Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN
MAIN TITLE
"CALON SUAMI AKHIR ZAMAN"
Lalu muncul lagi tulisan
"18 Tahun kemudian"
SCENE 2 EXT, JALANAN, MALAM
Nirmala : "Mas!! Awas!!"
Nirmala menarik seorang pria muda yang berjalan linglung menyebrang jalan namun tanpa melihat kanan dan kirinya.
Suara terjatuh (SO) : BRUGG...!
Di susul suara klakson panjang dari sebuah mobil (SO) : TIIIIIIINNNNNN....!
Keadaan sedang gerimis ketika dua orang itu terkulai di sisi trotoar jalan dan sedikit menyita perhatian orang yang berlalu lalang.
Nirmala : "Mas nya enggak apa-apa?" Tanyanya khawatir pada pemuda yang baru saja di tolongnya, kemudian memeriksa tubuh pria itu untuk memastikan apakah ada yang terluka. Namun Nirmala malah menemui aroma alkohol yang menyengat dari tubuh pria tersebut. Sontak ia menutup hidungnya.
Pemuda yang di tolongnya tak menjawab, dengan masih sempoyongan pemuda itu bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Nirmala, berjalan lunglai tanpa tujuan.
Karena merasa kawatir, Nirmala diam-diam tetap mengikuti di belakang.
Tak lama...
Suara orang terjatuh (SO) : "BRUGG..."
Pemuda yang tadi tiba-tiba ambruk di trotoar dan tak sadarkan diri.
Nirmala : Segera berlari mendekat. "Mas! Mas!"
Menggoyang-goyang tubuh si pemuda.
CUT TO
FADE OUT
Langit yang tadinya gelap perlahan berubah terang di atas kota Jakarta.
SCENE 3 INT, DI SEBUAH RUMAH, PAGI
Sayup-sayup terdengar lantunan ayat Alqur'an. Membuat seorang pemuda berparas tampan itu perlahan membuka matanya, menyipitkan matanya mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam korneanya. Perlahan ia memperhatikan sekeliling, tempat itu tampak asing baginya.
Ayah Nirmala/Amar : "Assalamualaikum."
Seorang pria paruh baya masuk dari balik pintu dan sedikit mengagetkannya.
Ayah Nirmala cont'd : "Apa yang kamu rasakan nak?"
Aska : "Ba-baik om..." Menjawab dengan sedikit canggung.
Ayah Niramala/Amar : "Perkenalkan, saya Amar." Tersenyum memperkenalkan diri seraya membantu Aska untuk bangkit duduk.
Aska : "Terima kasih." Ucapnya sembari memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.
Ayah Nirmala/Amar : "Boleh saya tahu siapa nama kamu?"
Aska : Tersenyum kecil. "Saya Aska, Om." Jawabnya.
Amar : "Nak Aska benar-benar sudah merasa baik-baik saja?" Tanyanya lagi memastikan.
Aska : Mengangguk pelan. "Bagaimana saya bisa ada disini? Saya di mana ini?"
Amar : "Putri saya yang membawamu kemari, semalam kamu pingsan di tepi jalan."
Aska tertunduk dan terdiam. Kejadian buruk yang belum lama di alaminya kembali membayang.
FLASH BACK
Aska teringat kekasihnya Monica yang tengah bermesraan dengan sahabatnya sendiri di apartement gadis itu. Padahal malam itu ia berniat melamar Monica.
Mereka terlihat cek-cok sebentar. Aska membuang cincin di lantai.
Aska pergi begitu saja meninggalkan tempat itu dan tiba-tiba saja sudah ada di bar meminum banyak alkohol.
Setelahnya ia berjalan di jalanan tanpa arah tujuan.
FLASH BACK CUT TO
Amar duduk di tepi ranjang Aska dan menepuk bahu pemuda itu pelan.
Amar : "Apa kamu sekarang sedang ada di situasi sulit nak?"
Aska mengangguk samar. sekuat tenaga menahan air mata yang bisa saja jatuh.
Aska : Memberanikan mengangkat kepala. "Maafkan saya sudah merepotkan om sekeluarga."
Amar : Menggeleng seraya tersenyum. "Enggak nak, kamu enggak ngerepotin kami sama sekali, kami justru bersyukur, putri kami menemukanmu dan membawamu kemari."
Suara Pintu (SO) : Ceklek...
Pintu kembali di buka seseorang. Seorang pemuda yang terlihat lebih tua dari Aska masuk dengan secangkir teh di tangannya.
Alif : "Assalamualaikum, mas nya sudah siuman?" Sapa pemuda itu.
Aska dan Amar : "Waalaikumsalam." Menyahut serempak.
Alif mendekat dan meletakkan teh yang di bawanya di atas nakas sisi ranjang.
Amar : "Ini putra kedua saya, namanya Alif." Memperkenalkan putranya.
Alif tersenyum ramah, Aska mengangguk canggung, keduanya saling berjabat tangan dan menyebutkan nama.
Aska : "Aska..."
Alif : "Alif..." Tersenyum.
Alif cont'd : "Di minum dulu tehnya, Mas Aska." Menyodorkan teh yang ada di atas meja pada Aska.
Aska : Menerima teh pemberian Alif. "Makasih." Kemudian meneguk beberapa kali teh hangat tersebut dan kembali meletakkannya di atas meja.
Amar : "Kami ingin mengabari keluargaku namun enggak menemukan petunjuk apapun untuk menghubungi mereka."
Aska melihat ke tubuhnya, sudah berganti pakaian memakai pakaian orang lain.
Aska : "Apa saya enggak membawa ponsel dan dompet?"
Amar menggeleng.
Aska kembali terdiam mencoba mengingat sesuatu.
Aska : "Ah... Mungkin terjatuh di jalan saat saya mabuk."
Amar dan Alif saling tatap sebentar, merasa prihatin.
Amar : "Orang tua kamu pasti merasa khawatir."
Alif : "Kamu mau coba hubungin mereka?" Alif menyodorkan ponsel miliknya pada Aska.
Aska : Menggeleng. "Sebaiknya saya langsung pulang saja."
Amar : "Tunggu putri saya pulang dari pasar ya? Biar nanti dia dan Alif yang mengantarmu pulang."
Aska : "Makasih, om." Tersenyum tipis.
Obrolan ringan mereka lanjutkan, tak lama terdengar suara berisik di luar.
Alif : "Bunda sama Mbak Mala udah pulang, yah." Mengajak Aska dan Amar keluar kamar.
Suara salam dari beberapa orang : "Assalamualaikum."
Aska/Alif/Amar : "Waalaikumsalam." Sahut ketiganya. Di susul juga Syarah sahutan dari arah belakang.
Aska tertegun, ketika melihat dua orang wanita paruh baya, dan dua orang wanita muda, serta seorang pria paruh baya masuk dari bagian belakang rumah.
Amar : "Perkenalkan ini adik sepupu saya, namanya pak Rahmat. Dia pemilik rumah sekaligus pemilik pesantren disini."
Aska (VO) : Membatin. "Pesantren?"
Aska menyalami pak Rahmat dan mencium punggung tangannya.
Rahmat : "Sudah baikan, nak?" Tanyanya ramah.
Aska : "Sudah, om." Canggung.
Amar : Ini yang di sebelahnya Bu Aini, istri pak Rahmat. Yang di sebelahnya lagi, Bu Rani, istri saya. Dan yang muda ini Mala, putri pertama saya. Dan yang satunya lagi, Lia anak Pak Rahmat dan Bu Aini."
Memperkenalkan seluruh anggota keluarganya.
Semua orang : "Assalamualaikum." Sapanya pada Aska.
Aska mendadak canggung dan gugup.
Aska : "Wa'alaikumsalam, terimakasih sudah mau menampung saya disini semalam."
Rani : "Kalo kamu belum merasa enakan, kamu boleh istirahat disini dulu nak." Ucapnya ramah.
Aska : "Terimakasih tawarannya, tapi sepertinya saya harus segera pulang, orang tua saya pasti sedang sangat khawatir." Ujarnya sopan.
Rani : "Biar putra saya Alif dan Mala yang mengantarmu pulang." Menatap ke arah kedua anaknya.
Nirmala : "Iya... Bun, biar aku sama Alif yang mengantar pulang." Tersenyum manis. Membuat Aska sedikit terpesona.
Alif : "Tunggu ya?" Bergegas berlalu mengambil kunci mobil, Nirmala mengikuti adiknya berlalu ke dalam kamar.
Tak lama Nirmala kembali dengan kantong plastik hitam di tangannya.
Nirmala : "Baju kamu, masih belum kering betul." Menyodorkan kantong hitam tersebut pada Aska.
Aska : "Ini?" Menatap ke tubuhnya sendiri yang memakai pakaian orang lain.
Amar : "Pakai saja dulu nak."
Aska : "Terima kasih banyak." Ucapnya makin segan.
Amar : "Semoga Allah segera mengganti sedihku dengan kebahagiaan." Ucapnya lagi tulus.
Semua yang ada disana : "Amiinn." Menjawab serempak.
Aska bergantian mencium punggung tangan Amar dan Rahmat, kemudian mengapit tangannya di depan mulut memberi salam pada Aini, Rani dan Lia.
Aska : "Assalamualaikum." Ucap Aska berpamitan.
"Walaikum salam." Sahut mereka semua.
Aska, Nirmala dan Alif bergegas pergi ke halaman parkir mobil. Alif duduk di belakang kemudi, sedangkan Aska duduk di sebelahnya. Nirmala duduk di bangku belakang sendiri. Alif mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan halaman pesantren.
CUT TO