INT. KAMAR KARINA - RUMAH KARINA - MALAM
Karina berada di Tempat Tidurnya, ia melihat Langit-langit Kamarnya, datar.
Tak lama kemudian terdengar Handphonenya berbunyi, ia melihatnya, Pram. Ia mengangkatnya.
KARINA
Halo, Pram. Kenapa?
PRAM
Gak, aku cuma mau ngecek keadaan kamu.
KARINA
Keadaan aku? Aku kan gak apa-apa.
INTERCUT ANTARA KARINA DAN PRAM
PRAM
Ngecek keadaan kan bukan berarti harus ada apa-apa, kan?
Karina tersenyum mendengarnya.
KARINA
Sebenarnya kamu mau dengar suara aku kan? Tapi kamu cari-cari alasan.
Pram tidak menjawab, ia berdehem.
KARINA
Aku gak apa-apa, aku cuma masih kepikiran.
PRAM
Yang tadi?
KARINA
Iya...
PRAM
Tadi aku udah bicara sama kenalan aku, dia tahu di mana Ronald di tahan. Sama dokumen kecelakaan kamu udah di kirim.
KARINA
Apa yang kita lakuin ini benar, Pram?
PRAM
Bener atau gak aku gak tahu, tapi yang kita lakuin sekarang itu penting buat kita kan? Jadi kamu bisa nilai sendiri.
KARINA
...gitu.
Pram hanya diam, sesaat ia melihat ke sembarang arah.
PRAM
...Kamu lagi ngapain?
KARINA
Aku? lagi baring di kasur, abis belajar tadi. Kamu?
PRAM
Lagi teleponan sama kamu sekarang...kan?
Karina tersenyum mendengarnya.
KARINA
Maksud aku bukan gitu. Btw, makasih buat bimble onlinenya. Aku jadi kebantu, serius.
PRAM
Sama-sama.
KARINA
Kamu daftar itu karena di suruh?
PRAM
Iya, Bapak yang suruh aku.
KARINA
Penurut banget kamu, Pram. Anak baik.
PRAM
Karena aku penurut makanya aku gak lanjutin cari tahu tentang Tio.
KARINA
Tapi sekarang kamu lanjutin kan? Tapi Bapak kamu tahu kamu cari tahu tentang Tio lagi?
PRAM
Gak. Makanya jangan sampai dia tahu.
KARINA
Kenapa kamu sama Tama ngelawan Orang Tua kalian? Bukan ngelawan, tapi kamu ngerti maksud aku kan?
PRAM
Karena apa yang mereka lakuin itu salah, Karin. Mereka Orang Tua kami, bukannya mereka yang harus kasih contoh yang baik buat kami.
KARINA
Sama kayak Ayah aku. Dia kabur ninggalin hutang buat keluarganya. Sekarang gak ada yang tahu dia ada di mana.
Ada jeda di antara mereka.
PRAM
Maaf...
KARINA
Buat apa? Kan kamu gak salah, di tambah setiap keluarga pasti ada masalah kan.
PRAM
Iya, kamu benar. Kenapa juga aku harus minta maaf sama kamu.
Karina tertawa mendengarnya.
KARINA
Gak nyangka kamu sinikal orangnya.
PRAM
Aku juga gak nyangka kamu orangnya suka perintah-perintah.
KARINA
Pram, menurut kamu kenapa anak-anak kayak kita sekarang kayak apatis sama keadaan sekarang?
PRAM
Pertanyaan kamu random, Karin.
KARINA
Aku juga gak tahu kenapa tiba-tiba muncul di pikiran aku. Mungkin gara-gara masalah aku kayak orang-orang gak berani speak-up, aku tahu jadi korban itu susah buat maju.
PRAM
Maksud kamu orang di sekitarnya, orang-orang yang tahu masalah itu. Kayak aku dulu waktu tahu masalah Okta, tapi diam aja?
Karina mengangguk.
PRAM
Iya harus aku akui itu salah, aku minta maaf. Mungkin karena rasa empati sama pemahaman yang kurang.
Karina mengangguk, mengerti.
KARINA
Apa itu karena teknologi?
PRAM
Bisa jadi, tapi menurut aku lebih ke budaya kita sendiri.
KARINA
Kamu bilang kalau budaya kita ajarin Orang Dewasa itu selalu benar.
PRAM
Ditambah sistem pendidikan kita ajarin kita hanya satu sisi. Aku gak tahu bener atau gak, tapi itu yang aku rasaiin.
KARINA
Ditambah aku ngerasaiin kayak kalau kita kasih pandangan ke orang lain, kayak kita di judge. Kamu tahu artinya, kan?
PRAM
Iya, aku tahu, kayak kalau kita tahu itu salah lebih baik diam. Apa yang kita pikirkan lebih baik di simpan.
KARINA
Iya, kan? kayak yang salah di benarin. Yang benar di anggap salah. Aku gak tahu apa cuma aku yang ngerasaiin ini atau gimana.
PRAM
Bukan cuma kamu, Karin. Orang lain juga banyak yang mikir gitu.
Mereka tersenyum mendengarnya. Terdengar suara dari Handphone Karina, ia melihatnya. Hal yang sama juga terjadi dengan Handphone Pram, ia juga melihatnya.
KARINA
Kamu di chat Tama, Pram?
PRAM
Iya...
KARINA
Serius kita pakai rencana ini?
Karina melihat Handphonenya, datar.
EXT. DEPAN RUANG OSIS - SEKOLAH - PAGI
Karina dan Pram berdiri di depan Ruang OSIS, mereka melihat sekitar. Tak lama kemudian, Pram berlari kecil dan tiba di depan mereka. Dengan cepat ia membuka Pintu dan mereka masuk ke dalam.
INT. RUANG OSISI - SEKOLAH - PAGI
Tama menghidupkan Mesin Foto Kopi, Karina dan Tama berdiri di depannya, melihat Tama.
Tama menunjukkan Selembar Kertas, bertuliskan:
"ADA KORUPSI DI SEKOLAH"
Beserta dengan Foto-foto yang di Print di kertas itu.
KARINA
Sekali kamu fotocopy kertas itu, gak ada jalan putar balik di depan.
PRAM
Aku ada rencana kalau kamu mau.
TAMA
Gak. Kita pakai rencana ini dulu.
Karina dan Pram saling melihat, kemudian mereka mengangguk.
KARINA
Oke, apa yang harus kami lakuin?
TAMA
Tugas kalian gampang.
Tama berbalik dan meletakan Kertas itu di Mesin Foto Copy.
MINI MONTAGE
1). Karina menempelkan Kertas itu di Mading Sekolah. 2). Karina meletakan Kertas itu di Kolong Bangku Kelas dan melakukannya hal yang sama di Bangku sebelahnya. 3). Karina meletakan Kertas itu di Meja Guru-guru.
BACK TO SCENE.
EXT. DEPAN RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Tama dan Pram berdiri di depan Kelas, mereka melihat sekitar. Karina berlari kecil menuju mereka dan tiba.
KARINA
Aku udah taruh di semua tempat yang kamu suruh.
TAMA
Oke, kita tinggal lihat reaksi waktu semua orang baca.
KARINA
Aku harap ini berhasil.
PRAM
Kalau iya kita dalam masalah.
Karina melihat Selembaran Kertas itu.
MATCH CUT TO:
INT. RUANG KERJA KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI
Selembaran Kertas itu di pegang Sugeng, ia melihat isinya, datar.
Kemudian ia meremas Kertas itu, membuangnya ke sembarang arah. Ia melihat ke pintu depan, dingin.
Ia berjalan dan membuka pintu --
INT. DEPAN RUANG KERJA KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI
Semua orang memegang Selembaran Kertas itu, saling berbicara satu sama lain. Mereka diam ketika melihat Sugeng.
Sugeng melihat sekitar, emosi.
SUGENG
CARI SIAPA YANG SEBARIN INI, SEKARANG!!! ---
Semua orang yang ada di sana berlari, melakukan apa yang di suruh.
INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH - PAGI
Septia memegang Selembaran Kertas itu, melihatnya, cemas.
SEPTIA
Jangan, Tama.
Septia mengambil Handphone dan memencetnya dan meletakannya di telinganya.
SEPTIA
Pak Karim ada masalah, Tama yang maju hadapin Kepala Sekolah. Sekarang semua orang udah tahu.
Septia melihat Selembaran Kertas itu, cemas.
INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Murid-murid Kelas Karina menjadi berisik dan heboh, mereka memegang Kertas itu satu-satu, membicarakannya. Ada juga yang merekam suasana kelas dengan Handphone dan menjelaskan apa yang terjadi.
Laras memegang Selembaran Kertas itu dan melihatnya, datar. Sesaat ia melihat Bangku Tama yang tidak ada orangnya, tetapi Tasnya ada di sana.
Karina duduk di Bangkunya, memegang Kertas itu, ia melihat ke belakang, tempat Pram. Pram juga melihat Karina, datar.
Seorang Murid mendekati Pram.
MURID LAKI-LAKI
Pram ini serius? gila. Ternyata Kepala Sekolah suka korupsi. Pasti Tama kayak gitu juga.
PRAM
Jangan nilai orang dari luar, kamu gak tahu Tama.
Murid itu melihat Pram dengan ekspresi aneh. Kemudian ia menjauh. Pram melihat Karina, kemudian mengangguk.
Suasana kelas menjadi hening seketika ketika Tama masuk ke dalam kelas. Semua orang melihatnya, menunggu jawaban.
MURID LAKI-LAKI
Kamu udah baca Tama?
Tama berjalan menuju Bangkunya, semuanya menunggu jawabannya, termasuk Laras, Pram dan Karina.
TAMA
Udah.
MURID LAKI-LAKI
Kamu tahu Kepala Sekolah korupsi?
TAMA
Gak.
MURID LAKI-LAKI
Terus siapa yang bocorin ini? Siapapun itu ini keren, berani lawan Kepala Sekolah.
MURID PEREMPUAN
Udah seharusnya dia di hukum. Masalah Okta sama Karin aja dia lari, masalah Pak Karim dia lepas tanggung jawab. Sekarang masalah ini, rasain. Bagus deh.
Bersamaan dengan suara-suara lebah yang mendukung Kepala Sekolah untuk di hukum.
LARAS
Kalian sadar Kepala Sekolah itu Ayah Tama kan? Empati dikit kenapa.
Semua orang menjadi diam, mendengarkan Laras. Laras tersenyum ke Tama.
Tama membalasnya, sesaat ia melihat Karina yang juga tersenyum kepadanya, kemudian Pram yang melihatnya, datar.
LARAS
Jangan di pikirin, kita masih belum tahu.
TAMA
Aku gak pikirin itu sama sekali.
Laras melihat Tama, datar.
INT. KORIDOR - SEKOLAH - PAGI
Tama dan Laras berjalan bersama di Koridor, semua Murid yang ada di sana melihat mereka, membicarakan Tama. Laras melihat sekitar, risih.
LARAS
Mereka gak tahu yang sebenarnya. Bisa jadi itu bohong, orang cuma mau fitnah kamu sama Kepala Sekolah.
Tama melihat Laras, datar.
Mereka bejalan dan berhenti, Tama melihat Septia yang berdiri di depannya, datar. Mereka saling melihat.
INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH - PAGI
Tama dan Septia duduk di berhadapan, mereka tidak bicara.
SEPTIA
Siapa aja yang tahu masalah ini selain Kami?
TAMA
Karina sama Pram.
SEPTIA
Kamu minta tolong mereka?
TAMA
Mereka ketemu Pak Karim di tempat bimbel, terus mereka tanya ke saya. Jadi saya jelasin semuanya, mereka berdua yang mau tolong saya.
SEPTIA
Jangan sampai orang lain tahu kalian yang bongkar semua ini, jangan.
TAMA
Tapi harus ada yang laporin Ayah, Bu.
SEPTIA
Ibu setuju kalau itu, tapi bukan begini caranya.
TAMA
Hanya ini cara yang kami tahu, Bu.
Ada jeda di antara mereka.
SEPTIA
Ibu udah bilang ke Pak Karim, mungkin dia mau bantu.
Tama tidak menjawab, ia hanya diam.
SEPTIA
Ibu ngerti kenapa kamu lakuin ini, Tama. Tapi ini urusan orang dewasa. Kalian masih anak-anak cuma harus belajar dan senang-senang.
TAMA
Kalau orang dewasa gak bisa selesaiin masalah ini, itu artinya Orang Dewasa juga belum Dewasa juga Bu.
Ada jeda di antara mereka.
SEPTIA
Ibu juga berharap semua orang punya pikiran sesederhana itu. Tapi kenyataannya gak segampang itu.
TAMA
Sayangnya saya punya pikiran sesederhana itu, Bu.
Septia melihat Tama, datar.
SEPTIA
Oke, Ibu ngerti. Ibu akan bantu kamu.
Pintu ruangan terbuka, seorang GURU LAKI-LAKI, 40-an, berdiri di depan pintu.
GURU LAKI-LAKI
Bu Septia di panggil Kepala Sekolah, penting.
Septia dan Tama saling melihat.
INT. RUANG KERJA KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI
Septia duduk di depan Sugeng, dalam diam. Sugeng memegang Selembaran itu di tangannya, terlihat lecek.
SUGENG
Apa kamu yang sebarin Selembaran ini?
SEPTIA
Kalau saya mau laporin Bapak, Polisi jawabannya, Pak.
SUGENG
Tapi bukan berarti kamu gak pikirin cara ini, kan?
SEPTIA
Iya, saya pasti pikirin cara ini untuk cari perhatian sekolah.
SUGENG
Apa Karim juga terlibat dalam hal ini?
SEPTIA
Dia gak tahu apa-apa soal ini, Pak.
SUGENG
Tapi dia tahu masalah ini.
Ada jeda di antara mereka.
SEPTIA
Jadi apa yang mau Bapak lakukan sekarang?
SUGENG
Saya tidak bisa sentuh kamu.
SEPTIA
Kalau begitu Bapak balikan status Pak Karim di sekolah ini.
SUGENG
Dia sudah keluar karena ingin lanjutin sekolah.
SEPTIA
Bapak tinggal cari alasan yang masuk akal untuk Pak Karim kembali ke Sekolah. Seperti sebelumnya.
Sugeng tidak menjawab, ia hanya diam.
SEPTIA
Saya akan tunggu keputusan Bapak, lebih cepat lebih baik.
Septia berdiri dan berjalan keluar dari Ruangan. Sugeng melihat Pintu itu, dingin.