Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 33 INT, RUMAH NIRMALA, SORE
Nirmala buru-buru memangkas kalimat Asri-bibinya.
Nirmala : "Bunda enggak siap-siap buat shalat magrib? Nanti kan bisa gantian sama aku buat nemenin Aska ngobrol.
Rani : "Yaudah deh kalo gitu, bunda mau wudhu dulu." Tanpa banyak bicara lagi Rani berlalu ke belakang.
Kemudian tatapan Nirmala berpindah pada Asri. Wanita paruh baya itu pun paham. Kemudian tersenyum pada Aska.
Asri : "Eh ... Tante pulang dulu ya? Tadi lupa lagi masak, belum sempet matiin kompornya." Pamitnya sambil beranjak pergi.
Rumah Asri di seberang rumah Nirmala.
Aska : "Iya, Tan."
Aska mengangguk, tersenyum mengantar kepergian Asri.
MONTAGE
Rani terlihat selesai shalat.
Kemudian gantian Nirmala shalat.
Terakhir Aska.
MONTAGE END
Aska dan Nirmala kembali mengobrol di ruang tamu.
Aska : "Mala, kamu kenal adikku?"
Nirmala : "Belum, cuma pernah liat dan denger-denger tentang dia aja."
Aska : "Pasti kamu enggak nyangka, ya? Dia adikku?"
Nirmala mengangguk.
Aska cont'd : "Dia alim banget orangnya dari kecil. Kalem, sopan. Beda banget deh, sama kakaknya yang pecicilan ini."
Nirmala : Tersenyum. "Kamu juga punya kelebihan yang enggak di miliki adikmu ataupun orang lain, Aska."
Aska : "Oh ya? Kalo gitu, coba bantu aku menemukannya."
Nirmala lagi-lagi tersenyum.
Nirmala : "Kamu tuh, absurd...,"
Aska langsung mendelik.
Aska : "Apa? Absurd? Maksud kamu aku enggak jelas gitu?" Protesnya tak terima.
Nirmala buru-buru menggeleng.
Nirmala : "Bukan, maksud aku kamu itu beda aja dari yang lain."
Aska : "Hem ... Pake muter-muter segala, aku emang absurd sih kayaknya, enggak jelas gitu."
Nirmala : "Hei ... Jangan ngambek gitu dong." Membujuk.
Aska menggeleng.
Aska : "Enggak, Mala. Aku enggak ngambek. Kamu bener, aku itu emang enggak jelas, udah enggak pinter, sok badboy, dan suka nyusahin orang. Pokoknya enggak jelas banget deh."
Aska menutupnya sembari menghela nafas lelah.
Nirmala siap memasang telinga untuk mendengarkan curahan hati Aska.
Aska cont'd : "Dari dulu orang nilai aku cuma dari fisik sama uang. Tapi emang bener sih, aku cuma ngandelin itu buat dapet temen. Sebenernya aku tuh cowok bego yang nggak ngerti apa-apa."
Nirmala : "Terus kenapa cowok yang katanya enggak pinter ini bisa kuliah di luar negri? Pasti enggak mudah kan buat kuliah di sana? Apalagi bukan di kampus abal-abal yang bisa di money-politik."
Aska : "Kamu tahu aku lulusan luar negri?" Balik bertanya.
Nirmala : "Dulu aku pernah denger dari Saskia, kalo abangnya kuliah di luar negri."
Aska : "Ooh..."
Mengangguk-anggukan kepalanya.
Nirmala : "Jadi terbukti kan, kamu masuk universitas di luar negri itu, dan berhasil lulus karena usahamu sendiri?"
Aska : "Enggak juga sih, Mala. Aku bilang kan, aku banyak nyusahin orang, jadi aku di bantu sana sini. Dan akhirnya bisa lulus juga, bersyukur bisa lulus dan balik lagi ke sini." Jelasnya sembari cekikikan.
Nirmala tersenyum melihat sikap Aska yang kembali ceria lagi.
Percakapan mereka terhenti sejenak ketika Rani muncul dari arah dapur dan membawakan minuman untuk mereka.
Rani : "Di minum dulu tehnya, mumpung masih anget." Ujarnya seraya meletakkannya di atas meja.
Aska : "Makasih, Tante."
Rani pun kembali masuk ke dalam.
Aska : "Rasanya aku kerja di kantor itu, bawaannya kesel dan capek, Mala. Banyak yang ngejek aku. Ya ... Walaupun itu kenyataan dan udah sering di ejek. Tapi tetep aja bikin dongkol." Keluhnya.
Nirmala : "Menurutmu, apa yang membuat mereka ngomongin kamu?"
Aska : "Ya... Tentu aja tentang kecerobohan aku dan aku yang enggak di siplin sih, emang. Aku capek tiap pagi harus bangun pagi-pagi banget. Ribet banget."
Nirmala : "Terus, kenapa kamu milih kerjaan itu?"
Aska : "Ya ... Karena kamu lah." Jawabnya jujur.
Nirmala : "Aku?"
Aska mengangguk.
Aska : "Aku sengaja minta kerjaan ke papah, supaya aku bisa nyari kamu di sini. Eh ... Enggak tahunya syaratnya harus jadi OB. Katanya untuk bisa jadi pemimpin yang baik. Aku harus belajar dari bawah. Udah mana enggak boleh kasih tahu orang-orang tentang identitas aku yang sebenernya lagi. Kan ribet."
Nirmala : "Papah kamu pingin kamu jadi orang yang mandiri dan bijaksana, Aska." Tersenyum. "Kita enggak tahu, orang tua kita punya waktu berapa lama lagi buat terus dampingin kita. Sama kayak orang tua kamu, mereka pasti pingin bekalin anak-anaknya dengan ilmu, enggak cuma dengan harta yang berlimpah. Karena percuma, harta sebanyak apapun yang mereka tinggalin, tapi kamu enggak bisa ngelola-nya, semua bisa habis dan sia-sia. Terus kamu terpuruk dalam penyesalan tapi mereka udah enggak ada, gimana?"
Aska bergidik dan menggeleng cepat.
Nirmala : "Udah waktunya kamu bekerja keras, Aska. Aku tahu kamu bukan Aska yang cuma menang gaya kayak di bilang orang-orang. Kamu sebenernya adalah orang mau belajar juga gigih. Aku pingin kamu bisa berusaha lebih giat lagi. Pahami keinginan kamu, dan lebih pekalah pada orang-orang di sekitarmu. Kamu pasti bisa, Aska."
Aska : "Mala..."
Nirmala : "Kamu enggak bisa gini terus, Aska. Selalu ngandelin harta orang tua kamu. Kalo itu semua menghilang gimana?"
Aska terdiam.
Nirmala menyodorkan pisang goreng yang di suguhkan bersamaan dengan teh tadi ke arah Aska.
Nirmala cont'd : "Makan dulu nih, biar kuat mikirnya."
Aska : "Jahat, ih, ngeledek." Ucapnya sambil menyomot satu buah pisang goreng dan memakannya.
Nirmala tertawa melihat tingkah Aska.
Nirmala : "Kamu orang yang jujur Aska, kamu bisa mengekspresikan apapun yang kamu rasakan dengan lepas. Kamu tahu? Enggak semua orang berani terang-terangan mengakui kekurangan yang ada pada dirinya. Udah aku bilang kan, kamu beda."
Aska : "Emang kamu enggak kayak gitu? Aku malah ngerasa kejujuran aku ini malah kayak sebuah kebodohan. Kamu jangan tiru ya?" Terkekeh.
Nirmala : "Jangan dengerin kata orang, aku tahu sebenernya kamu punya kepribadian yang baik, meskipun agak absurd."
Aska melirik Nirmala sambil menghabiskan sisa pisang goreng di tangannya. Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing.
Aska : "Mala, menurut kamu, aku bisa enggak Yach, ngelewatin ini semua?" Mulai membuka percakapan lagi.
Nirmala : "Pelan-pelan, Aska. Mungkin ini cara Allah mendidik kamu, supaya kamu bisa jadi orang yang bijak juga bertanggung jawab. Menjadi seorang Aska yang lebih baik lagi."
Aska kembali terdiam. Mencoba mencerna kata-kata Nirmala.
CUT TO