Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
LUAR PENGINAPAN - JAM 7 MALAM
Hari pun sudah gelap ketika mereka berhasil memadamkan api. Mobil sudah rusak dan tak bisa dipakai lagi. Rio naik pitam, ia menarik baju Hayan.
[RIO] Bangsat lu, Hayan! Anjing! Ini semua gara-gara lu yang pengen ke sini! (Hendak memukul)
[NADIA] (langsung menahan tangan Rio) Cukup! Marah-marah ga jelas kek gini ga bakalan bikin mobilnya nyala lagi.
[REMY] Terus gimana nasib kita? Kita ga mungkin balik ke desa jalan kaki. Jauh banget, anying. Ditambah kita pasti bakal kesesat di jalan malam-malam gini.
[LINA] Ga ada pilihan lagi selain nunggu besok. Hari juga udah gelap gini. Kita bakal tidur di mana?
[REMY] (Menghadap ke arah penginapan) Bukankah ada tempat kita buat tidur.
[RIO] Anjing! Emang bangsat lu, Yan! (Menunjuk Hayan)
[NADIA] Cukup! Cukup! Aku tahu kamu pengen balik, Rio. Tapi bener kata Remy, kita ga mungkin jalan kaki malam-malam gini pasti kesesat.
[NADIA] Lina juga bener, kita kudu nyari tempat buat bermalam. Hayan juga bener, penginapan ini satu-satunya pilihan kita buat bermalam.
[NADIA] Mau ga mau, suka ga suka. Cuman ini pilihan buat kita semua. Malam ini kita bermalam di sini. Cuman malam ini.
[NADIA] Besok pagi, saat matahari terbit kita langsung cabut balik. Meskipun jalan kaki.
Hayan dan Rio saling bertatapan. Hayan hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum tipis. Rio hanya menatap dengan ekspresi marah.
[NADIA] Untungnya kita dengerin saran kepala desa. Kita bawa makanan kan? Dan belum terbakar juga kan? Angkat barang-barang yang sekiranya masih bisa kita pakai dan bawa ke dalam penginapan.
[REMY] (Melihat ke dalam mobil) Iya, masih ada. Untung yang kebakar bagian mesin doang. Setidaknya malam ini kita ga kelaparan.
Mereka berlima pun mengambil barang-barang yang masih bisa dipakai dan makanan yang tidak terbakar. Saat mengambil barang-barang, Lina melihat powerbanknya masih tertancap di dalam mobil.
Lina ingat perkataan Rio tentang korsleting akibat powerbank. Lina yang mengetahui bahwa penyebab kebakaran adalah barang miliknya pun merasa bersalah.
LOBI PENGINAPAN - JAM 7.30 MALAM
Di dalam penginapan, Lina pun meminta maaf kepada Rio dan yang lain.
[LINA] Guys. Keknya aku tahu penyebab mobilnya kebakar. (Mengeluarkan powerbank yang sudah meleleh)
[LINA] Gara-gara powerbank yang aku cas di mobil. Powerbank-ku menyebabkan korsleting sehingga mobil kebakar.
[LINA] Aku minta maaf, guys. Terutama kepada Rio. Padahal tadi pagi kamu sudah bilang. Tapi, karena kecerobohanku kita semua jadi kejebak di sini.
Rio yang sudah lebih tenang pun ikut berbicara.
[RIO] Gue juga minta maaf. Gue tadi juga ceroboh ga matiin mobil. Karena panik, makanya gue tadi langsung ngelihat ke dalam.
[RIO] Yan, gue juga minta maaf. Gue tadi kelewat keras sama lu.
[REMY] Gue juga salah. Maafin gue. Seandainya gue ga penasaran buat nyari desa yang hilang ini, mungkin kita ga bakal kejebak di sini.
Nadia dan Remy hanya bisa tersenyum melihat kekompakan teman-teman mereka.
[NADIA] Aku suka kalian. Sungguh aku suka sama kalian semua.
Mereka berlima pun kembali akur lagi. Mereka sadar harus tetap kompak agar bisa menyelesaikan masalah mereka saat ini.
[REMY] Sekarang masalahnya, di penginapan ini ada listrik ga? Kita dari tadi pake lampu senter terus, nih.
[REMY] Kalo ga salah tadi belakang ada generator gitu. Keknya rusak tapi masih keliatan bagus juga.
[RIO] Oh ya? Di mana? Siapa tahu bisa gue benerin dan nyalain.
[REMY] Bener juga. Gue baru inget lu suka ngutak-ngatik mesin. Semoga aja bisa lu benerin.
Hayan dan Rio pun pergi ke belakang penginapan. Mesin generator yang dibilang Hayan memang tampak masih bagus. Rio hanya mengutak-atik sebagian kecil mesin tersebut. Ketika dinyalakan, mesin tersebut masih bisa berfungsi dengan baik dan listrik di penginapan hidup.
[LINA] Mereka hebat. Listrik udah nyala. Fix. Penginapan ini emang aneh.
[NADIA] Well. Mau gimana lagi. Kita kudu bertahan setidaknya sampe besok pagi.
Rio dan Hayan kembali ke dalam. Mereka pun berdiskusi.
LOBI PENGINAPAN - JAM 7.50 MALAM
[NADIA] Oke, teman-teman. Kita harus bermalam di sini. Sama seperti yang dibicarakan, begitu matahari terbit kita langsung cabut. Ga peduli meski jalan kaki.
[NADIA] Setidaknya kalo kita jalan kaki dari pagi, kita bisa sampe di desa siang ato sore hari.
Keempatnya mengangguk.
[NADIA] Nah. Aku saranin kita tidurnya gantian. Kita bikin shift-shift-an gitu. Karena kita ga tahu apa yang bakal terjadi di penginapan ini.
[LINA] Aku nyaranin sih yang tidur sekarang itu cowo-cowo. Entar kalo udah tengah malam gitu, cewe-cewe yang tidur. Gimana?
[REMY] Setuju. Yang berjaga bisa di lobi ini dan yang tidur di kamar tapi dengan pintu terbuka.
[REMY] Kalo gitu gue bakal temenin cewe-cewe ini berjaga. Rem sama Rio, lu berdua bisa tidur duluan aja.
[NADIA] Gapapa, Yan. Lu tidur juga gapapa.
[REMY] Santai, ketua. Ga enak juga ngebiarin cewe-cewe jaga sendirian. Lagian gue juga lagi penasaran sama tanggal-tanggal ini. (Mengeluarkan catatan dari tas)
[NADIA] Ah! Tanggal-tanggal kedatangan pria tua misterius yang dibilang sama kepala desa tadi pagi, ya. (Mendekat dan melihat catatan Hayan)
[NADIA] Apa yang ngebuat kamu penasaran? Tanggal-tanggal ini kan random banget.
[REMY] Aku tipe yang ga percaya gituan, ketua. Aku yakin pria tua tersebut datang pada tanggal ini dengan maksud tertentu.
[REMY] Pasti ada sesuatu di tanggal-tanggal ini. Pasti bukan karena random belaka.
[REMY] Gue yakin ada pola, corak, ato motif di tanggal-tanggal ini. Entah itu pola aritmatika, pola geometri, pola lain segala macam.
Lina melihat-lihat ke dalam kamar, Remy menuju ke kamar yang ada tengkoraknya, dan Rio tampak membuka beberapa bungkus makanan. Remy keluar dan membawa linggis yang tertinggal di samping tengkorak.
[REMY] Ini lumayanlah buat senjata. (Memberikan kepada Rio)
[RIO] Eh, anjing! Ngapain kasih ke gue. Inikah barang si tengkorak. Kalo ada apa-apa gimana?
[NADIA] Sepertinya gapapa deh. Kamu aja yang terlalu takut, Rio. (Tertawa)
[REMY] (Tertawa) Bener kata ketua. Lu terlalu paranoid aja. (Duduk dan meletakkan linggis di samping)
[REMY] Yan. Lu bilang ada sesuatu di tanggal-tanggal itu. Lu bakal nyari di mana?
[REMY] Internet. (Sambil menunjukkan hape)
[RIO] Ada sinyal di sini!? (Langsung mengambil hape juga)
[REMY] Kalo gitu kenapa ga telpon kepala desa aja buat jemput kita di sini.
[REMY] Udah gue lakuin. Udah gue WA, Line, dan udah gue coba telpon malah. Tapi ga nyambung. WA sama Line juga kelihatannya pending.
[LINA] Iya. Ini aneh. Internet jalan. Tapi pas gue nyobain chat ke temen gue, malah centang satu semua.
Semua kembali hening. Hayan masih mencari-cari informasi dan berusaha memecahkan pola tanggal random tersebut.
[RIO] Mending kita cowo-cowo langsung tidur aja. Biar tengah malam nanti gantian yang cewe-cewe.
[REMY] Ah, kalian aja duluan. Gue bakalan nemenin cewe-cewe sebentar.
[RIO] Oke deh. Rem buruan tidur.
[REMY] Ehh.. Mumpung internetnya jalan, biarin gue main game bentar napa.
[RIO] (Mengambil linggis) Lu mau gue tabok pake linggis? Cepetan tidur
[REMY] Kampret. Iya, iya. Padahal tadi ga mau megang.
[LINA] Kalian tidur di kamar yang itu aja. Udah gue rapihin tadi. (Menunjuk ke kamar yang terbuka di lantai satu)
Rio dan Remy masuk ke dalam kamar dan beristirahat, tentu saja dengan pintu terbuka sehingga masih terlihat dari arah lobi. Rio meletakkan linggisnya di samping tempat tidur. Kasur kamar cukup lebar untuk menampung dua orang tidur.
Nadia, Lina, dan Hayan berjaga di depan lobi. Saat itu sudah jam 9 malam. Saat tengah malam nanti, mereka akan gantian tidur.
Hayan dan Nadia masih nampak serius mencari pola tanggal-tanggal tersebut. Sedang Lina berjalan-jalan di lantai satu dan dua. Hingga jam 12 malam tak ada keanehan yang terjadi.
LOBI PENGINAPAN - JAM 12.10 MALAM
[REMY] Sudah jam 12 malam lewat. Lin, kalo gitu bangunin mereka berdua.
[LINA] Oke.
Lina membangunkan Rion dan Remy. Mereka pun bangun dan tampak mengumpulkan nyawa sejenak.
[REMY] Udah, ketua. Mending ketua tidur. Keknya bener kata ketua ini cuman random belaka.
Nadia yang awalnya tidak berniat untuk memecahkan pola tersebut malah menjadi bersemangat.
[LINA] Lu gimana, Yan? Tidur di kamar yang lain aja, ya.
[REMI] Gampang. Gue bisa tidur di mana aja.
[REMY] Ketua. Cukup. Mending tidur.
[NADIA] Bentar. Bentar lagi.
Rio dan Remy keluar dari kamar dan duduk di lobi bersama yang lain.
[REMY] Udah, ketua. Ga usah dipikir serius amat. Lagian sampe jam segini ga ada keanehan kan? Mungkin tempat ini ga seangker yang kita kira.
[RIO] Iya, bener. Tadi tidur kita aja nyenyak banget. Mending ketua tidur aja. Kasurnya empuk banget, loh.
Lina yang sudah masuk kamar terlebih dulu langsung merebahkan diri di kasur.
[LINA] Wih. Gila, empuk banget. Ketua! Buruan tidur. Ini kasurnya seriusan empuk sangat.
[NADIA] Abis ini. Abis ini. Aku janji bakal tidur.
Nadia menulis dengan cepat di catatan Hayan. Tampak rumus-rumus matematika tertulis dengan cepat. Hayan, Rio, dan Remy yang melihatnya hanya tertegun kagum.
[REMY] Well. gue tahu kalo ketua kita ini pinter. Tapi, kalo ini sih udah level jenius. Padahal kita bukan jurusan matematika, fisika, ato sains.
Nadia masih melanjutkan memecahkan pola tanggal tersebut. Lina yang tadi sudah merebahkan diri bangkit dan menuju cermin yang tergantung di dinding kamar.
Seperti cewe pada umumnya, Lina bersolek di depan cermin. Sesekali ia melihat ke belakang ke arah temannya. Karena cermin tergantung tepat di seberang pintu.
Karena merasa masih lama, Lina iseng bermain suit di depan cermin. Lina mengeluarkan batu, gunting, kertas. Tentu saja bayangan di cermin mengeluarkan sesuai dengan tangan Lina. Lina menoleh lagi ke belakang, masih melihat Nadia menulis.
Lalu ia bermain suit lagi di depan cermin. Saat Lina mengeluarkan gunting, bayangannya mengeluarkan kertas. Tampak ekspresi kesenangan di wajah Lina karena merasa dia menang. Sedetik kemudian Lina sadar.
Tak sempat bereaksi, pintu kamar langsung tertutup dengan keras. Keempat temannya yang berada di lobi kaget.
[NADIA] Lina!? Lina!? (Meninggalkan tulisan)
[REMY] Lina!! Lina!! (Membuka pintu dengan sekuat tenaga)
Pintu kamar tersebut terkunci dan Lina berada di dalam kamar tersebut.