Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cuk (A Story of Virginity)
Suka
Favorit
Bagikan
2. Ruang Merah Dolly
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUANG MERAH DOLLY - PETANG

Mariam telah mengganti bajunya dari kaos dan jeans menjadi satu mini dress yang menunjukkan lekuk tubuhnya. Sneakersnya pun ia ganti dengan high heels stilleto. Ia duduk di ruang berwarna merah dengan jendela besar menghadap jalan utama gang. Seorang perempuan paruh baya menghampirinya, lalu mengangkat sedikit dressnya supaya terlihat lebih seksi. Mariam menggeliat tapi tak menghentikannya.

MAMI

Sekali-sekali manut!

Mariam menyalakan rokoknya dan menunggu dengan kaki bergoyang-goyang. Ia memandang balik sinis para lelaki yang lalu-lalang memandang dirinya dari balik jendela. Ia mengembuskan asap rokoknya ke udara lalu mengubah posisi duduknya dari menyilangkan kaki menjadi mengangkang ke arah para lelaki bejat yang masih terus memandanginya. Mereka semua menganga, tapi masih tak berhenti menjemput Mariam.

CUT TO:

EXT. JALAN RAYA - PETANG

Langit berubah warna jadi jingga. Malam hampir tiba. Lans sedang berada di atas Vespa-nya yang menderu di atas aspal. Sore itu, Surabaya tidak macet.

Sembari mengendarai motornya itu, telinganya tersumpal earphone yang memutar lagu-lagu. Suara Marvin Gaye terdengar di telinga menyanyikan lagu “Let’s Get It On”.

MARVIN GAYE

I’ve been really trying, baby

Trying to hold back this feeling for so long

And if you feel like I feel baby

Come on, oh come on, ooh

Let’s get it on, ow baby

Let’s get it on, let’s love baby

Let’s get it on

Let’s get it on, woo

Di benak Lans, terbayang wajah Sam yang menyeringai. Lans berhenti di lampu merah, dan melihat plang jalan yang mengarahkan dirinya menuju rumah atau menuju tempat lain yang dikatakan Sam.

LANS

Bajingan kon, Sam.

Lans mengambil belokan ke kiri.

CUT TO:

EXT. KAWASAN DOLI - PETANG

Langit mulai gelap. Lampu-lampu kota mulai menyala. Kawasan perumahan itu tidak ramai, tidak juga sepi. Banyak lelaki mengenakan batik dan ibu-ibu berpakaian casual berdiri di depan rumah-rumah yang berjajaran. Rumah-rumah itu beberapa memiliki jendela besar-besar berkaca transparan dan berwarna-warni. Ada biru, merah, hijau. Di balik jendela, terlihat para perempuan duduk berbaris di sofa. Make-up mereka tebal. Senyum mereka tersungging selalu.

Beberapa mobil dan motor melintas sesekali di gang tersebut. Beberapa lelaki dan perempuan senang menghampiri mobil-mobil dan motor-motor tersebut. Beberapa mobil dan motor berhenti, beberapa yang lain hanya lewat, seperti Lans.

SILAMPUKAU

Dolly, yang menyala-nyala di puncak kota,

yang sembunyi di sudut jalang jiwa

pria Surabaya.

Dulu, di temaram jambon gang sempit itu,

aku mursal masuk, keluar, dan utuh

sebagai lelaki.

Di dasar kerat-kerat bir

yang kutenggak dalam kafir,

di ujung ceracau malam yang lingsir,

di dengung hambar aspal yang terus bergulir,

di lubang-lubang nyinyir ranjang matrimoni,

kupertanyakan nasibmu Dolly, oh Dolly.

Lans sangat pelan-pelan mengendarai motornya melewati gang itu. Ia tidak berhenti. Ia hanya lewat. Ia baru berhenti tidak jauh dari gang tersebut. Ia melihat ke belakang tempat kerlap-kerlip gang tersebut berada. 

LANS

(berbicara pada diri sendiri)

Cuuukkkkk, aku yo laopooooo~

Ponsel Lans berbunyi. Flo menelepon, tapi tak ingin Lans angkat. Ia hanya meninggalkan pesan bahwa ia sedang di jalan pulang, tidak bisa mengangkat telepon.

Lans membuka jaketnya, menepuk-nepuk pipinya sejenak, dan memutar balik kembali melintas ke gang tersebut. Kali ini, Lans berupaya berhenti.

Seorang lelaki menghampiri motor Lans yang masih berjalan pelan.

LELAKI BERBATIK

Mrene, Mas. Mau cari yang kayak opo?

Lans tidak bisa berhenti. Seorang perempuan tua tidak jauh dari situ, juga memberhentikan motor Lans.

PEREMPUAN TUA

Cangkruk sini, Mas. Banyak sing anyar.

Vespanya sempat goyah, tapi Lans mengendalikannya kembali. Dari jauh, seorang perempuan muda yang duduk di ruang merah dan merokok mengamati Lans dengan tatapan tertarik. Lans lalu beradu pandang dengan perempuan itu. Lans panik dan kembali keluar dari gang tersebut.

LANS

(bicara pada diri sendiri)

Awakmu wis gila, jeh!

Lans menarik napas dalam, lalu mengembuskannya panjang. Ia lakukan itu berulang-ulang kali.

LANS (CONT’D)

Tapi demi bojo, cuk. Demi malam pertama mak greng.

Lans mengenakan jaket lagi, supaya tidak terlalu dikenali. Ia memutar motor kembali menuju Gang Doli di percobaan ketiga. Samar-samar Lans mendengar kasak-kusuk para ‘papi’ di tepi jalan, di dekat gerobak gorengan.

PAPI 1

Siaga lur, akhir tahun iki rencana penutupannya. 

PAPI 2

Ra usah ribet, pindah yo tinggal pindah. Cuma masalah tempat ae. Langgananku yo wis ngerti cari aku ke mana.

PAPI 3

Tobat jeh tobat. Ikut pelatihan-pelatihan ngono lho yang koyok pemerintah mau.

PAPI 2

Biar apa? Masuk surga?

Semua ‘papi’ tertawa terbahak-bahak. 

Lans masih pelan-pelan menyusuri gang. Orang-orang yang berjaga di depan rumah mulai menyadari siapa Lans.

LELAKI BERBATIK

Eh, Masnya lagi. Wara-wiri ae, Mas. Sini ae kalo gitu.

Lans tapi tetap tidak berani. Namun, di tengah-tengah gang itu, Vespanya bertingkah. Ia mogok dan mati. Lans pucat, dan membeku. Ia bergeming di atas motor, tak bergerak, sementara banyak lelaki berbatik dan perempuan tua mulai pelan-pelan mendekatinya. Seperti kalau di film-film, adegan pemeran utama dikerubungi zombie.

Saat itulah, tiba-tiba perempuan muda yang sejak tadi memerhatikan Lans dari jauh, mendekati dan membantu Lans mendorong motor keluar gang.

PEREMPUAN MUDA

Hai...

Perempuan itu tersenyum ke arah Lans, sembari terus mendorong motor Lans.

LELAKI BERBATIK

Mar, kon mau ke mana? Balik mrene.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar