Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 26 INT, KEDIAMAN ADAM, MALAM
SO : "BLUB!"
Terdengar suara pintu mobil yang di banting dengan keras.
Aska keluar dari dalam mobil dengan wajah kesal.
Aska : "Assalamualaikum " Ucapnya setelah membuka pintu utama.
Para pelayan berdatangan ke ruang tamu.
Adam yang sudah tampak ada di rumah buru-buru menuruni tangga.
Adam : "Wa'alaikumsalam." Sahutnya setelah berada di lantai bawah.
Adam cont'd : "Kak Aska enggak kenapa-kenapa kan?" Nada khawatir.
Aska : "Astaga, Dam. Gue ini cowok, kenapa sih pada heboh khawatir kayak gini. Kamu liat kan? Kakakmu ini baik-baik aja." Dengusnya kesal.
Adam : "Aku telephon pak Anwar, sopir aku yang nganterin kakak ke kantor tadi pagi, katanya kakak udah enggak ada di kantor waktu di jemput. Ya aku khawatir dan nelpon kak Nindi buat cari kakak." Jelasnya.
Nindi : "Saya mengemban tugas dari tuan besar, untuk memastikan Anda baik-baik saja selama di sini, tuan muda." Turut menambahkan.
Aska : "Enggak usah lebay deh, gue cowok, gue bisa jaga diri sendiri. Di kira gue bayi apa, pake di jagain segala." Kesal.
Nindi : "Apa tuan muda lupa? Waktu di Jakarta, belum lama ini tuan muda pernah pingsan di tengah jalan. Dan itu membuat Tuan besar khawatir."
Aska : "Eh... Cewek drakor. Waktu itu kan gue emang lagi ada masalah, dan gue mabok. Tapi sekarang gue baik-baik aja, dan gue bisa jaga diri gue sendiri."
Nindi : "Tapi selama di Jogja, Tuan besar menyuruh saya mengawasi tuan muda."
Aska : "Astaga, enggak denger ya kupingnya daritadi gue ngomong apa? Gue udah gede, gue punya privasi. Dan gue enggak suka ada orang yang ikut campur masalah pribadi gue." Kali ini dengan nada marah.
Nindi : "Saya akan menyelidiki latar belakang wanita yang bersama tuan muda tadi."
Aska : "Cukup! Kamu enggak denger ya! Gue bilang jangan ikut campur."
Nindi : "Tapi tuan besar tidak ingin anda patah hati lagi karena wanita, tuan muda."
Aska : "Kamu bisa diem enggak! Oke... Gue enggak mau denger lagi." Aska memilih buru-buru berlalu ke kamarnya karena kesal.
Nindi hanya bisa menghela nafas lelah melihat tingkah Aska.
Adam merasa iba melihat Nindi.
Adam : "Yang sabar ya, kak Nindi. Nanti biar Adam yang bantu bujuk kak Aska untuk nurutin kemauan papah."
Nindi : "Makasih ya, tuan muda Adam."
Adam mengangguk.
Nindi : "Kalo begitu, saya pamit pulang dulu, permisi, Assamualaikum." Pamitnya.
Adam : "Wa'alaikum salam. Hati-hati di jalan ya, kak."
Nindi tersenyum dan mengangguk. Kemudian bergegas berlalu.
Sedangkan Adam buru-buru menyusul Aska ke kamarnya.
INTER CUT
Kamar Aska
Adam : "Kaakk" Panggilnya di depan pintu kamar Aska yang tidak tertutup rapat.
Aska : "Ya?"
Adam melangkah masuk ke dalam kamar dan duduk di atas tempat tidur Aska.
Adam : "Kak Aska udah ketemu sama cewek itu?" Tanyanya hati-hati.
Aska : Mengangguk. "Kami di pertemukan lebih cepet, dam." Tersenyum senang.
Adam turut tersenyum.
Adam : "Alhamndulillah, terus-terus... Gimana orangnya, kak?"
Aska : "Masih cantik, masih imut, tapi nyebelin." Terkekeh.
Adam : "Cie... Cie... Udah jatuh cinta nih?" Godanya.
Aska menggedikkan kedua bahunya.
Aska : "Gue masih bingung mau mastiin perasaan gue mau kayak gimana."
Dahi Adam seketika mengeriyit.
Adam : "Bingung gimana maksudnya?"
Aska : "Sebenernya gue ragu bisa jalin hubungan lagi sama cewek lain setelah luka yang di berikan Monika. Tapi waktu ketemu cewek dari masa lalu gue ini tuh, gue ngerasa seneng banget, gue tuh ngerasa tenang kalo Deket dia, apalagi dia tuh beda dari mantan-mantan gue sebelumnya."
Adam : "Apa yang buat dia beda, kak?"
Aska : "Dia alim, dam. Gue sentuh aja enggak mau." Ucapnya antusias.
Adam : "Beneran masih ada cewek kayak gitu, kak?"
Aska : "Beneran ada, dam."
Adam : "Ih... Bikin iri deh."
Aska terkekeh.
Aska : "Pasti beruntung banget kalo bisa punya pasangan kayak dia."
Adam : "Kak Aska, minder?"
Aska : "Iya, dam. Kamu liat sendiri kakak kamu ini orang yang gimana?"
Adam : "Kak, Aska kan ganteng, cool. Apa coba yang bikin kak Aska enggak PD?"
Aska terdiam, melihat pantulan dirinya sendiri di cermin yang ada di hadapannya. Kemudian menoleh pada Adam yang ada di sampingnya.
Aska : "Sepertinya kakak enggak masuk kriterianya, dia terlalu sempurna, kakak takut enggak bisa ngimbangi ilmu agamanya. Kakak aja shalat jarang, bahkan hampir enggak pernah." Tertawa miris.
Aska menepuk bahu Kakaknya berusaha menguatkan.
Adam : "Ilmu bisa di pelajari, kak."
Aska terdiam, mencoba memahami kalimat Adam.
Adam cont'd : "Enggak ada kata terlambat untuk belajar kak, kakak masih punya banyak kesempatan untuk belajar dan menjadi pantas untuknya. Kakak pasti bisa!" Menyemangati.
Aska : tersenyum. "Batu gue ya, dam."
Adam : "Insya Allah, kak. Adam siap bantu kak Aska."
Aska mengangguk.
Aska : ",Makasih ya, dam. Kalo curhat sama kamu enak. Kalo sama Saskia, yang ada gue pasti malah di ketawain dan di ejek abis-abisan. Males."
Aska merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Adam hanya terkekeh sembari menggeleng mendengarkan celotehan kakaknya.
CUT TO