Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
LOBI PENGINAPAN 2018 - 03.21 MALAM
Pintu kamar-3 tertutup dan terkunci. Hayan sudah berada di dalam.
[NADIA] Aku percaya Hayan pasti bisa. Baiklah, selanjutnya siapa yang akan masuk?
[REMY] Kek yang gue bilang tadi, ketua. Gue abis ini.
[LINA] (Menahan Remy) Ga, Rem. Gue duluan aja.
[REMY] Hah? Kenapa? Gue udah gatel nih pengen ngelawan setan.
[LINA] Karena itu, lebih baik gue duluan. Kalo lu masuk cepet-cepet lu pasti bakalan lupa buat ngukir pesan.
[RIO] Kalo itu gue setuju. Mending lu tekan dulu niat lu buat ngabisin setan. Rencana kita buat keluar dari sini, bukan buat banyak-banyakin kill.
Remy melihat ke arah Nadia dengan tatapan memelas. Nadia hanya mengangkat bahu.
[REMY] Cih! Oke, oke. Gue bakal tenangin dan fokusin piukiran gue dulu.
[LINA] Lagian gue udah punya pengalaman ngelawan Kunti barusan. (Tertawa)
[REMY] Kalo gitu abis lu, Lin. Gue yang masuk. Gue udah jernih pikiran sekarang. (Membanggakan diri)
[NADIA] (Mengangkat alis dan bergeleng kepala) Oke, kalo gitu. Selanjutnya abis Remy?
[RIO] Selanjutnya berarti gue. Gue bakal tunjukkin kalo gue udah bukan penakut lagi.
[NADIA] Abis itu baru aku. Dengan gitu, bakal sisa 2 kamar lagi. Siapa yang mau ngelawan setan lagi?
[REMY] Kalo Rio sama Lina ngelawan setan 2 kali, maka gue juga harus 2 kali. Gue akan masuk lagi.
[RIO] (Merasa tertantang) Owh, kita lomba-lombaan sekarang? Kalo gitu gue bakal ngelawan setan lagi. 3 kali ngelawan setan.
Remy merasa diejek, namun Nadia segera memotong Rio.
[NADIA] Ga, Rio. Buat kali ini aku yang ngambil jatah kamu. Aku bakal masuk lagi buat kedua kali. (Nada serius)
[REMY] Sip! Ketua emang ketuaku~~!
Rio tahu bahwa jika Nadia sudah bernada serius maka tak akan bisa dihentikan. Dengan demikian, urutan masuk kamar sudah selesai tinggal eksekusi.
DI DALAM KAMAR-3 2018 - 03.21 MALAM
Hayan menyorotkan senter ke penjuru kamar. Kemudian, Hayan merasakan sesuatu yang aneh. Suasana yang di lihat Hayan bukanlah suasana di dalam kamar, melainkan di lobi penginapan.
Hayan kaget dengan apa yang dilihatnya. Hayan tadi sudah masuk ke dalam kamar. Hal ini tak mungkin terjadi.
Hayan menyorotkan senter mencari teman-temannya, memastikan bahwa ini memang lobi penginapan.
[HAYAN] (Kebingungan) Apa-apaan ini!? Kan tadi gue udah masuk ke dalam kamar!?
[HAYAN] (Berteriak dan berkeliling) Guys! Lina! Rem! Rio! Ketua! Kalian di sini?
Ada yang menepuk pundak Hayan dari belakang.
[REMY] Kenapa lu, Yan?
[HAYAN] (Kaget dan menghadap ke belakang) Anjir! Remy!? Kemana yang lain? Perasaan tadi gue udah masuk ke dalam kamar. Kok jadi gini?
Remy hanya mengangkat bahu menunjukkan ketidaktahuan. Keduanya pun melihat sekitar mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Lalu, ada suara yang berbisik di telinga Hayan. Suara wanita yang diceritakan Lina dan Rio. ’Dia bukan temanmu, cah Bagus.’ bisik suara itu dengan lembut.
Hayan langsung melihat ke arah Remy. Hayan memang sudah curiga dari awal mengapa hanya Remy yang muncul. Namun, Hayan harus membuktikan bahwa itu memang bukan Remy.
[HAYAN] Rem. (Mendekat)
[REMY] Iya. Kenapa, Yan? (Menoleh ke arah Hayan)
[HAYAN] Pas kita nyari desa ini. Pas perjalanan. Lu sempat teriak-teriak di dalam mobil kan? Karena main game?
[REMY] (Terdiam dan berpikir sejenak) Oh, iya. Iya. Gue sampe ngeluarin sumpah serapah kan? Maklum tadi lagi kebawa atmosfer.
[HAYAN] Ga papa. Ga papa. Lagian kalo lagi seru emang kadang kek gitu kok. Gue juga ngerti.
[HAYAN] Abis itu Lina nyaranin buat mukul lu ga sih? Pake apa itu? Yang satu sisi pemukul terus satu sisinya... Aduh... Lupa.
[REMY] Martil? Iya. Iya. Emang jahat si Lina.
Hayan melihat Remy dengan tatapan seperti menangkap mangsa. Sudah terbukti, ini bukan Remy. Terima kasih kepada bisikan lembut itu.
Tanpa basa-basi Hayan langsung menghantamkan linggis ke wajah Remy palsu tersebut. Remy terpental dan berteriak keras. Suara Remy pun berubah menjadi lebih berat.
Remy palsu tersungkur jatuh dan wajahnya mengepulkan asap.
[HAYAN] Yang bener itu palu. Satu sisi pemukul dan satu sisi pencungkil.
[HAYAN] Dan, yang nyaranin itu bukan Lina. Tapi gue.
Remy palsu pun langsung berdiri dan berubah menjadi sosok hitam. Aura hitam menyebar dari seluruh tubuhnya, matanya merah menyala.
[HAYAN] (Bersemangat dan tertawa) Akhirnya. Akhirnya. Gue bisa ngeliat langsung dengan mata kepala gue sendiri.
[HAYAN] Lu adalah setan yang bisa berubah wujud menjadi seseorang yang dikenal. Lu bisa berubah menjadi Remy, temen gue. (Tertawa)
[HAYAN] Sosok hitam menyerupai bayangan dan membuat manusia tersesat dalam kegelapan. Kisut.
[KISUT] (Terheran) Kau tidak takut? Kau seharusnya takut padaku, manusia rendahan!
[HAYAN] (Tersenyum bangga) Sayang sekali, Kisut. Gue suka hal beginian. Gue pengen banget neliti lu sampe gue puas.
[HAYAN] Tapi, sayang. Gue ga punya waktu untuk itu. gue harus ngabisin lu saat ini juga.
[HAYAN] (Terhenti dan ingat tujuan utama) Ah. Tidak jangan dihabisi. Gue harus ngukir pesan di tubuh lu.
[KISUT] Manusia rendahan sepertimu ingin melawanku? Jangan membuatku tertawa. Kau hanyalah tumbal, manusia lemah! Kau hanyalah makhluk yang tak berdaya!
[HAYAN] Tak semua manusia itu lemah. Tak semua manusia itu tak berdaya. (Mengangkat linggis)
Kisut menerjang ke arah Hayan. Namun, Hayan sudah bersiap dan melawan Kisut. Hayan menghantamkan linggis ke arah Kisut.
Kisut terpental lagi dan bagian tubuhnya mengepulkan asap. Kisut terkejut dan tidak percaya.
[KISUT] Apa-apaan ini!? Bagaimana bisa!?
Hayan tak mendengarkan dan menerjang Kisut. Dalam sekejap, Kisut benar-benar dihabisi oleh Hayan. Linggis itu memang sangat ampuh.
Kisut tersebut terkapar. Hayan pun berhenti. Hayan mulai mengukir pesan yang sudah direncanakan sebelumnya. Kisut mengerang kesakitan.
Suasana kamar pun berubah lagi menjadi suasana kamar yang seharusnya. Hayan sudah selesai mengukir pesan dan mundur ke belakang.
[KISUT] (Kelelahan dan kehabisan tenaga) Manusia brengsek! Aku akan kembali padamu!
Kisut tersebut berubah menjadi seperti cairan hitam dan bergerak menuju cermin. Kisut kemudian masuk ke dalam cermin.
[HAYAN] Itu pun kalo lu bisa kembali.
Kemudian pintu kamar pun terbuka. Hayan keluar dari kamar-3. Keempat temannya berada di lobi penginapan. Kali ini Hayan tahu bahwa mereka semua adalah asli.
[REMY] Mantap, Yan! Gimana? Pesannya ga lupa lu ukir kan?
[HAYAN] Udah. Dan juga melihat kamar yang udah kebuka harusnya pesan udah tersampaikan.
[NADIA] Berarti tinggal nunggu waktu aja sampe kita ngeliat perubahan.
Mereka berlima memperhatikan kondisi kamar-3 dengan seksama. Perubahan terjadi dengan sangat cepat, dalam kedipan mata kondisi kamar-3 berubah.
Daun pintu kamar-3 sudah tercopot dan tergeletak di lantai. Kondisi yang sama seperti kamar yang sudah hilang setan penunggunya.
[RIO] (Kaget) Gila! Perubahannya cepat banget. Ga ada ancang-ancang ato semacamnya.
[LINA] Karena itu kita ga sadar pas pertama kali kamar yang gue masukin berubah.
[HAYAN] (Melihat tangannya sendiri) Linggisnya juga hilang. Berarti mekanisme penginapan ini memang kek yang gue sama Ketua teoriin.
Lalu, mereka melihat ke dalam kamar. Seperti yang sudah diduga, tengkorak sudah berpindah tempat. Persis dengan posisi bersandar dan linggis di sampingnya.
Kondisi kamar menjadi sama dengan kamar yang sudah hilang setan penunggunya, berdebu dan lapuk. Nadia menyorotkan senter ke arah tengkorak itu, lalu terlihat sebuah tulisan besar di dinding tepat di atas tengkorak itu.
’Selanjutnya’. Tulisan tersebut terpampang jelas di dinding.
[NADIA] (Tersenyum) Rencana kita berhasil. Kita akan keluar dari sini!
DI DALAM KAMAR-2 1977 - MALAM HARI
Radja terduduk bersandar. Suara derit pintu terdengar oleh Radja. Salah satu kamar di lantai satu terbuka, kamar-3.
[RADJA] (Berdiri dan tersenyum) Kalian memang bisa diandalkan, orang-orang masa depan.
Radja mendekat ke kamar-3, kemudian ketika membuka pintu sosok Kisut terkapar di lantai.
[RADJA] (Terheran) Setannya belum dihabisi? Apa maksudnya biar aku saja yang menghabisi?
Kisut melihat Radja tapi tak bisa bergerak karena tak memiliki tenaga. Radja mendekat dan berjongkok ke arah Kisut.
[KISUT] Apa yang terjadi di sini!? Kenapa kau masih ada di sini!?
Radja hanya diam melihat ke arah Kisut. Radja memposisikan linggisnya.
[KISUT] Aku tidak sudi dikalahkan manusia rendahan seperti kalian! Kalian hanya manusia rendahan!
Radja menusuk kepala Kisut. Kisut menggelepar beberapa saat kemudian berhenti. Kisut pun sudah dihabisi, kemudian musnah menjadi debu hitam. Sama seperti Kuyang sebelumnya.
Di antara debu hitam tersebut, ada pola garis dan titik yang terbentuk. Radja melihat pola tersebut.
[RADJA] Pola apa ini? (Memperhatikan)
[RADJA] Pola ini pasti bukan muncul tiba-tiba.
[RADJA] Ini pasti dibuat oleh orang-orang masa depan.
Radja pun mengambil sesuatu untuk mencatat pesan tersebut.
[RADJA] Apa yang ingin kalian sampaikan padaku, orang-orang masa depan?
Setelah selesai mencatat pesan tersebut, Radja melakukan hal yang sama seperti kamar yang lain. Radja mencopot daun pintu, menghancurkan cermin, begitu juga dengan kamar pasangannya di lantai dua.
Dengan demikian, sudah empat setan penunggu yang sudah dikalahkan. Radja masuk ke dalam kamar-3.
[RADJA] Jadi kalian menggunakan setan penunggu di sini sebagai sarana mengirimkan pesan kepadaku di masa lalu?
[RADJA] (Tersenyum dan mengangguk-angguk) Kalian cerdas juga, orang-orang masa depan. Aku jadi ingin melihat rupa kalian.
Radja pun menggunakan linggisnya untuk mengukir pesan di dinding kamar-3.
’Selanjutnya’. Begitulah pesan Radja untuk masa depan.
[RADJA] Dengan begini, seharusnya tak akan berubah di masa depan. Semoga saja.
[RADJA] (Duduk bersandar) Baiklah, orang-orang masa depan. Kita kalahkan semua setan di sini dan keluar dari tempat terkutuk ini.
Radja duduk tepat di bawah tulisan yang diukirnya. Tatapan percaya diri terpancar dari mata Radja.
Masa lalu dan masa depan saling bekerja sama untuk keluar dari penginapan terkutuk ini.
LOBI PENGINAPAN 2018 - 03.31 MALAM
[NADIA] (Melihat ke arah tengkorak) Ayo kita keluar dari sini, orang masa lalu.
[HAYAN] Oke! Ayo kita lanjutin rencana kita. Siapa selanjutnya?
[LINA] (Mendekati tengkorak dan mengambil linggis) Sesuai perjanjian, gue selanjutnya yang bakal masuk.
[REMY] Lin, lu udah punya pengalaman buat ngalahin setan kan? Bikin secepat mungkin, oke?
[LINA] (Berjalan keluar kamar) Emang itu yang bakal gue lakuin.
Lina berjalan keluar kamar, mengikuti dari belakang keempat temannya.
Lina memegang linggis tersebut dan memilih kamar yang selanjutnya dimasuki. Kemudian Lina berdiri di salah satu kamar di lantai satu.
[NADIA] Lina, kamu pasti bisa. (Mengacungkan jempol)
Lina mengangguk, membuka pintu kamar, dan masuk ke dalam. Pintu kamar pun terkunci.
DI DALAM KAMAR-4 2018 - 03.32 MALAM
Karena sudah mengalami hal ini sebelumnya, Lina tampak tenang. Di dalam kegelapan kamar, Lina menyorotkan senter ke penjuru kamar.
Seperti yang diduga, saat Lina menyorotkan senter ke arah cermin ada sosok seperti manusia kerdil yang keluar merangkak.
Sosok kerdil tersebut melihat Lina. Wajahnya seperti seorang nenek tua, berkulit hitam pekat, dan berambut hitam keputihan.
Makhluk itu adalah Ebu Gogo. Makhluk kerdil yang sangat suka memangsa manusia.
[EBU GOGO] (Tertawa cekikikan) Aku sudah lapar sekali. Akhirnya makananku datang juga.
Lina tampak tenang. Keberanian yang didapat Lina saat melawan Kuntilanak belum padam. Sekali lagi, Lina berharap mendengar bisikan lembut wanita itu.
[EBU GOGO] (Keluar sepenuhnya dari cermin) Kau sudah siap menjadi makananku, manusia cantik? Pasti rasamu nikmat sekali.
[LINA] (Tersenyum) Benar juga. Sepertinya gue ga butuh lagi suara bisikan itu.
Suara bisikan lembut wanita itu tidak muncul kedua kali untuk Lina. Karena memang Lina sudah tidak takut lagi. Lina menatap Ebu Gogo dengan tatapan percaya diri.
[EBU GOGO] (Tampak bergeming) Kau... Tidak takut? Kau tidak takut kepadaku?