Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 34 INT, RUMAH NIRMALA DI DEKAT RUMAH ADAM, MALAM
Ujung bolpoint yang di ketuk-ketukkan di atas meja adalah satu-satunya suara di ruang tengah rumahnya.
Jam dinding telah menunjukkan jam 10 malam. Malam sudah semakin larut, namun Nirmala masih tampak sibuk menatapi lembaran kertas yang ada di tangannya. Matanya masih fokus pada foto yang terlampir di kertas tersebut.
CU : Foto Adam
Asri tiba-tiba kembali datang menghampiri Nirmala.
Asri : "Ehem."
Wanita paruh baya itu berdehem dan membuat Nirmala sedikit terhenyak. Namun ia hanya menoleh sebentar.
Asri memilih duduk di sofa yang tak jauh dari Nirmala.
Nirmala : "Bibi mau nginep disini?" Tanyanya.
Nirmala meletakkan kertas yang dari tadi ditangannya.
Asri : "Di baca juga akhirnya?" Malah balik bertanya.
Nirmala mengangguk.
Asri : "Gimana? Cocok?" Tanyanya lagi.
Nirmala : "Entahlah, Bi."
Nirmala menyandarkan punggungnya di punggung sofa.
Asri : "Kamu itu mau cari yang kayak gimana lagi sih, Mala. Di cariin Ayah sama Bundamu enggak mau. Banyak yang ngirim lamaran ta'aruf cuma di biarin numpuk, enggak pernah di liat-liat. Kamu maunya itu gimana?" Tanyanya kali ini dengan mimik gemas.
Nirmala : "Aku pingin kayak bibi aja, ngelajang gitu. Bisa enggak yah?" Nirmala pura-pura tersenyum.
Asri : "Loh ... Loh ... Kok malah pingin kayak bibi Ki piye to. Kalo Bibi kan emang enggak ada yang mau. Lah, kalo kamu kan banyak yang ngantri, nduk, cah ayu."
Nirmala kembali terdiam.
Asri cont'd : "Kalo cowok yang tadi, gimana menurutmu? Kakaknya si Adam."
Nirmala : "Emang kenapa dia, Bi?"
Asri : "Ganteng."
Nirmala : Tersenyum. "Namanya juga cowok, Bi. Ya pasti ganteng, masa' cantik."
Asri : "Menurutmu dia type-mu bukan?"
Nirmala : "Emm ... Bisa jadi sih, Bi."
Asri : "Kamu suka dia?"
Nirmala : "Kalo suka kenapa, kalo enggak kenapa?"
Nirmala balik bertanya dan membuat Asri menghela nafas gemas.
Asri : "Ealah... Nduk... Nduk ... Jawab yang bener kenapa."
Asri menatap Nirmala serius.
Asri cont'd : "Jadi gimana? Pilih adiknya apa kakaknya?"
Nirmala terkekeh.
Nirmala : "Hahaha ... Bibi ini ada-ada aja, aku ini siapa dan mereka itu siapa. Aku aja enggak berani bermimpi untuk bisa bersama dengan salah satunya."
Asri : "Loh ... Kok kamu jadi pesimis gitu toh, Nduk? Apa karena Ayah sama Bundamu enggak sekaya mereka? Tapi kamu kan cantik, Soleh, pinter--"
Nirmala buru-buru memotong kalimat Asri.
Nirmala : "Enggak, Bi. Aku cuma seorang Mala, Nirmala."
Mata sedih Nirmala cukup membungkam Asri. Wanita paruh baya itu tak berani bertanya lebih lanjut lagi.
Nirmala cont'd : "Aku ke kamar dulu, Bi."
Nirmala menyimpan CV milik Adam ke dalam laci meja kerjanya. Kemudian bergegas ke lantai dua rumahnya.
INTER CUT
Sesampainya di kamar, Nirmala langsung menuju balkon kamarnya. Menatapi balkon kamar Aska yang berada persis di sampingnya. Menatap dengan tatapan resah.
CUT TO
SCENE 35 INT, KANTOR SANJAYA COPERATION
Pagi-pagi sekali Aska sudah berada di kantor. Ia tampak telaten membereskan ruang rapat yang akan di gunakan pagi ini oleh para karyawan SANJAYA COPERATION.
MONTAGE
Aska terlihat melap seluruh bagian meja hingga mengkilat.
Kemudian menata camilan dan air minum di meja masing-masing peserta rapat.
Membantu Agni memfoto copy laporan-laporan yang akan di gunakan untuk rapat. Karena nanti ada client besar yang akan datang ke kantornya.
MONTAGE END
Aska kembali ke Pentri saat pekerjaannya selesai. Dia duduk di bangku pentri untuk beristirahat.
Prasetio : "Tumbenan kamu rajin banget, Aska."
Menyapa Aska sembari meletakkan segelas teh hangat untuk pemuda itu.
Prasetio cont'd : "Di minum dulu, kamu pasti capek."
Aska mengangguk, kemudian mengangkat gelas teh nya dan menyeruputnya sedikit.
Aska : "Aku mau berubah, Pak. Pokoknya mulai sekarang, Aska mau belajar di siplin, Pak."
Pak Prasetio tersenyum.
Pak Prasetio : "Bagus, pertahankan, nak."
Aska : "Aska udah rapihin ruang rapat, dan tadi Aska datangnya enggak telat."
Prasetio : "Nah gitu, jadi anak muda harus semangat."
Aska mengangguk mantap.
Prasetio cont'd : "Tapi tumben, kamu gini?" Tanyanya dengan nada bercanda.
Aska : "Aska takut di pecat, Pak." Sahutnya sembari terkekeh.
Prasetio : "Oh ... Jadi kamu sekarang sadar, kalo kamu butuh kerjaan ini?"
Aska terkekeh lagi.
Aska pun segera beranjak dari duduknya.
Aska : "Hehe ... Iya, Pak. Yaudah, Pak. Aska mau siapin minuman lagi, nanti kan ada tamu yang mau ikut rapat."
Prasetio : "Bapak bantu, ya?"
Aska mengangguk.
CUT TO
MONTAGE
Aska kembali ke dalam ruangan rapat, membawa senampan kopi dan teh.
Tersenyum ramah pada semua orang saat melewati koridor. Setiap yang lewat berpapasan dengannya tak lupa di sapa.
Bakri yang melihat perubahan Aska, wajahnya terlihat terheran-heran.
MONTAGE END
SCENE 35 INT, LIFT KANTOR SANJAYA COPERATION, SIANG
Agni terlihat berlari-lari kecil menghampiri Aska. Di sana juga ada Bakri yang menyaksikan hal itu.
Agni : "Aska ... Tunggu, jangan tutup dulu pintu lift-nya." Teriaknya dari kejauhan.
Sedangkan Aska sudah ada di dalam lift.
Aska terpaksa menahan pintu lift-nya agar tetap terbuka.
Dari kejauhan, terlihat wajah Bakri yang seolah terbakar api cemburu.
Dengan langkah tergesa, Bakri pun berjalan menuju lift yang sama.
Aska, Agni dan Bakri akhirnya berada di lift yang sama bersama dua karyawan wanita lainnya.
Aska : "Bang Bakri mau ke lantai 4 juga?" Tanyanya berbasa-basi.
Bakri hanya mengangguk dengan wajah masamnya.
Dua karyawan wanita tampak berbisik-bisik membicarakan ketampanan Aska.
Karyawan wanita : "Aska ... Kemarin katanya ada yang pernah liat kamu sering makan siang sama Bu Nindi. Kalian ada hubungan apa?"
Karyawan yang satunya sambil berbisik ke telinga temannya itu.
Aska hanya tersenyum tipis dan enggan menjawab.
Agni : "Udah, deh. Kalian jangan pada gosip." Tegurnya.
Aska pun pura-pura mengeluarkan ponselnya untuk mengalihkan perhatian.
Bakri : "Kamu hebat, ya. Kerja cuma jadi OB, tapi bisa punya barang-barang mewah." Ucapnya sambil melirik sinis pada Jam tangan dan HP milik Aska.
Aska : "Maksud Abang ngomong kayak gitu apa? Abang ngira saya nyuri? Atau jadi gigolo gitu?"
Dua karyawan wanita itu langsung kembali berbisik-bisik.
Aska cont'd : "Kok kayaknya Abang, seneng banget Yach ngurusin hidup orang lain? Kurang kerjaan apa gimana?"
Aska berkata dengan wajah khas menyebalkannya.
Bakri seketika terdiam dengan wajah keki.
Sedangkan Agni berusaha menahan tawa melihat perubahan wajah Bakri.
Tak lama pintu lift terbuka, membuat Bakri mempunyai ide licik untuk mengerjai Aska.
Bakri sengaja mendorong Aska dari belakang ketika Aska hendak keluar dari lift. Aska pun tersungkur di depan pintu lift.
SO : "BRUK!"
Agni : "Aska..." Pekiknya kaget dan segera menghampiri Aska.
Sedangkan Bakri tersenyum licik.
Nindi yang sedang berjalan di koridor. Melihat kejadian itu dan segera menghampiri Aska yang terjatuh.
Nindi : "Hei ... Kamu enggak apa-apa?"
Nindi tanpa sadar menyentuh tangan Aska setelah pria itu berhasil berdiri dari jatuhnya.
Aska : "Udahlah, enggak usah lebay. Gue enggak kenapa-napa kok." Ucapnya ketus.
Seorang manager yang ada di belakang Nindi langsung menegur Aska.
Manager : "Jaga bicara kamu, kamu tahu siapa dia? Dia CEO disini." Katanya memperingatkan.
Karyawan yang ada di sana pun langsung kembali berbisik-bisik.
Aska menatap Nindi sejenak. Kemudian menatap orang-orang di sekitarnya dengan tatapan kesal.
CUT TO