Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
DI DALAM KAMAR-4 2018 - 03.32 MALAM
[LINA] Well. Aku baru saja mengalahkan Kuntilanak di kamar yang lain.
[LINA] Jadi, aku tak ada rasa takut sedikitpun padamu. Apalagi lu cebol. (Tertawa)
[EBU GOGO] (Terkejut) Kau mengalahkan Sarati!? Mustahil! Bagaimana bisa!?
[LINA] Dengan ini. (Mengayunkan linggis dan menghantam Ebu Gogo)
Hantaman linggis membuat Ebu Gogo terpental ke dinding. Tubuhnya mengepulkan asap akibat hantaman linggis.
[EBU GOGO] (Segera bangkit) Argh! Mustahil aku bisa terluka! Linggis apa itu?
Ebu Gogo mengambil kuda-kuda. Tangannya seperti merapalkan pola sesuatu, seketika suasana kamar berubah menjadi hutan di malam hari.
[LINA] (Kaget) Hah!? Kenapa ini!? Jadi hutan!?
[EBU GOGO] (Bersembunyi di pohon-pohon) Dengan begini, kau tidak akan bisa menemukanku.
Ebu Gogo bergerak dengan cepat di antara pohon-pohon. Lina tidak bisa melihat gerakan Ebu Gogo karena terlalu cepat.
Secepat kedipan mata, Ebu Gogo sudah berada di bawah kaki Lina. Ebu Gogo mengigit dan mengoyak betis kiri Lina.
Lina berteriak kesakitan. Sebelum terjatuh, Lina sempat mengayunkan linggis untuk menghantam Ebu Gogo. Linggis tepat menghantam wajah dan merusak mata Ebu Gogo.
[EBU GOGO] (Mengerang kesakitan) Mataku!! Mataku!! Manusia brengsek!!
Kondisi Ebu Gogo yang mengerang kesakitan dimanfaatkan oleh Lina. Sambil merangkak dan menahan sakit, Lina menuju Ebu Gogo untuk mengukir pesan. Lina mengukir pesan yang diberikan padanya.
Ebu Gogo yang tak bisa melihat hanya meronta, mencakar, menendang secara membabi buta. Salah satu cakarannya mengenai lengan Lina.
[LINA] (Reflek menarik diri ke belakang) Setan sialan! Kalo bukan karena rencana yang sudah kami susu, gue pasti ngabisin lu di sini sekarang juga.
Darah mengalir dari kaki dan tangan Lina. Walau begitu, Lina masih sempat mengukir pesan di tubuh Ebu Gogo. Linggis tersebut selain mampu melukai setan juga menguras energi para setan.
Suasana kamar pun kembali seperti semula. Ebu Gogo bangkit, meraba-raba menuju cermin.
[EBU GOGO] (Menggeram menahan sakit) Kau akan menyesal manusia! Aku akan kembali untuk memakanmu! (Masuk ke dalam cermin)
[LINA] Itu pun kalo lu bisa balik lagi.
Setelah Ebu Gogo masuk ke dalam cermin, pintu kamar terbuka. Lina merangkak perlahan keluar kamar.
LOBI PENGINAPAN 2018 - 03.40 MALAM
Keempat temannya yang lain kaget melihat kondisi Lina. Nadia dan Remy membantu dan membopong Lina.
[REMY] Gila! Kenapa jadi gini, Lin?
[LINA] Setan yang gue lawan lumayan lincah. Tapi tenang aja, gue tetep berhasil buat ngukir pesan.
Lina terbaring di lobi penginapan. Nadia mengambil beberapa helai baju, menyobeknya dan membalut luka Lina.
[LINA] Makasih, Ketua.
[NADIA] Sepertinya laga selanjutnya akan menjadi lebih sengit.
Pintu kamar-4 sudah tercopot. Tengkorak dan linggis pun berpindah. Remy menyorotkan senter ke dalam kamar-4. Tulisan besar tertulis lagi di atas dinding. ’Lanjutkan’.
Remy masuk dan mengambil linggis.
[REMY] Oke. Gue selanjutnya.
DI DALAM KAMAR-3 1977 - MALAM HARI
Radja mendengar suara derit pintu terbuka. Radja tersenyum, ia tahu bahwa walaupun terpisah ruang dan waktu mereka bisa bekerja sama. Radja berdiri keluar dan membuka kamar-4.
Di dalam kamar-4, Ebu Gogo terkapar di lantai kamar dengan banyak asap yang mengepul dari tubuhnya. Tidak bisa melihat, namun Ebu Gogo merasakan ada sesuatu yang mendekat. Ebu Gogo mencoba berdiri namun tidak bisa.
[EBU GOGO] Yang Mulia? Yang Mulia? Engkaukah itu?
[RADJA] (Bingung) Sayang sekali. Aku bukan ’Yang Mulia’-mu.
Ebu Gogo terkejut dan berusaha sekuat tenaga untuk berdiri. Namun, tenaganya benar-benar terkuras.
[EBU GOGO] Manusia!? Tidak... Ini mustahil!!
[EBU GOGO] Mengapa kalian keras kepala sekali!!
[RADJA] Ya, memang. Kami manusia memang keras kepala.
Radja menghabisi Ebu Gogo dengan linggisnya. Linggis menembus jantung Ebu Gogo. Kemudian, jasad Ebu Gogo menjadi debu hitam berserakan di lantai.
Radja melihat pola garis dan titik yang terbentuk. Sedikit berbeda pola dengan yang didapat dari Kisut tadi.
[RADJA] (Mencatat pesan) Oke. Pesan sudah kuterima. Ayo kita lanjutkan, orang-orang masa depan.
Radja berdiri dan kembali menuliskan kata di dinding kamar. ’Lanjutkan’. Radja duduk bersandar kembali di dalam kamar-4.
DI DALAM KAMAR-4 1977 - MALAM HARI
Radja melihat pesan yang sudah ia catat.
[RADJA] Garis dan titik. Sepertinya ini kode morse. Sayang sekali, aku tidak hapal dengan kode morse.
[RADJA] Tapi, begitu keluar dari sini aku akan segera menerjemahkan pesan ini.
Kemudian, Radja memikirkan kembali perkataan Ebu Gogo barusan.
[RADJA] ’Yang Mulia’? Apa maksudnya?
LOBI PENGINAPAN 2018 - 03.41 MALAM
Remy berdiri di depan kamar-5, kamar yang akan dimasukinya. Remy menggengam linggis dengan erat dan membuka pintu.
[HAYAN] Tunjukkan kemampuan lu, Rem! Tunjukin skill gaming lu!
[NADIA] Ingat, Rem. Tugas kamu buat ngukir pesan. Jangan kalahin setannya.
[REMY] Siap, Ketua! Gue ga akan lupa. (Pintu tertutup)
DI DALAM KAMAR-5 2018 - 03.41 MALAM
Remy sudah berada di dalam kamar-5. Suasana gelap dan kedap suara dirasakan oleh Remy. Remy menyorotkan senter ke penjuru kamar. Remy mengingat perkataan Lina dan Rio.
[REMY] Lina sama Rio bilang mereka denger suara bisikan wanita. Kira-kira si Hayan barusan denger juga ga, ya?
[REMY] Terus gue bakal denger juga ga nanti?
Lalu, Remy merasakan getaran yang cukup besar. Remy menyorotkan senter ke arah cermin. Cermin terlihat bergetar. Dari cermin perlahan keluar sesuatu.
Makhluk yang keluar sangat menyerupai manusia. Berpenampilan seperti laki-laki petani paruh baya. Lengkap dengan pakaian bertani dan topi ladang.
[REMY] Jadi lu lawan gue, hah!?
[REMY] Gue kira setan yang keluar bakal yang aneh-aneh gitu. Ga tahunya mirip manusia, udah gitu tua pula.
[REMY] Lu mirip kek pak tua biasa. Lu beneran setan, hah!? Cupu amat untuk ukuran setan. (Tertawa)
Remy melihat dan berjalan mendekati makhluk itu. Kemudian, keanehan terjadi. Semakin Remy mendekat, semakin besar makhluk itu terlihat. Remy merasakannya juga. Suasana kamar seperti membesar dan Remy merasa dirinya mengecil.
[REMY] (Melihat sekitar kamar) Hah!? Anjing!! Kenapa ini!?
Ketika Remy berpaling lagi melihat makhluk itu. Makhluk itu sudah menjadi sangat besar. Kepala makhluk itu sampai ditekuk karena menyentuh langit-langit kamar.
Remy tidaklah mengecil, ruangan tersebut yang semakin membesar begitu juga dengan setan tersebut. Setan yang semakin membesar ketika dilihat, Begu Ganjang.
[BEGU GANJANG] Sekarang. Siapa yang biasa saja, manusia kecil?
Ukuran Begu Ganjang sangat panjang jika dibandingkan dengan Remy. Remy tampak sedikit gentar dengan pemandangan tersebut.
[BEGU GANJANG] Aku sempat bingung mengapa Yang Mulia Larana mengunci pintu kamarku.
[BEGU GANJANG] Tapi, sepertinya itu bukan masalah lagi. Karena sudah ada tumbal untukku di sini.
Remy tidak mengerti maksud ucapan Begu Ganjang. Namun, Remy berusaha mengumpulkan keberaniannya. Remy terdiam seperti menunggu sesuatu.
Dia menunggu bisikan suara wanita yang diceritakan Lina dan Rio. Bisikan tersebut tidak datang. Remy merasa kesal dan kecewa.
[BEGU GANJANG] Kemana mulut besarmu tadi, manusia kecil?
[REMY] (Menerjang kaki Begu Ganjang) Bacot!! Setan, anjing!!
Kaki Begu Ganjang terpental dihantam linggis tersebut. Karena tubuhnya yang panjang, Begu Ganjang terjatuh ke samping. Remy menghantam pundak Begu Ganjang yang terjatuh ke samping. Ukuran yang besar menyulitkan Begu Ganjang untuk menghindar.
[BEGU GANJANG] Argh!! Mustahil!! Linggis apa itu!?
Kaki dan pundak Begu Ganjang yang terhantam mengepulkan asap dan mengeluarkan desis bekas terbakar.
[REMY] Banyak bacot, njing!! Setan ngentot!!
Tanpa belas kasihan, Remy bertubi-tubi menghantam Begu Ganjang. Perlahan ukuran Begu Ganjang pun mengecil. Tenaga Begu Ganjang terkuras.
Remy terhenti sebentar mengingat perkataan Nadia.
[REMY] Ah! Sial. Hampir gue lupa. (Berhenti)
[REMY] Untung aja ukuran lu gede. Kalo dalam game ukuran itu berbanding terbalik sama agility.
[REMY] Makanya lu susah ngehindarin serangan gue.
Begu Ganjang tersebut mengerang kesakitan. Ukuran tubuh Begu Ganjang sudah lebih berkurang dari ukuran awal, namun tetap masih satu setengah kali lebih besar dari Remy.
[BEGU GANJANG] Kenapa ini bisa terjadi!? Linggis apa itu? Kau seharusnya tumbal yang diberikan padaku, manusia brengsek!
[REMY] Tidak hari ini, setan sialan. (Mengukir pesan di tubuh Begu Ganjang)
Begu Ganjang menjerit kesakitan. Saat sudah selesai mengukir pesan, Begu Ganjang dengan sekuat tenaga menghempaskan Remy ke dinding kamar.
[BEGU GANJANG] (Berjalan tertatih ke arah cermin) Tidak. Seharusnya tidak seperti ini. Ingat ini, manusia brengsek! (Masuk ke dalam cermin)
Remy bangkit berdiri melihat Begu Ganjang yang perlahan masuk ke dalam cermin. Remy tersenyum sinis, mengejek Begu Ganjang.
[REMY] Well. Gue sih bisa nginget. Ga tahu kalo lu nanti.
Pintu kamar terbuka dan Remy berjalan keluar kamar. Remy keluar dengan ekspresi kesal dan kecewa.
LOBI PENGINAPAN 2018 - 03.52 MALAM
[HAYAN] (Menghampiri dan menepuk pundak) Nice! Lu ga terluka. Mantap! Tapi, kenapa lu kesel gitu?
[REMY] Oh iya, Yan. Tadi pas lu di dalam kamar lu denger bisikan suara wanita? Yang diceritain Lina sama Rio?
[HAYAN] (Teringat) Ah! Iya, gue denger. Suara bisikan itu yang ngebantu gue buat ngelawan setan tadi.
Remy pun semakin kecewa mendengar jawaban Hayan.
[HAYAN] Emang kenapa, Rem? (Bingung)
[REMY] Gue ga denger suara bisikan itu. Kenapa?
Lina, Rio, dan Hayan tak dapat menjawab Remy. Nadia segera menghampiri Remy.
[NADIA] Tenang, Rem. Bukan itu masalah kita sekarang. Yang penting kita harus tetap lanjutin rencana kita buat keluar dari sini.
Remy tampak sedikit tenang mendengar perkataan Nadia. Walau masih ada sedikit getir kecewa tersimpan di hati Remy.
Kamar- 5 pun berubah. Kondisi kamar sama seperti kamar yang sudah-sudah. Pintu tercopot, cermin hancur, tengkorak dan linggis yang berpindah. Serta tulisan besar lain yang terukir. ’Lanjutkan’.
Nadia menaiki tangga. Nadia memilih kamar di lantai dua.
[LINA] (Setengah berteriak) Kenapa ke lantai dua, Ketua?
[NADIA] (Menjawab dari lantai dua) Ga papa, sih. Pengen aja.
[RIO] (Mengangkat bahu) Well. Itulah Ketua kita.
Saat Nadia akan membuka pintu kamar-6, Remy berteriak dari bawah.
[REMY] Ketua! Woi! Lu lupa ini! (Mengangkat linggis)
[NADIA] (Tersadar) Ah! Bener juga! Untung aku belum masuk ke dalam.
[REMY] (Melempar ke arah Nadia) Lu bisa juga ya ceroboh, Ketua.
[NADIA] Yah. Aku juga cuman manusia biasa. Terkadang bisa juga ceroboh.
Lina, Hayan, Remy, dan Rio melihat dari bawah lobi penginapan. Nadia pun masuk ke dalam kamar-6.
[NADIA] (Menggenggam erat linggis) Oke. Aku masuk.
DI DALAM KAMAR-4 1977 - MALAM HARI
Tak lama kemudian terdengar lagi derit pintu terbuka.
[RADJA] Kalian orang-orang masa depan benar-benar tidak memberiku waktu untuk istirahat. (Berdiri dan tersenyum)
Radja keluar kamar-4 dan menuju ke arah kamar-5 yang terbuka. Saat dibuka, seperti yang diperkirakan Begu Ganjang tergeletak di lantai kamar.
DI DALAM KAMAR-5 1977 - MALAM HARI
[BEGU GANJANG] (Kaget melihat Radja) Mustahil! Ada manusia di sini!?
[RADJA] (Mengangkat linggis) Karena aku memang dari tadi di sini.
Linggis menembus jantung Begu Ganjang. Begu Ganjang meronta kesakitan tak berdaya.
[BEGU GANJANG] (Mengangkat tangan ke atas dan berteriak) Yang Mulia Larana!! Tolong aku!!
Setelah berteriak, Begu Ganjang terkulai lemah. Begu Ganjang sudah dihabisi. Tubuh Begu Ganjang pun menjadi debu hitam. Pola garis dan titik yang baru terbentuk di debu hitam tersebut. Radja mencatat pesan tersebut.
Setelah itu, Radja melakukan hal yang sama terhadap kamar tersebut. Radja mengukir pesan di dinding. ’Lanjutkan’.
Radja duduk bersandar di dalam kamar-5, memikirkan teriakan Begu Ganjang barusan.
[RADJA] Larana? Siapa itu?