Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
35. EXT. JALAN PESISIR, DEKAT KAMPUNG ATAS AIR – SORE
Mobil Arka menyusuri jalan kecil yang mengarah ke pesisir.
Rumah-rumah panggung tampak dari kejauhan, berjajar manis di atas air, dengan semburat matahari sore yang memecah permukaannya menjadi kilau tembaga.
Arka mencondongkan tubuh, matanya menatap keluar jendela.
Ada sesuatu yang mengusik—hangat, samar, tapi kuat.
DANU
(NGINTIP KELUAR JENDELA JUGA)
Arka nggak berkedip.
ARKA
DANU
(KETAKUTAN KECIL)
Mobil berhenti sebentar karena macet kecil: anak-anak naik sepeda, ibu-ibu bawa belanjaan, dan penjual jagung lewat.
Arka otomatis membuka jendela sedikit—angin asin menerpa wajahnya.
Kamera POV Arka: Di kejauhan, teras rumah panggung kecil.
Siluet seorang gadis baru saja masuk ke dalam, dengan rambut yang berkibar terhempas angin.
Arka tidak pernah melihat Lira . . . tapi tubuhnya merespon seperti kenal.
ARKA
(PELAN, HAMPIR TIDAK TERDENGAR)
DANU
ARKA
(TERUS MENATAP.CUEK)
Angin tiba-tiba mengibarkan tirai jendela di teras rumah itu.
Sekilas . . . hanya sekilas . . . terlihat bayangan Lira sedang memindahkan gelas di meja.
Arka bergeming.
Sementara itu, di rumah panggung, Lira menoleh ke arah luar, merasakan sesuatu tanpa mengetahui apa.
SYNCHRONIZATION BAR (IMAJINATIF) muncul samar di layar Arka:
SYNCHRONIZATION: 63%
TARGET PROXIMITY: NEAR
DANU
Sopir dan Staff Dirga udah gelisah.
Arka menutup jendela pelan, memberi tanda untuk melanjutkan perjalanan.
Tapi tatapannya tetap ke arah teras itu sampai mobil benar-benar bergerak.
ARKA (V.O.)
(BINGUNG, JUJUR)
CUT TO:
36. EXT. BALIKPAPAN – DEPAN HOTEL PINGGIR PANTAI – SENJA
Mobil berhenti di depan hotel modern yang menghadap laut.
Bangunannya elegan, banyak kaca, dengan cahaya senja memantul di permukaannya.
Arka turun.
Begitu kakinya menginjak aspal . . . angin berubah. Seolah kota ini langsung men-scan dirinya.
Danu yang sudah turun duluan, dibantu Sopir segera mengeluarkan koper dari bagasi mobil. Sejenak ia tertegun. Merasakan ada sesuatu yang aneh, tapi nggak creapy dan goosebumps, justru bikin hati tenang.
Danu bergerak menuju lobby hotel – mengikuti Staff Dirga - sambil menarik koper dengan hati-hati, takut ada glitch tiba-tiba.
Begitu Arka mensejajari sobatnya, Danu langsung nyerocos.
DANU
Arka menghela napas panjang, menatap laut.
ARKA
Danu melirik Arka dengan tatapan “jangan mulai hal-hal metafisik lagi”.
DANU
Arka nggak menjawab.
Kamera bergerak — POV kota: Bagian kota yang biasanya biasa-biasa saja itu kini tampak berdenyut lembut. Seolah Balikpapan menyesuaikan diri dengan kedatangan Arka.
Narator masuk pelan, kayak bisikan lewat speaker yang agak rusak.
NARATOR (V.O.)
Danu mendengus.
DANU
Arka tidak menjawab. Ia mempercepat langkahnya menuju pintu hotel.
Saat ia lewat, lampu-lampu lobby depan berkedip sebentar — tapi bukan mati, lebih seperti menyapa.
Arka berhenti sejenak.
ARKA
(BERBISIK)
Angin menyapu lembut wajahnya, membawa aroma laut . . . dan jejak samar sesuatu yang familiar.
NARATOR (V.O.)
Arka menelan ludah.
Danu menarik lengannya.
DANU
Arka akhirnya jalan ke lobby.
Tapi begitu ia masuk . . . Lira, beberapa kilometer dari sana, tiba-tiba berhenti saat menata meja dagangan ibunya. Seperti disentuh sesuatu.
LIRA
CUT TO:
37. INT. HOTEL PANTAI BALIKPAPAN – LOBBY – SENJA
Lobby hotel berkilau lembut diterpa cahaya senja. Dinding kaca tinggi menampilkan laut Balikpapan yang pelan-pelan berubah ke warna oranye keemasan.
Arka dan Danu masuk, langkahnya pelan, masih membawa sisa jetlag dan vibes keanehan semesta yang mengikuti mereka sejak bandara.
DIRGA sudah menunggu di dekat sofa lounge, melambaikan tangan ke Arka dan Danu.
STAFF DIRGA
Arka tersenyum tipis.
ARKA
Dirga menyerahkan dua kartu kamar pada Arka dan Danu.
Saat kartu itu berpindah tangan . . . lampu gantung di lobby berkedip sekali.
Staff Manajer Hotel yang semula melayani Staff Dirga melihat kebingungan Arka dan Danu. Sambil menggenggam sebuah clipboard ia mendatangi ketiganya, tersenyum kaku.
STAFF HOTEL
Danu melirik Arka.
DANU
(BERBISIK)
Arka hanya menginjak ringan kaki Danu.
ARKA
(TERSENYUM)
DANU
Staff Hotel itu berlalu dan Staff Dirga menimpali
STAFF DIRGA
Tatapan Arka dan Danu bertemu. Tatapan “ini semesta atau IT hotel yang possess?”
DANU (V.O.)
ARKA
(BERUSAHA UNTUK TETAP WAJAR)
DIRGA
Kalau nanti Bapak butuh bantuan lain, tinggal hubungi saya.
Nomor telpon saya sudah ada di HP Pak Danu, Pak.
Arka menangguk. Ia dan Danu mulai berjalan ke arah lift.
Dirga menunduk hormat.
Saat Arka melangkah dekat lift, melewati lampu lantai . . . sensor lampu menyala setengah detik lebih terang, lalu normal lagi.
Danu langsung memeluk ranselnya seperti pelindung. Ia nyaris kabur kalo krah bajunya nggak dicengkeram Arka.
DANU
Arka sejenak celingukan, takut ada yang memeperhatikan mereka
ARKA
(CELINGUKAN)
Danu menyipitkan mata.
DANU
(BERBISIK)
ARKA
(BINGUNG)
DANU
ARKA
DANU
Arka mengangguk. Menekan tombol lift.
Pintu lift terbuka. Dalamnya terang. Mungkin terlalu terang. Seperti menyapa.
NARATOR (V.O.)
Pintu lift menutup perlahan.
DISSOLVE TO:
38. EXT. BALIKPAPAN – PASAR KECIL DEKAT PINGGIR LAUT – MALAM
Lampu-lampu kuning menggantung di antara kios-kios kayu, menciptakan suasana hangat yang lembut.
Lira berjalan sambil membawa tas anyaman. Ia membeli bahan untuk dagangan ibunya.
Ada ketenangan di langkahnya . . . tapi juga semacam “gelombang magnet” yang mengikuti.
Ia membeli bawang, cabai, lalu kue serabi kukus dari pedagang langganannya.
PEDAGANG
Lira berhenti.
LIRA
(TERSENYUM)
Pedagang manggut-manggut, nggak percaya.
PEDAGANG
Lira menahan senyum.
Tiba-tiba lampu-lampu pasar meredup sebentar, lalu kembali terang.
Lira mematung.
LIRA
(LIRIH)
Narator bergumam halus, hampir tidak terdengar.
NARATOR (V.O.)
Lira menghela napas panjang, tidak yakin apa yang ia rasakan.
DISSOLVE TO: