EXT. DEPAN RUMAH KARINA - SORE
Karina, Pram hanya diam. Mereka melihat Roni berdiri di depan mereka.
RONI
Ronald bukan orang yang tusuk Tio.
PRAM
Kamu ada buktinya?
RONI
Gak ada. Tapi Ronald yang bilang gitu.
PRAM
Dia ada buktinya?
RONI
Kalau itu aku gak tahu.
KARINA
Kalau gitu aku harus bicara sama dia.
Pram melihat Karina.
KARINA
Itu memang rencananya, kan.
RONI
Aku bisa bantu kamu.
Karina melihat Roni.
RONI
Aku cuma mau orang yang sebenarnya di tangkap.
PRAM
Itu yang kami mau juga.
Karina hanya diam.
INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Karim berdiri di depan Kelas, ia melihat ke arah Murid-murid dengan senyuman yang mengembang.
Murid-murid juga melakukan hal yang sama.
KARIM
Bapak senang bisa kembali lagi ke kelas ini. Jadi wali kelas kalian.
Tepukan tangan yang meriah di lakukan Murid-murid. Karina juga melakukannya.
KARIM
Apa yang terjadi beberapa hari belakangan ini, Bapak minta maaf. Bapak bohong sama kalian.
Terdengar satu dua jawaban yang terdengar dari murid-murid. Karim tersenyum mendengarnya.
KARIM
Hasil rapor kalian sudah keluar. Untuk nilainya, ada yang memuaskan dan ada yang tidak. Tapi tidak masalah, makanya ada Bapak disini. Bapak akan bantu kalian, kalian paham?
Terdengar jawaban dari Murid-murid.
KARIM
Sebelum itu, Bapak akan kasih kalian materi tentang minat dan bakat yang Bapak dapat dari Pelatihan kemarin. Karena tidak semua dari kalian suka akademik. Maka kalian harus tahu minat dan bakat kalian. Tujuannya supaya kalian bisa mengasah dan mungkin bisa menjadi skill kalian di masa depan.
Murid-murid hanya diam, tidak menjawab.
KARIM
Kalau kalian masih ragu, kalian bisa bicara sama Bapak.
Murid-murid berpikir, mencari jawaban. Pram hanya memandatang datar Karim.
EXT. LAPANGAN - SEKOLAH - PAGI
Karim dan Tama sedang duduk di Lapangan Sekolah. Cola ada di tangan mereka masing-masing.
TAMA
Maaf, Pak. Gara-gara saya, Bapak di keluarin sama Ayah.
KARIM
Sekarang Bapak udah balik lagi ke sini. Itu yang penting, kan?
Tama tersenyum kecil mendengarnya.
KARIM
Tapi apa yang kamu lakuin itu luar biasa, Pram. Gak semua orang berani lakuin itu.
TAMA
Dan sekarang semua yang saya lakuin itu sia-sia.
KARIM
Kamu cuma Anak Sekolah umur tujuh belas tahun, tapi pikiran kamu melebihi semua orang dewasa di sini, kamu harusnya bangga. Tapi percaya Bapak, semua yang kamu lakuin itu gak sia-sia.
Tama tidak menjawab.
KARIM
Sebagai wali kelas kamu. Itu tugas Bapak untuk lindungi semua anak murid Bapak. Dan sebagai guru, ini tugas Bapak untuk melindungi sekolah dan nilai-nilai sekolah.
Karim memegang pundak Tama, kemudian ia tersenyum. Tama juga ikut tersenyum.
KARIM
Karena kamu Bapak punya keberanian. Makasih, Tama.
Tama hanya tersenyum.
EXT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI
Karina dan Rosa duduk di Kursi Kantin. Mereka sedang memakan jajanannya.
ROSA
Kamu mau ketemu Ronald?
Karina mengangguk, sambil memakan jajanannya.
ROSA
Kabarin aku kalau ada apa-apa.
KARINA
Oke. POPDA kamu kapan?
ROSA
Dua minggu lagi.
KARINA
Gak ada masalah kan?
ROSA
Ada, tapi waktu aku jadinya kurang sama kamu.
Karina melihat Rosa, tersentuh.
KARINA
Aaaaaahhhhhh, Rosa...
ROSA
Abis POPDA kita girls day out. Mau gak?
Karina mengangguk, mereka berdua tersenyum.
Pram berjalan melewati mereka, sesaat Karina melihatnya. Rosa menyadarinya.
ROSA
Kamu kenapa lihat Pram serius gitu?
KARINA
Gak apa-apa.
Rosa melihat Karina, tersenyum kecil.
ROSA
Setahu aku Pram cuma sekali pacaran. Waktu SMA kelas satu, terus mereka putus. Mantannya pindah ke luar kota.
KARINA
Terus hubungannya sama aku apa?
ROSA
In case you missed it.
KARINA
Itu TMI, Rosa.
ROSA
Buat aku iya, tapi gak buat kamu.
Pram berjalan melewati mereka, Karina masih melihat Pram.
ROSA
Ada yang bilang mereka putus, tapi ada yang bilang mereka masih lanjut. Kamu harus tanya sama Pram.
KARINA
Sekali lagi, hubungannya sama aku?
ROSA
In case you missed it.
Karina menggeleng.
ROSA
Aku kenal mantannya. Harus aku akui dia lebih cantik dari kamu.
Karina melihat Rosa, tidak percaya. Sesaat ia memperbaiki anak-anak rambut di pinggir Matanya.
ROSA
Namanya Cantika.
KARINA
Hubungannya sama aku apa, Rosa?!
Rosa mengangkat bahu. Karina masih tidak percaya.
ROSA
Banyak yang bilang mereka cocok, kayak serasi gitu. Tapi aku bilang biasa aja.
KARINA
Serius, Rosa. Hubungannya sama aku apa?
ROSA
Aku cuma kasih tahu kamu.
KARINA
Aku tahu kamu Rosa, gak mungkin gak ada alasan.
ROSA
Yang artinya kamu tahu alasan aku kasih tahu kamu.
KARINA
Aku benci kamu tahu aku.
ROSA
Walaupun masih belum ada apa-apa, setidaknya kamu udah aku kasih info. Setidaknya kamu bisa siap-siap.
KARINA
Buat apa?
ROSA
Kalau kamu di tolak --
Rosa berjalan cepat keluar Kantin. Karina melihtanya, tidak percaya.
KARINA
KURANG AJAR!!!
Karina menyusul Rosa, keluar kantin.
INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Anak-anak sedang bersiap pulang. Pram merapikan Peralatan Sekolahnya dan memasukan ke dalam Tas.
Ia melihat Tama, datar.
EXT. DEPAN RUMAH - PERUMAHAN - SORE
Tiwi dan Harris turun dari Motor. Tiwi berjalan masuk ke dalam Rumah itu, tampak sepi.
Harris di belakangnya melihatnya. Ia berjalan masuk.
INT. KAMAR TIWI - RUMAH PERUMAHAN - SORE
Harris berdiri, ia melihat ke arah depannya, datar. Tiwi berdiri di sampingnya, melihat ke arah yang sama.
HARRIS
Ternyata kamu serius.
Di depan mereka ada Perlengkapan Gaming. Meja, Kursi dan Komputer dan juga Stading Mic.
Tiwi berjalan ke tempat itu. Harris melihat sekitar.
HARRIS
Dan aku yakin ini bukan rumah kamu. Aku yakin ada alasan kenapa semua barang-barangnya di sini.
TIWI
Yang tahu aku serius soal Mobile Game cuma Ibu sama Abang.
HARRIS
Alasan Bapak kamu gak tahu? dia larang kamu?
TIWI
Bapak aku itu kaku. Semua keluarganya harus ikutin apa yang orang tua mereka suruh. Dan itu terjadi di keluarga aku.
HARRIS
Kalau dia tahu?
TIWI
Barang-barang ini di buang. Yang paling parang aku gak bisa kemana-mana.
Ada jeda di antara mereka.
HARRIS
Aku gak tahu rasanya di kekang, tapi yang pasti itu gak enak.
TIWI
Setiap keluarga punya masalah, kan. Dan Bapak yang kaku jadi masalah keluarga aku.
HARRIS
Kamu pernah bilang mau jadi pro gamer?
TIWI
Percuma kalau cuma aku yang bilang. Ibu aku pasti gak bisa belaiin aku. Abang aku? aku belum tahu dia maunya apa. Tapi aku bisa lihat dia juga udah berani, dalam arti positif.
HARRIS
Iya, aku ngerti. Jadi udah sejauh mana karir profesional kamu?
TIWI
(tersenyum)
Karir? Aku baru mulai streaming game setahun yang lalu. Tapi serius main mobile game sejak lima tahun yang lalu.
HARRIS
Lima tahun? setahun setelah mereka muncul. Kamu orang lama ternyata.
TIWI
Dua tahun aku gak main, waktu itu ketahuan Bapak aku gara-gara nilai aku turun. Kamu tahu sendiri orang tua konservatif kayak apa.
Harris melihat sekitar, ia melihat Tiwi.
HARRIS
Jadi apa yang bisa aku bantu?
TIWI
Bantu? jadi subscriber aku terus share ke kenalan kamu.
HARRIS
Oke, aku lakuin buat kamu.
Mereka berdua tersenyum. Tiwi mulai menghidupkan Komputer dan mengeluarkan Handphonenya. Harris mendekat.
EXT. DEPAN RUMAH TAMA - SORE
Pram berdiri di atas Motor, ia melihat Rumah di Tama, sepi.
Ia melihat sekitar, tak ada orang. Ia memakai Helm --
TAMA (O.S)
Ngapain kamu di sini?
Pram melihat ke arah sumber suara. Tama berada di belakangnya, memperhatikan Pram.
Pram tidak menjawab. Tama berdiri di depannya.
TAMA
Ngapain kamu di sini? Ada perlu sama Bapak?
PRAM
Gak, cuma lewat.
TAMA
Kalau cuma lewat kenapa pake berhenti?
Pram tidak menjawab, ia hanya diam. Tama masuk ke dalam Rumah, membuka Pagar --
PRAM
Tadi aku cari makanan di sekitar sini.
Tama hanya diam. Pram dalam keadaan canggung.
PRAM
Aku pergi.
Pram menghidupkan Motornya. Tama melihatnya.
TAMA
Didepan ada yang enak, mau aku kasih tahu?
Pram tidak menjawab, mereka saling melihat.
INT. RUMAH MAKAN - SORE
Pram dan Tama makan makanan mereka, dalam diam. Mereka sesekali saling melihat, tak ada yang bicara.
PRAM
Tumben gak pulang sama Laras?
TAMA
Dia mau pulang duluan, ada urusan.
PRAM
Dia tahu masalah ini?
TAMA
Gak, kamu tahu dia ngapain kalau tahu. Jangan sampai dia tahu masalah ini.
Pram mengangguk, melanjutkan makannya.
TAMA
Aku dengar Roni mau bantu kita?
PRAM
Iya, dia bantuin kita. Kita tinggal tunggu buat ketemu Ronald.
Tama mengangguk, melanjutkan makannya. Mereka dalam diam.
Terdengar suara Handphone Pram, sesaat ia melihat, terlihat dari Layar Handphone:
BAPAK
Pram membalikan Handphonenya, melanjutkan makan. Tama melihatnya.
TAMA
Om Agung bilang apa soal pak Karim?
PRAM
Dia gak bilang apa-apa.
TAMA
Sejujurnya aku lebih ngeri lihat Om Agung daripada Ayah aku sendiri.
PRAM
Karena Bapak orangnya tenang dan Om Sugeng meledak-ledak?
TAMA
Kalau Ayah aku masih bisa tahu rencana dia karena dia pasti cerita.
PRAM
Sedangkan Bapak gak tahu sama sekali apa rencana dia.
TAMA
Kamu harus hati-hati buat cari tahu masalah Tio, Pram. Kita gak bisa harapin Om Dedi lagi.
PRAM
Iya aku mikirnya juga gitu. Apa yang kita harapin dari Polisi.
TAMA
Mereka hanya ikutin perintah, gak bisa berbuat banyak buat bantuin kita, anak sekolah.
PRAM
Maka dari itu, kita harus ketemu Ronald.
TAMA
Kalau memang bukan Ronald yang nusuk Tio, kita harus ngapain?
PRAM
Tergantung, Karina maunya gimana. Sekarang semua tergantung Karina.
TAMA
Aku hanya berharap kita bisa nemuin jawabannya kali ini.
PRAM
Itu semua yang kita mau, kan?
Mereka saling melihat, dalam diam.
INT. LAPANGAN FUTSAL - SORE
Pram melakukan pemanasan di pinggir lapangan. PELATIH, 30-an, berdiri di pinggir Lapangan, memperhatikan pemain-pemain.
Pram melihat ke arah mereka, datar.
PRAM
Minat dan Bakat... Futsal...
Terdengar suara peluit yang berbunyi.
PELATIH (O.S)
Semuanya kumpul.
Pram menyelesaikan pemanansan dan berlari ke tengah lapangan.
EXT. TERAS - RUMAH PRAM - MALAM
Pram turun dari Motor, sesaat ia melihat Agung yang berada di Teras Rumah, membaca buku, sendirian.
Pram berjalan menuju Agung dan menyalaminya dan masuk ke dalam Rumah --
AGUNG
Latihan Futsal lagi?
Pram berhenti.
AGUNG
Kamu jangan terlalu serius sama Futsal. Itu bukan masa depan kamu.
PRAM
Akpol masa depan Pram?
Agung tidak menjawab, ia hanya diam. Pram berjalan --
AGUNG
Masa depan kamu sudah di tentukan. Ikuti semua apa yang Bapak suruh. Kamu harus jadi kebanggan buat keluarga.
PRAM
Kebanggaan keluarga atau pencapaian buat ambisi Bapak?
Agung meletakan Bukunya, ia melihat Pram. Pram juga melihat Agung.
PRAM
Jangan jadikan Anak buat pencapaian pribadi, Pak. Pram masuk.
Pram berjalan masuk ke dalam rumah. Agung sendirian, ia melihat ke arah depan, datar.
INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM - MALAM
Pram berbaring di tempat tidurnya, melihat langit-langit kamar, datar.
PRAM
Minat dan bakat... futsal...
Pram melamun ke langit-langit.