Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bintang SMA 105
Suka
Favorit
Bagikan
2. Bagian 2

INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH - PAGI

Karim dan Septia duduk bersebahan di Kursi, dengan Gelas di tangan mereka masing-masing.

KARIM

Saya udah tahu kita harus mulai dari mana.

SEPTIA

Dari mana, Pak?

KARIM

Kita bisa mulai dari Bendahara Sekolah.

Mereka tidak bicara, hanya meminum Kopi.

EXT. KORIDOR - SEKOLAH - PAGI

Laras berjalan di Koridor, mencari kiri dan kananya. Di depannya ada Karina yang sedang berjalan. Mereka bertemu.

LARAS

Karin, kamu lihat Tama?

KARINA

Tadi aku lihat di ruang guru. Btw, Tama baik-baik aja kan?

Laras melihat Karina, heran.

LARAS

Memangnya Tama kenapa?

KARINA

Soal Kepala Sekolah.

LARAS

Kepala Sekolah apa? Apa ada yang kamu tahu yang aku gak tahu tentang Tama?

KARINA

Kamu gak tahu? Kirain aku kamu tahu.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Aku minta maaf, kirain aku Tama cerita ke kamu. Gak enak jadinya.

Laras hanya diam, ia melihat Karina, datar.

EXT. BELAKANG SEKOLAH - SEKOLAH - SIANG

Tama dan Laras berada di belakang sekolah. Tama melihat Laras yang melihatnya, dingin.

LARAS

Kenapa kamu gak cerita soal Kepala Sekolah?

Tama tidak menjawab, ia hanya diam.

LARAS

Aku tanya kamu, Tama. Kenapa?

TAMA

Aku cuma gak mau susahin kamu.

LARAS

Tapi sekarang kamu jadi susah, karena aku tahu. Dari orang lain.

Tama tidak menjawab, ia hanya diam.

LARAS

Jadi kamu anggap aku apa?

Tama tidak menjawab, ia hanya diam.

LARAS

Kenapa rasanya aku makin jauh dari kamu?

TAMA

Aku minta maaf...

LARAS

Simpan maaf kamu. Yang aku butuh bukan itu.

Laras berjalan meninggalkan Tama. Tama hanya melihat sekitar, datar.

INT. RUANG TUNGGU - LEMBAGA PEMASYARAKATAN - SIANG

Karim dan Septia duduk di Ruang Tunggu. Pintu terbuka, Suparman berjalan di dampingi Petugas Lapas, memakai Baju Tahanan.

Mereka duduk kursi. Suparman hanya diam, Septia meletakan bungkusan di depannya.

SEPTIA

Saya bawakan makanan untuk Bapak.

Suparman melihatnya, datar.

KARIM

Gimana kabar Bapak, baik?

Suparman tidak menjawab, ia hanya diam. Karim membuka Bungkusan itu dan memberikan Sendok kepada Suparman. Sesaat ia hanya melihatnya.

KARIM

Bapak harus makan.

Suparman perlahan mengambil Sendok dan mulai memakan Nasi Bungkus itu.

Karim dan Septia hanya melihatnya.

CUT TO:

Nasi Bungkus itu habis. Suparman meminum airnya. Ia terlihat lebih bernyawa dari sebelumnya.

KARIM

Gimana hasil penyelidikan?

SUPARMAN

Semua bukti mengarah ke saya.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Saya mau tanya Bapak satu hal. Apa Bapak benar-benar yakin kalau Bapak di jebak Kepala Sekolah?

Suparman melihat mereka berdua.

KARIM

Apa Bapak benar-benar tidak korupsi dana BOS?

SUPARMAN

Saya berani bersumpah demi keluarga saya dan agama saya.

KARIM

Apa yang Bapak lakukan kalau kami punya bukti kuat untuk meringankan hukuman Bapak?

Suparman melihat mereka berdua, bergantian.

SUPARMAN

Saya akan melakukan apapun untuk membantu kalian.

KARIM

Apa yang Bapak tahu tentang dana BOS sekolah kita.

Suparman melihat mereka berdua.

SUPARMAN

Hanya Kepala Sekolah yang punya akses ke Dana BOS. Hanya dia yang tahu dana itu di alirkan dan untuk apa. Saya sebagai Bendahara Sekolah hanya untuk sebagai penghias. Pada dasarnya, dana BOS itu di rencanakan dan di sahkan Kepala Sekolah.

KARIM

Dan Bapak harus ada untuk merencanakan kegiatan apapun itu di sekolah.

SUPARMAN

Bisa di bilang saya yang merencanakannya, walaupun itu semua program dari Kepala Sekolah. Satu hal lagi, bukan saya yang memegang Dana BOS itu, tapi kepala sekolah. Termasuk kode keamanan di aplikasi.

SEPTIA

Tunggu, Pak. Kode keamanan aplikasi? maksudnya apa?

SUPARMAN

Oke, saya jelaskan. Dana BOS dan BOP itu sekarang berada di aplikasi, tujuannya agar semuanya tercatat dalam sistem, sehingga tidak bisa di manipulasi. Dan yang memegang kode keamanan dari setiap sekolah itu hanya Kepala Sekolah. Tujuannya apa? untuk keamanan itu sendiri. Sedikit orang yang tahu kode itu lebih baik, itu prinsipnya.

KARIM

Jadi ada kemungkinan kalau Kepala Sekolah menggunakan dana BOS dan BOP untuk dia sendiri.

SEPTIA

Masih mungkin, kita gak punya bukti yang kuat buat buktiin tuduhan itu.

SUPARMAN

Saya akan melakukan apapun untuk membuktikan saya tidak salah. Pegang kata-kata saya. Saya harus akui saya bukan orang yang jujur, tapi saya benar-benar tidak pernah korupsi dana BOS dan BOP.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Apa yang membuat kami harus percaya Bapak?

SUPARMAN

Saya menyimpan semua file saya tentang dana BOS dan BOP.

KARIM

Itu semua sudah di ambil Polisi.

SUPARMAN

Tidak kalau saya membuat cadangannya. Dan yang ada di tangan Polisi itu sudah di ubah, saya yakin.

KARIM

Dimana?

Karim melihat Suparman, serius.

EXT. LEMBAGA PERMSAYARAKATAN - SORE

Karim dan Septia keluar dari Pintu LP. Mereka berdiri, sesaat melihat sekitar.

SEPTIA

Kalau ini benar-benar terjadi, Pak. Ini masalah besar.

KARIM

Dana pendidikan di APBN menjadi ketiga yang terbesar dan setiap tahun mengalami kenaikan. Siapapun orang yang punya akses ke dana itu, pasti akan tergiur.

SEPTIA

Bendahara dan Tama memang benar. Mereka tidak berbohong. Kepala Sekolah punya hubungan dengan semua ini.

KARIM

Motif Bendahara Sekolah bisa kita pahami. Tapi saya masih penasaran dengan motif Tama.

Septia melihat Karim sesaat.

KARIM

Kenapa dia mau melaporkan Kepala Sekolah? Orang Tuanya sendiri?

SEPTIA

Ditambah dia pernah bilang ke kita dia takut melaporkan Orang Tuanya sendiri.

KARIM

Ada sesuatu di antara mereka. Itu yang bisa saya pastikan.

Septia hanya diam.

KARIM

Jadi apa Ibu masih mau bantu saya dalam kasus ini?

SEPTIA

Iya, saya bantu Bapak.

Karim tersenyum mendengarnya, yang juga di balas Septia. Mereka berdua berjalan menjauhi LP.

EXT. JALAN - BERGERAK - SORE

Karina dan Pram berada di atas Motor. Di sebelah mereka, Tama dan Roni yang mengendarai Motor mereka-masing.

Karina yang melihat ke arah depan, datar. Pram yang mengendarai Motor sesaat melihat Karina, memperhatikannya.

Kendaraan mereka melaju di lalu lintas yang tidak padat.

EXT. LEMBAGA PEMASYARAKATAN - SORE

Karina berdiri di depan LP. Ia melihat bangunan itu, datar.

Pram berada di sebelahnya, sesaat memperhatikan Karina.

PRAM

Kalau kamu gak mau ketemu, biar aku sama Roni.

Karina melihat Pram.

PRAM

Aku bisa rekam suaranya. Kamu bisa dengar nanti.

Karina melihat LP di depannya, datar.

Roni dan Tama berada di samping mereka, melihat ke arah yang sama.

RONI

Aku saranin aku sama Karina yang pergi.

Mereka bertiga melihat Karina yang memenjamkan Mata, menarik nafas dan menghembuskannya. Ia membuka mata.

KARINA

Biar aku sama Roni yang pergi. Kalian berdua tunggu di sini.

Karina melihat Pram, yang juga melihatnya.

KARINA

Aku gak apa-apa.

PRAM

Aku tunggu di sini.

Karina melihat Roni, ia mengangguk. Mereka berdua berjalan menuju Pintu Masuk LP.

Pram dan Tama hanya berdiri, melihat mereka masuk ke dalam LP. Pram berjalan menuju Motornya, sesaat Tama melihatnya. Ia menyusulnya.

TAMA

Apa kamu khawatir sama Karin, Pram?

Pram duduk di atas Motornya. Tama berada di sebelahnya.

PRAM

Iya.

TAMA

Gara-gara kita takut. Dia harus yang turun tangan sendiri.

PRAM

Awas kalau kamu berhenti di tengah jalan.

TAMA

Awas kalau kamu berhenti di tengah jalan.

Mereka saling melihat, datar.

INT. RUANG TUNGGU - LEMBAGA PEMASYARAKATAN - SORE

RONALD PUTRANTO, 20-an, berjalan menuju mereka, di sampingnya ada Penjaga Lapas. Ia duduk di depan mereka. Ia melihat Roni dan Karina.

Karina yang menunduk dari tadi, ia memenjamkan matanya, menarik dan mengeluarkan nafas, berkali-kali.

RONI (O.S)

Karin, Ronald udah datang.

Karina menarik nafas dalam, ia menghembuskannya. Ia membuka matanya, melihat Ronald.

Ronald melihatnya, datar. Mereka saling melihat, dalam diam.

RONI

Karina mau ketemu kamu.

Ronald melihat Karina. Karina hanya melihatnya, datar.

KARINA

Kata Roni kamu bilang ke dia bukan kamu yang nabrak aku.

RONALD

Apa kamu percaya kalau aku bukan orang yang nabrak kamu?

KARINA

Aku gak tahu. Tergantung dari kamu.

RONALD

Kalau memang bukan aku yang nabrak kamu. Apa yang mau kamu lakuin?

KARINA

Aku cari orang yang nabrak aku, sampai ketemu. Karena ini bukan cuma tentang aku.

RONALD

Apa karena Tio juga?

KARINA

Kamu tahu sendiri.

RONALD

Apa kamu yakin bisa buat orang yang nabrak kamu di tangkap?

KARINA

Mungkin. Semuanya tergantung kamu.

RONALD

Memang bukan aku yang tabrak kamu. Aku dijebak.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Dasar kamu bicara itu?

RONALD

Karena kamu sendiri tidak yakin kalau aku yang tabrak kamu.

KARINA

Bisa saja kamu bikin cerita itu, seolah-olah bukan kamu yang nabrak aku.

Roni melihat Karina.

KARINA

Bisa jadi kamu cari simpati, bilang ke Roni dan entah bagaimana karena aku mau cari tahu tentang kecelakaan aku, percaya apa yang di bilang Roni.

RONALD

Tapi kamu di sini sekarang, kan? Sedikit banyak kamu gak percaya Tio lakuin itu. Kamu putus asa dan cari tahu.

KARINA

Begitu juga kamu, kan? putus asa, makanya kamu bilang ke Roni bukan kamu pelakunya. Berharap ada yang percaya cerita kamu.

Ada jeda di antara mereka.

RONALD

Oke, cukup adil. Kita sama-sama punya tujuan yang sama.

KARINA

Iya, makanya aku harus pastiin.

Ronald melihat Karina, melihat Kepalanya.

RONALD

Bekas luka kamu, udah gak sakit lagi?

KARINA

(memegang bekas luka)
Kadang-kadang, kalau aku stress.

RONALD

Tapi kamu terus mimpiin mimpi yang sama kan?

Karina terdiam, ia hanya melihat Ronald.

RONALD

Kamu tahu sendiri tentang rasa bersalah korban. Kadang-kadang kamu mimpiin kecelakaan itu. Setiap mimpi kamu dalam keadaan yang berbeda, semacam mimpi kamu kayak mau kasih tahu mau sesuatu.

KARINA

Iya, aku gak tahu itu cuma mimpi atau memang kecelakaan aku. Sampai sekarang aku masih belum bisa ingat kecelakaan itu.

RONALD

Kamu mengira itu mimpi, padahal itu sebenarnya ingatan kamu.

KARINA

Di mimpi aku. Aku dengar orang bilang kamu akan jadi noda di dalam karir saya.

RONALD

Kamu mau aku bilang itu?

Karina tidak menjawab, ia hanya diam.

RONALD

Kamu akan jadi noda di dalam karir saya.

Roni melihat Karina, menunggunya. Karina dan Ronald masih saling melihat, lekat-lekat.

KARINA

Kenapa kamu gak bilang langsung siapa orang yang jebak kamu?

RONALD

Gak ada yang percaya sama Tahanan dan Anak-anak SMA. Kecuali kalian bisa dapatin barang bukti.

KARINA

Barang bukti?

RONALD

Mobil yang nabrak kamu dan Pisau yang di pakai buat Tusuk Tio.

KARINA

Karena itu percuma kamu kasih tahu aku siapa yang jebak kamu.

RONALD

Ditambah juga aku setuju mau jadi pengganti.

RONI

Ronald setuju karena orang itu bayar biaya rumah sakit Ibu.

KARINA

Masih sampai sekarang?

RONI

Masih.

KARINA

Dan alasan kamu berubah pikiran?

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Aku ngerti sekarang.

RONALD

Aku minta maaf.

KARINA

Gak apa-apa. Memang aku udah mau cari tahu. Untungnya kamu bicara jujur dari awal.

Mereka berdua melihat Karina.

RONALD

Aku bantu kamu.

KARINA

Kalau itu harus. Aku gak bisa apa-apa kalau kalian gak bantu aku.

RONALD

Soal barang bukti. Aku gak tahu ada di mana. Kalian harus cari sendiri.

Karina melihat Ronald.

KARINA

Oke, tapi aku butuh apa yang kamu tahu.

RONALD

Dan satu hal, ada saksi. Aku gak ingat dia siapa, tapi yang pasti dia perempuan. Dan Polisi gak tahu.

Karina melihat Ronald, serius. Roni melihat mereka berdua.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar