INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Laras sedang duduk di Kursinya, Tama mendekatinya --
TAMA
Bisa bicara sama aku?
Laras melihat Tama, datar.
EXT. DEPAN RUMAH LARAS - SORE
Tama dan Laras berada di depan Rumah Laras.
TAMA
Aku minta maaf. Memang benar aku gak kasih tahu kamu soal Ayah. Aku cuma gak mau kamu ikut campur.
LARAS
Karena ini masalah pribadi kamu?
TAMA
Iya.
LARAS
Tapi kamu tahu kan, setidaknya kamu kasih tahu aku?
TAMA
Iya, aku tahu.
LARAS
Dan Karina?
TAMA
Aku pernah bantu Karin. Begitu dia tahu masalah aku, dia mau bantu aku juga. Sama Pram.
LARAS
Kasus Karina sama Pak Irfan?
TAMA
(mengangguk)
Aku minta maaf. Aku tahu aku salah.
LARAS
Hebatnya aku juga gak tahu kamu bantuin Karin. Jangan-jangan masih banyak hal yang aku gak tahu dari kamu.
TAMA
Aku tahu, apapun itu aku minta maaf.
LARAS
Walaupun aku tahu kamu gak harus kasih tahu aku semuanya. Tapi tau dari orang itu rasanya gak enak. Kayak kamu gak anggap aku.
Ada jeda di antara mereka.
LARAS
Dan kenapa kamu mau laporin Kepala Sekolah, orang tua kamu sendiri?
Tama tidak menjawab.
LARAS
Pasti ada alasannya Tama, kamu bukan orang yang suka bercanda.
TAMA
Karena apa yang Ayah lakuin itu salah. Kasus Okta, kasus Karina, kasus Tio dan sekarang korupsi yang dia lakuin. Semua hal yang dia lakuin itu salah, aku yakin apapun yang dia lakuin, dia pasti bilang semuanya demi aku. Padahal aku sama sekali gak minta.
Laras tidak menjawab.
TAMA
Aku cuma mau dia tanggung jawab sebagai orang tua, sebagai Kepala Sekolah.
Laras memeluk Tama, yang di balas Tama. Tama membenamkan Wajahnya di pelukan itu.
LARAS
Maaf, harusnya aku sadar kalau masalah itu memang gak sembarangan orang bisa di ceritaiin.
TAMA
Kamu bukan orang yang sembarangan. Harusnya aku cerita.
Mereka saling melihat, dalam diam.
LARAS
Aku minta maaf. Aku cuma mau kamu jujur sama aku, tapi aku buat kamu gak nyaman.
TAMA
Kamu tahu aku cari soal Tio lagi, kan? kami udah ketemu jawabannya.
Laras tidak menjawab, ia hanya diam.
TAMA
Ronald, abang Roni. Bilang dia gantiin orang yang sebenarnya nabrak Karin, dia juga orang yang tusuk Tio.
LARAS
Kalian percaya sama dia?
TAMA
Dia bilang kami cuma harus cari Pisau sama Mobil yang di pakai sama orangnya.
LARAS
Kalian percaya gitu aja, gak ada bukti sama sekali?
TAMA
Karina bilang dia percaya sama Ronald.
LARAS
Bukan berarti kalian percaya juga kan?
TAMA
Tapi sejauh ini, cuma petunjuk ini yang paling menyakinkan dari yang pernah kami lakuin sebelumnya.
LARAS
Memang, tapi maksud aku, bisa jadi Ronald bohong sama kalian, kan?
TAMA
Memang itu harus kami pikirin, tapi dasarnya dia mau bohong apa?
LARAS
Supaya fokus kalian ke dia, padahal bisa jadi memang dia yang tusuk Tio.
TAMA
Tapi kamu tahu sendiri, Laras. Tio gak pernah ikut geng motor sama sekali. Aku tahu betul dia.
LARAS
Hanya karena kamu tahu dia, bukan berarti kamu tahu segalanya tentang dia kan.
Ada jeda di antara mereka.
TAMA
Kamu kenapa? gak suka aku cari tahu soal Tio?
Laras tidak menjawab, ia hanya diam.
TAMA
Aku harus cari tahu soal Tio. Ini bukan cuma dia.
LARAS
Karina juga?
TAMA
Iya.
LARAS
Sejujurnya aku gak suka kamu cari tahu soal Tio lagi. Bukan karena ada Karina.
TAMA
Tapi aku harus.
Laras melihat Tama, datar.
LARAS
Kalau gitu aku bantu kamu.
TAMA
Bantu?
LARAS
Makin banyak orang makin bagus kan.
TAMA
Iya... makasih.
LARAS
(melamun)
Memang benar apa yang kamu bilang. Gak semua masalah bisa kita ceritaiin ke sembarangan Orang.
TAMA
Maksud kamu?
Laras sesaat masih melamun, sesaat ia tersadar. Ia melihat Tama, tersenyum.
LARAS
Bukan apa-apa, itu cuma pemikiran aku.
Laras menarik Tama masuk ke dalam Rumah.
EXT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI
Karina dan Pram sedang memakan jajanan mereka, dalam diam. Karina melihat sekitar, Pram memperhatikannya.
PRAM
Yang harus kita lakuin sekarang, kita harus cari Mobil itu sama Pisau itu.
KARINA
Itu sama aja cari jarum di tumpukan jemari. Kita cuma tahu Mobil sedan warna hitam, ada baret di bemper depan. Kita gak punya rekaman CCTV, berapa banyak mobil sedan hitam di kota ini. Sayangnya aku gak ingat semuanya.
PRAM
Aku gak paksa kamu buat ingat. Tapi aku yakin kamu pasti ingat, cepat atau lambat.
KARINA
Aku harap itu cepat.
Pram tersenyum mendengarnya.
KARINA
Dan kita harus cari saksi itu, Perempuan. Ronald bilang dia kayak wanita penghibur. Walaupun Ronald juga gak yakin. Kamu tahu daerah wisata malam, Pram?
PRAM
Tahu, akan jadi masalah kalau kita ketahuan di daerah itu. Bisa-bisa kita di tangkap.
Ada jeda di antara mereka.
PRAM
Ciri-ciri saksinya kayak apa?
KARINA
Setinggi aku, berarti sekitar seratus enampuluh limaan. Rambut panjang, kulitnya kuning langsat. Umurnya kayak 30-an. Cuma itu yang Ronald tahu.
PRAM
Ciri-cirinya juga gak spesifik.
KARINA
Setidaknya kita tahu kalau ada saksi.
Pram hanya diam, tidak menjawab.
KARINA
Udah ada kabar dari Om Dedi?
PRAM
Belum.
KARINA
Aku juga gak yakin Om kamu bisa bantuiin kita lagi. Dia pasti di awasin.
PRAM
Iya, itu yang aku khawatirin. Kita harus cari sebisa kita.,
Karina mengangguk, memakan jajanannya. Ia melihat Pram.
KARINA
Pram, kalau aku ajak kamu ngeband, mau gak?
PRAM
Band? kayak aku dulu sama Tio?
KARINA
Iya, kenapa gak. Aku di vokal, kamu di gitar, Tama di Drum.
Pram tidak menjawab, ia hanya diam.
KARINA
Kebetulan aku ada jadwal manggung malam ini. Aku tahu kita butuh latihan, setidaknya kita bisa senang-senang bareng-bareng.
PRAM
Kamu menikmati kayaknya?
KARINA
Kalau kita gak menikmati hidup, apa gunanya kita hidup, kan? Kita cuma anak sekolah umur tujuh belas tahun.
Pram hanya melihat Karina.
EXT. CAFE - MALAM
Karina menyanyi di atas Panggung, ia selesai membawakan lagu. Terdengar suara tepkan tangan dari Penonton. Pram, Tiwi dan Harris juga bertepuk tangan.
Karina turun dari Panggung dan berjalan menuju Meja Mereka bertiga.
PRAM
Kenalin ini adik aku, Tiwi.
Karina dan Tiwi bersalaman --
TIWI
Apa yang kakak lakuin buat lawan Pak Irfan itu keren. Serius.
KARINA
(tersenyum)
Makasih. Dan kamu adiknya Pram? aku yakin cuma kamu yang merasa hidup di rumah itu.
TIWI
Iya, sisanya cuma ngejalanin hidup. Jadi penonton.
Mereka berdua tersenyum.
KARINA
Adik kamu asik, Pram. Serius.
Pram melihat Tiwi, setuju.
KARINA
Kamu mau makan apa? kakak beliin.
HARRIS
Oh, ya. Aku mau semuanya yang enak.
Karina tersenyum.
TIWI
Kami cari makanan dulu.
Harris dan Tiwi berjalan --
TIWI
Kakak kamu asik, serius.
HARRIS
Iya, sayangnya aku gak bisa kayak gitu.
TIWI
Oh, ya. Menurut aku kamu asik. Kamu jadi diri kamu sendiri, sementara yang lain cuma pura-pura buat dapetin perhatian cewek-cewek.
HARRIS
So deep. Aku pernah dengar, ada pemikiran kalau masalah cowok itu cuma dua. Kalau gak uang ya tampang.
TIWI
Iya dan itu di amini banyak cowok. Aku kasihan sama cewek-cewek mereka.
HARRIS
Kenapa kasihan? bukannya cewek mereka juga punya pemikiran yang sama? Bukannya kalau kita pacaran itu artinya komitmen dan kita harus satu pikiran sama pasangan kita.
Tiwi berhenti. Ia melihat Harris.
TIWI
Harusnya mereka punya pilihan, kan?
HARRIS
Setidaknya kamu udah paham. Jadi kamu tahu harus ngapain kalau ketemu cowok kayak gitu.
Tiwi melihat Harris, mengangguk. Harris juga mengangguk. Mereka tersenyum.
TIWI
Harris. Aku kayaknya serius mau jadi Pro gamer.
HARRIS
Itu bagu, Tiwi. Aku pasti bantuiin kamu.
TIWI
Makasih. Aku juga pasti bantuiin kamu soal penulis film.
HARRIS
Oh, ya itu harus. Aku butuh orang yang ngomong apa adanya. Dan orang itu kamu.
TIWI
Tunggu itu pujian atau apa?
HARRIS
(tersenyum)
Itu pujian Tiwi.
TIWI
Gak, Haris. Itu bukan pujian.
Mereka berdua berjalan, sambil tertawa.
Di meja mereka, Pram dan Karina melihat sekitar.
PRAM
Rosa gak dateng?
KARINA
Rosa sama Gio. Mereka ada date katanya.
Mereka tersenyum.
PRAM
Malam ini ramai.
KARINA
Lumayan, biasanya lebih ramai dari ini.
SUARA PEREMPUAN (O.S)
Karin.
Karina menoleh. ASTRID PUTRI, 30-an, berdiri di sebelah Karina. Karina tersenyum melihatnya. Pram melihat mereka, datar.
ASTRID
Kamu nyanyi malam ini, kan?
KARINA
Iya, Kak. Kakak datang sama siapa?
ASTRID
Sendiri, cuma mau lihat kamu.
KARINA
Aku suka lihat Kakak kalau bilang sendiri. Kayak gimana gitu.
ASTRID
Iya, kan. Kayak Kakak tahu apa yang Kakak mau lakuin.
Karina menunjuk Astrid, setuju dengan perkatannya. Astrid melihat Pram, Karina tersadar.
ASTRID
Ini siapa, pacar kamu?
KARINA
Bukaaaan, teman aku. Pram kenalin Kak Astrid. Kak Astrid, ini Pram.
Mereka saling berkenalan. Pram tersenyum ramah, yang dibalas Astrid.
ASTRID
Kakak duduk di tempat biasa.
Karina mengangguk, Astrid berjalan pergi, sekilas ia memberikan salam ke Pram, ia membalasnya, sopan. Pram melihat Astrid pergi.
PRAM
Kenalan kamu?
KARINA
Iya, kenalan aku. Baru kenal waktu aku kerja di sini. Dia suka suara aku, kadang-kadang dia suka kasih aku uang buat jajan katanya.
Pram melihat Astrid dari kejauhan, datar.
KARINA
Pram, kenapa kamu lihatin Kak Astrid gitu? wajarlah ya, dia cantik, banyak yang suka.
PRAM
Iya, dia cantik. Tapi dia bukan kamu kan?
Karina terkejut mendengarnya, ia melihat Pram. Pram menyadarinya.
PRAM
Kenapa kaget, kamu yang bilang sendiri cuma ada satu Karina Hartono di dunia ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Karina tidak menjawab, ia berdehem, ia melihat ke arah lain. Ia merasa canggung.
PRAM
Kamu di panggil.
Karina tersadar, ia berjalan menuju Panggung tanpa melihat Pram. Disana ia berbicara dengan Para Pemain Band, mereka sedang bersiap-siap.
Pram melihat Karina, lekat-lekat. Karina melihat Pram, ia tersenyum kepadanya. Pram membalasnya, ia tersenyum kecil.
KARINA
Selamat Malam semuanya, untuk memulai malam hari ini, saya akan membawakan lagu berjudul CHRISYE.
Terdengar suara tepuk tangan dari Penonton. Pram juga bertepuk tangan.
Karina membawakan lagu itu dengan Aransemen dari Band itu.
Semua orang yang ada di situ bernyanyi bersama. Termasuk Pram, yang juga ikut bernyanyi.
Karina menikmati apa yang dia lakukan. Pram tersenyum melihat Karina yang bernyanyi bersama penonton.
INT. RUANG KERJA AGUNG - RUMAH PRAM - MALAM
Pram berjalan menuju Agung yang sedang membaca Buku. Ia tersadar, melihat Pram.
AGUNG
Ada apa?
PRAM
Pram cuma mau kasih tahu. Pram dapat seleksi Timnas Futsal.
AGUNG
Ternyata kamu serius sama Futsal?
PRAM
Iya, jangan sampai Bapak tahu dari Orang Lain dan supaya Bapak tahu apa yang Pram mau.
AGUNG
Alasan kamu?
PRAM
Karena hidup ini Pram yang jalanin, bukan Bapak atau Ibu. Bukan siapapun.
AGUNG
Apa ini bentuk perlawanan kamu, Pram?
PRAM
Justru Pram minta izin sama Bapak.
Agung tidak menjawab, ia hanya melihat Pram, datar.
PRAM
Jadi Pram harap Bapak ngerti pilihan Pram.
Pram berjalan menuju keluar pintu. Ia berhenti, melihat Agung.
PRAM
Satu hal lagi. Kalau Bapak kira Pram gak serius. Bapak bisa lihat sendiri nanti.
AGUNG
Bapak yakin kamu pasti balik ke Pram yang dulu.
PRAM
Pram masih Pram yang sama, Pak. Cuma pemahaman Pram yang berbeda.
AGUNG
Makanya kamu harus jadi Pram yang dulu.
PRAM
Sayangnya Pram yang itu udah berubah.
Pram tersenyum kecil. Agung melihat Pram, datar.
PRAM
Sekarang Pram bukan pengecut lagi.
Pram berjalan keluar. Agung melihat Pintu itu, datar.
INT. RUANG TENGAH - RUMAH PRAM - MALAM
Pram keluar dari Ruangan itu. Ia berhenti, melihat Laras ada di depannya.
PRAM
Sebaiknya kita saling dukung sekarang, Tiwi.
Tiwi tersenyum kepada Pram. Ia mengangkat tangannya. Pram berjalan dan menepuk tangan Tiwi.
PRAM
Apa yang kita lakuin ini gak salah.
TIWI
Tiwi tahu.
Mereka berdua berjalan menuju Kamar mereka masing-masing.
INT. KAMAR LARAS - RUMAH LARAS - MALAM
Laras berbaring di Kamarnya, melihat langit-langit kamarnya, datar.
Ia bangun dan berjalan menuju Meja Belajarnya. Ia membuka lacinya.
Laras melihat datar bungkusan yang tertutup kain di laci itu, datar.
FADE OUT.