Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
CEO Bucin (Draft 1)
Suka
Favorit
Bagikan
5. ACT I - SETUP (Part 04)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

35. EXT. JALAN PESISIR, DEKAT KAMPUNG ATAS AIR – SORE

 

Mobil Arka menyusuri jalan kecil yang mengarah ke pesisir.

Rumah-rumah panggung tampak dari kejauhan, berjajar manis di atas air, dengan semburat matahari sore yang memecah permukaannya menjadi kilau tembaga.

 

Arka mencondongkan tubuh, matanya menatap keluar jendela.

Ada sesuatu yang mengusik—hangat, samar, tapi kuat.

 

DANU

(NGINTIP KELUAR JENDELA JUGA)

Bos, ini daerahnya kok makin ke sini . . . makin sinematik ya?!
Kita kayak masuk trailer film festival.

 

Arka nggak berkedip.

 

ARKA

Gue kok ngerasa kayak ada yang ngeliatin.

 

DANU

(KETAKUTAN KECIL)

Ya elah, Bos.
Tolong jangan bikin gue tambah parno gitu dong?!
Nyawa gue cuma satu.
Dan lagi, kita-kita ini karakter film genre drama romantis, Bos.
Gue . . . yang porsinya cuma peran pembantu film ini aja nyadar.
Kok elo yang pemeran utaman film ini . . . malah mau ngatur penulis skenario dan tim produksi buat ubah genre film ini jadi film horor sih?!

 

Mobil berhenti sebentar karena macet kecil: anak-anak naik sepeda, ibu-ibu bawa belanjaan, dan penjual jagung lewat.

 

Arka otomatis membuka jendela sedikit—angin asin menerpa wajahnya.

 

Kamera POV Arka: Di kejauhan, teras rumah panggung kecil.

Siluet seorang gadis baru saja masuk ke dalam, dengan rambut yang berkibar terhempas angin.

 

Arka tidak pernah melihat Lira . . . tapi tubuhnya merespon seperti kenal.

 

ARKA

(PELAN, HAMPIR TIDAK TERDENGAR)

. . . siapa dia?

 

DANU

Siapa?!
Siapa . . . yang mana, Bos?!

 

ARKA

(TERUS MENATAP.CUEK)

Nggak tau ah . . . .

 

Angin tiba-tiba mengibarkan tirai jendela di teras rumah itu.

Sekilas . . . hanya sekilas . . . terlihat bayangan Lira sedang memindahkan gelas di meja.

 

Arka bergeming.

 

Sementara itu, di rumah panggung, Lira menoleh ke arah luar, merasakan sesuatu tanpa mengetahui apa.

 

SYNCHRONIZATION BAR (IMAJINATIF) muncul samar di layar Arka:

SYNCHRONIZATION: 63%

TARGET PROXIMITY: NEAR

 

DANU

Bos . . . jalanan sudah clear tuh.
Kita harus jalan lagi nih, kalo nggak bisa hangus 1 hari check in hotelnya.


Sopir dan Staff Dirga udah gelisah.

 

Arka menutup jendela pelan, memberi tanda untuk melanjutkan perjalanan.

Tapi tatapannya tetap ke arah teras itu sampai mobil benar-benar bergerak.

 

ARKA (V.O.)

(BINGUNG, JUJUR)

Kenapa rasanya . . . gue baru aja lewatin sesuatu yang penting?

 

CUT TO:

 

 

36. EXT. BALIKPAPAN – DEPAN HOTEL PINGGIR PANTAI – SENJA

 

Mobil berhenti di depan hotel modern yang menghadap laut.

Bangunannya elegan, banyak kaca, dengan cahaya senja memantul di permukaannya.

 

Arka turun.

Begitu kakinya menginjak aspal . . . angin berubah. Seolah kota ini langsung men-scan dirinya.

 

Danu yang sudah turun duluan, dibantu Sopir segera mengeluarkan koper dari bagasi mobil. Sejenak ia tertegun. Merasakan ada sesuatu yang aneh, tapi nggak creapy dan goosebumps, justru bikin hati tenang.

 

Danu bergerak menuju lobby hotel – mengikuti Staff Dirga -  sambil menarik koper dengan hati-hati, takut ada glitch tiba-tiba.

 

Begitu Arka mensejajari sobatnya, Danu langsung nyerocos.

 

DANU

Ka, sumpah!
Gue makin yakin kita gak sendirian di kota ini.

 

Arka menghela napas panjang, menatap laut.

 

ARKA

. . . kayaknya ada yang manggil.

 

Danu melirik Arka dengan tatapan “jangan mulai hal-hal metafisik lagi”.

 

DANU

Siapa yang manggil?
Nelayan?!
Hantu WiFi?!
Sinyal provider?!

 

Arka nggak menjawab.

Kamera bergerak — POV kota: Bagian kota yang biasanya biasa-biasa saja itu kini tampak berdenyut lembut. Seolah Balikpapan menyesuaikan diri dengan kedatangan Arka.

 

Narator masuk pelan, kayak bisikan lewat speaker yang agak rusak.

 

NARATOR (V.O.)

Selamat, Arka.
Selamat datang di kota yang diam-diam udah nyiapin skenario hidup baru buat kamu.

 

Danu mendengus.

 

DANU

Ka . . . mari kita sepakat:
kalau nanti kenyataan nge-bug,
itu bukan salah gue,
oke?!

 

Arka tidak menjawab. Ia mempercepat langkahnya menuju pintu hotel.

 

Saat ia lewat, lampu-lampu lobby depan berkedip sebentar — tapi bukan mati, lebih seperti menyapa.

 

Arka berhenti sejenak.

 

ARKA

(BERBISIK)

. . . kamu di mana?

 

Angin menyapu lembut wajahnya, membawa aroma laut . . . dan jejak samar sesuatu yang familiar.

 

NARATOR (V.O.)

Tenang, Arka.
Dia cuma beberapa kilometer dari sini.
Tapi hati kalian udah lebih dulu saling nyari.

 

Arka menelan ludah.

 

Danu menarik lengannya.

 

DANU

Raka . . . Hotel.
Check-in.
Mandi.
Makan.
Tidur.
Stop nyari sinyal jodoh pake radar batin.

 

Arka akhirnya jalan ke lobby.

 

Tapi begitu ia masuk . . . Lira, beberapa kilometer dari sana, tiba-tiba berhenti saat menata meja dagangan ibunya. Seperti disentuh sesuatu.

 

LIRA

. . . dia sampai.

 

CUT TO:

 

 

37. INT. HOTEL PANTAI BALIKPAPAN – LOBBY – SENJA

 

Lobby hotel berkilau lembut diterpa cahaya senja. Dinding kaca tinggi menampilkan laut Balikpapan yang pelan-pelan berubah ke warna oranye keemasan.

 

Arka dan Danu masuk, langkahnya pelan, masih membawa sisa jetlag dan vibes keanehan semesta yang mengikuti mereka sejak bandara.

 

DIRGA sudah menunggu di dekat sofa lounge, melambaikan tangan ke Arka dan Danu.

 

STAFF DIRGA

Administrasi kamar sudah saya urus.
Pak Arka dan Pak Danu tinggal istirahat saja.

 

Arka tersenyum tipis.

 

ARKA

Terima kasih, Dirga.

 

Dirga menyerahkan dua kartu kamar pada Arka dan Danu.

 

Saat kartu itu berpindah tangan . . . lampu gantung di lobby berkedip sekali.

 

Staff Manajer Hotel yang semula melayani Staff Dirga melihat kebingungan Arka dan Danu. Sambil menggenggam sebuah clipboard ia mendatangi ketiganya, tersenyum kaku.

 

STAFF HOTEL

Ah . . . mohon maaf, Pak.
Lampu di lobby kami memang suka . . . berperilaku mandiri.

 

Danu melirik Arka.

 

DANU

(BERBISIK)

Ka, ini hotel atau server game sih?

 

Arka hanya menginjak ringan kaki Danu.

 

ARKA

(TERSENYUM)

Terima kasih atas infonya, Kak.


DANU

Ka, beneran deh!
Kalo sampai AC di kamar nanti manggil nama lo, gue tidur di lobi.

 

Staff Hotel itu berlalu dan Staff Dirga menimpali

 

STAFF DIRGA

Oh ya, Pak . . . Ma’af.
Sistem hotel mereka tadi melakukan auto-upgrade ke kamar dengan view laut.
Tidak masalah khan?

 

Tatapan Arka dan Danu bertemu. Tatapan “ini semesta atau IT hotel yang possess?”

 

DANU (V.O.)

Ini semestanya atau IT Hotelnya yang kesurupan?!


ARKA

(BERUSAHA UNTUK TETAP WAJAR)

Nggak masalah.
Terima kasih banyak, Dirga.

 

DIRGA

Kalau nanti Bapak butuh bantuan lain, tinggal hubungi saya.

Nomor telpon saya sudah ada di HP Pak Danu, Pak.

 

Arka menangguk. Ia dan Danu mulai berjalan ke arah lift.

Dirga menunduk hormat.

 

Saat Arka melangkah dekat lift, melewati lampu lantai . . . sensor lampu menyala setengah detik lebih terang, lalu normal lagi.

 

Danu langsung memeluk ranselnya seperti pelindung. Ia nyaris kabur kalo krah bajunya nggak dicengkeram Arka.

 

DANU

Ka . . . beneran ini.
Gue jadi parno banget sekarang nih.
Kenapa penulis skenarionya reseh banget yah?!

 

Arka sejenak celingukan, takut ada yang memeperhatikan mereka

 

ARKA

(CELINGUKAN)

Sudah terlanjur basah, Nu.
Mending nyebur aja sekalian.
Emang elo kira . . . cuma elo doang yang jadi merinding disko sekarang?!

 

Danu menyipitkan mata.

 

DANU

Ka, elo jangan mulai pake kalimat yang bikin film berubah jadi genre horor yah?!

(BERBISIK)

Penulis skenario film ini tuh . . . dulunya terkenal sebagai Editor FTV dan Editor Sinetron Serial genre horor lho.
Dia bahkan sempat nulis 2 episode sinetron serial “Antara 2 Alam” dan dua-duanya sering di-re-run sama stasiun tvnya untuk ngisi jeda menunggu siaran langsung sepak bola.

 

ARKA

(BINGUNG)

Maksud elo?

 

DANU

Elo siap mental, kalo tiba-tiba di tengah cerita film ini, dia ubah genrenya jadi horor?!

 

ARKA

Ya nggaklah.
Lagian . . . emang tuh penulis skenario film ini merasa dirinya kayak Quentin Tarantino di film "From Dusk Till Down"?

DANU
Dia fans berat film itu.

ARKA
(KAGET)
Hah . . .?!

 

DANU

Makanya . . . jangan sekali-kali kasih ‘ide bahaya’ yang bisa buat dia belokkin cerita.

 

Arka mengangguk. Menekan tombol lift.

 

Pintu lift terbuka. Dalamnya terang. Mungkin terlalu terang. Seperti menyapa.

 

NARATOR (V.O.)

Oh, oh, oh, Arka . . . ini baru pemanasan.
Kota ini sudah siap untuk bab berikutnya.

 

Pintu lift menutup perlahan.

 

DISSOLVE TO:



38. EXT. BALIKPAPAN – PASAR KECIL DEKAT PINGGIR LAUT – MALAM

 

Lampu-lampu kuning menggantung di antara kios-kios kayu, menciptakan suasana hangat yang lembut.

 

Lira berjalan sambil membawa tas anyaman. Ia membeli bahan untuk dagangan ibunya.

 

Ada ketenangan di langkahnya . . . tapi juga semacam “gelombang magnet” yang mengikuti.

 

Ia membeli bawang, cabai, lalu kue serabi kukus dari pedagang langganannya.

 

PEDAGANG

Eh, Lira . . .
Kamu kelihatan cerah bener hari ini. Ada yang . . . lagi nyantol yah?

 

Lira berhenti.

 

LIRA

(TERSENYUM)

Bisa aja, Busu ini.
Nggak ada apa-apa kok,
Beneran

 

Pedagang manggut-manggut, nggak percaya.

 

PEDAGANG

Hmm . . . biasanya kalo ada yang ngomong begitu, justru beneran lagi jatuh cinta.

 

Lira menahan senyum.

 

Tiba-tiba lampu-lampu pasar meredup sebentar, lalu kembali terang.

 

Lira mematung.

 

LIRA

(LIRIH)

 . . . itu cuma tegangan listrik turun?
Atau?

 

Narator bergumam halus, hampir tidak terdengar.

 

NARATOR (V.O.)

Bukan listriknya, Nak.
Itu visualisasi sinematik dari perasaan yang mulai sinkron.

 

Lira menghela napas panjang, tidak yakin apa yang ia rasakan.

 

DISSOLVE TO:




Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)