genderuwo merasa tenaganya seperti terkuras. Ditambah dengan luka hantaman linggis yang masih membekas di pundaknya.

Genderuwo mulai merasakan sakit. Pundaknya mulai mengepulkan asap. Rasa terbakar mulai terasa di pundaknya.

[GENDERUWO] Manusia kurang ajar!! Apa yang kau gunakan sehingga aku merasa sakit seperti ini!?

[GENDERUWO] Aku akan benar-benar menghabisimu! Dan memberikan jasadmu pada Yang Mulia Larana.

Genderuwo mendekati Remy yang terkapar di tanah. Remy yang melihat Genderuwo mendekat segera bangkit berdiri.

Remy bergerak bukan lagi karena keberanian namun rasa takut. Remy berdiri dan berusaha melawan Genderuwo hanya karena ingin segera lepas dari kondisi ini.

Genderuwo berjalan sempoyongan, tenaganya semakin terkuras, asap yang mengepul semakin terlihat. Remy menerjang Genderuwo, bukan karena berani namun karena rasa takut.

Serangan Remy diterima mentah-mentah oleh Genderuwo. Genderuwo tak bisa menghindar karena tenaganya yang semakin lama semakin terkuras.

Remy menghajar dengan membabi-buta melupakan pesan yang seharusnya ia ukir. Kondisi Genderuwo tampak mengenaskan. Kali ini, Genderuwo yang terkapar jatuh.

Sihir Genderuwo menghilang, suasana kamar kembali seperti semula.

[GENDERUWO] (Bangkit dan menghempaskan Remy) Brengsek!! Manusia keras kepala!!

Remy terpental ke belakang menabrak pintu kamar. Posisi Genderuwo berada di dekat cermin. Genderuwo berusaha berdiri dengan sempoyongan.

Genderuwo memegang cermin sebagai tumpuan untuk berdiri. Namun, Genderuwo malah terjatuh ke dalam cermin karena sihirnya masih aktif.

Remy yang melihat Genderuwo masuk ke dalam cermin berpikir seolah Genderuwo ingin kabur. Dan, ia teringat bahwa pesan bagiannya belum diukir.

[REMY] (Panik) Tunggu!! Jangan kabur!!

Remy menggapai linggis dan melemparnya ke arah cermin. Remy melemparnya dengan perasaan ragu. Berharap Genderuwo memang benar-benar kabur sehingga ia bisa lolos dari kondisi ini.

Lemparan Remy yang penuh keraguan masih bisa mencapai cermin. Tepat di ujung bawah kanan cermin. Retakan kecil muncul akibat lemparan tersebut dan menjalar secara diagonal.

Terjadi distorsi saat retakan kecil muncul. Genderuwo merasakan distorsi tersebut saat berada di dalam cermin. Distorsi tersebut membuat Genderuwo terlempar ke masa lalu. Distorsi tersebut mengarahkan Genderuwo ke dalam kamar-9 yang di lantai satu.

Selain itu, ketika retakan itu muncul, bagian lobi juga merasakan distorsi.

LOBI PENGINAPAN 2018 - 04.45 MALAM

[NADIA] Kenapa ini!? Ada apa ini!?

Lina, Hayan, dan Rio juga merasakan distorsi tersebut. Lalu, dari lantai dua, kamar-9 terbuka. Remy tampak merangkak keluar dari sana.

[NADIA] (Melihat Remy) Rem!? Kamu baik-baik aja!?

Nadia dan Hayan segera berlari ke arah tangga. Tapi, mereka berdua seperti menabrak dinding transparan saat di tangga. Mereka tidak bisa menghampiri Remy.

[HAYAN] (Memukul-mukul dinding transparan) Anjing!? Apa-apaan ini!? Kenapa ini!?

Sementara itu. Genderuwo yang terlempar ke kamar-9 di lantai satu berdiri hendak membuka pintu. Tenaga yang semakin terkuras membuat Genderuwo sempoyongan.

Momen ketika pintu terbuka, Genderuwo juga jatuh tersungkur.

LOBI PENGINAPAN 1977 - MOMEN SEBELUM RADJA TERLEMPAR KELUAR (CH 8)

Tepat saat Radja berada di depan pintu kamar-9, sosok besar dan hitam muncul dan tersungkur jatuh di depan pintu.

[RADJA] (Terkejut dan melompat ke belakang) Ahh!! Ternyata belum dikalahkan!

Namun, kondisi sosok hitam tersebut sangat mengenaskan. Terlihat kepulan asap dari seluruh tubuhnya seperti bekas terbakar.

Kondisi sosok hitam tersebut seolah baru mengalami perkelahian hebat. Terlihat juga cairan hitam mengalir dari tubuhnya. Seolah seperti darah pada manusia.

Radja melihat dan mengetahui bahwa sosok hitam besar itu adalah Genderuwo.

[RADJA] Penginapan ini semakin membingungkan. Aku sama sekali belum melawan Genderuwo ini. Tapi, kondisinya sudah sangat mengenaskan.

Ketika Radja mendekati dan ingin menyentuh, Genderuwo tersebut tiba-tiba bangkit. Genderuwo bangkit terjongkok dan melihat Radja.

Radja pun mengambil sikap bertarung dan memposisikan linggisnya.

[GENDERUWO] Tidak di sini, tidak di sana. Kalian para manusia memang menjengkelkan.

[RADJA] (Ekspresi bingung) Di sini? Di sana? Apa maksudmu?

[GENDERUWO] Jika aku sudah selesai dengan manusia di sebelah sana, aku akan datang menghabisimu! (Menunjuk Radja)

Radja tidak mengerti apa yang diomongkan. Genderuwo melompat masuk ke kamar lagi dan kamar pun terkunci lagi.

Genderuwo masuk kembali ke dalam cermin kembali ke masa depan. It’s now full circle.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar