INT. RUANG KERJA SUGENG - RUMAH TAMA - MALAM
Sugeng sedang duduk di Kursinya kerjanya. Ia sedang menelepon.
SUGENG
Saya paham, Pak.
ARIF (V.O)
Jangan sampai ada keterlibatan di dalam ini, Pak.
SUGENG
Saya paham, saya sudah ada rencana kalau ini sampai gagal. Tapi Bapak tahu apa yang harus Bapak lakukan.
ARIF (V.O)
Saya tahu, itu tidak masalah.
SUGENG
Seperti yang kita lakukan dalam masalah sebelumnya.
ARIF (V.O)
Saya paham, terimakasih Pak Sugeng.
Sambungan di matikan. Sugeng meletakan Handphonenya di atas Meja kerjanya.
Pintu terbuka dan Tama berjalan menuju Sugeng, berdiri di depannya.
TAMA
Apa Pak Karim Ayah pecat?
SUGENG
Kamu dengar sendiri alasannya keluar kenapa.
TAMA
Bapak yang buat alasan itu, Tama tahu.
SUGENG
Berarti kamu tahu kenapa Karim keluar dari sekolah.
Ada jeda di antara mereka.
TAMA
Balikan Pak Karim jadi wali kelas Tama lagi.
SUGENG
Untungnya buat Ayah?
TAMA
Tama biarin masalah ini, anggap gak ada apa-apa.
SUGENG
Apa jaminan buat Ayah?
TAMA
Tama sendiri. Apa Ayah masih belum percaya?
SUGENG
Ini bukan pertama kali kamu bilang kayak gitu sama Ayah dan lihat apa hasilnya waktu kamu sama Pram demo di sekolah buat cari tahu masalah Tio.
TAMA
Tapi Tama berhenti karena Ayah yang minta. Dan lihat apa yang Tama dapat.
SUGENG
Kamu ancam Ayah kamu sendiri?
TAMA
Ini bukan pertama kali Tama lakuin ke Ayah.
Ada jeda di antara mereka.
TAMA
Tama cuma minta balikan Pak Karim ke sekolah, gak lebih. Masalah ini Tama biarin.
Sugeng melihat Tama, datar.
TAMA
Kalau gak, Ayah bisa lihat sendiri apa yang akan terjadi.
Tama berjalan keluar ruangan itu. Sugeng hanya melihatnya, datar.
EXT. TERAS RUMAH - RUMAH KARIM - PAGI
Karim membuka Pintu Rumahnya, ia berjalan keluar sambil membawa Gelas di tangannya. Ia duduk di Kursi depan, melihat sekitar, datar.
KARIM
Enaknya kita ngapain, hari ini.
MINI MONTAGE:
1). Karim menyapu Rumahnya, 2). Karim mengepel Rumahnya, 3). Karim mencuci Pakaian. 4.) Karim membaca menjemur Pakaian.
BACK TO SCENE:
INT. RUANG TENGAH - RUMAH KARIN - SIANG
Karim duduk di Kursi Ruang Tengah sambil melihat Laptopnya, serius.
Karim mengambil Handphonenya dan ia memencet sesuatu di sana dan menempelkannya ke telinga.
KARIM
Halo, Pras? Ini aku, Karim. Apa kabar? Aku mau tanya soal kerjaan kemarin, kalau masih ada aku mau ambil.
(mendengarkan)
Oke, aku ngerti. Makasih.
Karim meletakan Handphonenya di atas meja, sesaat ia melihat ke lain, datar.
EXT. TERAS RUMAH - RUMAH KARIM - SORE
Karim sedang duduk membaca buku.
Dari arah depan Rumahnya, seseorang berjalan ke arahnya. Karim melihatnya.
Septia berdiri di depannya, di tangannya ada Kantong Plastik. Ia mengangkatnya.
SEPTIA
Saya bawa kue.
Karim tersenyum.
CUT TO:
Kue itu berada di atas Meja, Kue Kek.
SEPTIA
Sekolah jadi beda gak ada Bapak.
KARIM
Sekolah yang beda atau Ibu yang ngerasa ada yang hilang.
Karim melihat Septia, tersenyum.
SEPTIA
Itu juga termasuk.
Mereka tersenyum.
SEPTIA
Saya gak ada teman ngopi.
KARIM
Ibu bisa datang ke sini kalau mau ngopi.
SEPTIA
Kalau gitu saya datang tiap hari ke sini.
Mereka saling melihat, kemudian tersenyum.
KARIM
Ibu beli kue ini untuk rayain saya keluar dari sekolah?
Septia tersenyum mendengarnya.
SEPTIA
Tidak ada apa-apa, saya cuma mau beli buat Bapak.
Karim tersenyum mendengarnya.
KARIM
Gimana anak-anak, Bu?
SEPTIA
Baik, mereka kangen sama gurunya.
Karim mengambil Sepotong Kue dan memakannya.
SEPTIA
Mereka tanya ke saya apa Bapak keluar dari sekolah karena masalah sama Orang Tua Murid.
KARIM
Ibu jawab apa?
SEPTIA
Saya gak kasih jawaban yang sebenarnya. Tapi bukan anak-anak namanya kalau mereka gak penasaran.
KARIM
Mereka pasti cari tahu yang sebenarnya.
SEPTIA
Kalau anak-anak tahu yang sebenarnya, Bapak bilang apa ke mereka?
Karim melihat Septia, dalam diam.
KARIM
Saya juga gak tahu.
SEPTIA
Dan mereka pasti marah sama Tama.
KARIM
Itu yang jadi perhatian saya juga, Bu.
Ada jeda di antara mereka.
SEPTIA
Apa rencana Bapak sekarang?
KARIM
Saya udah dapat kerjaan. Ngajar di bimbel.
Septia mengangguk.
SEPTIA
Saya coba bicara sama Kepala Sekolah. Lebih tepatnya saya mengancam Kepala Sekolah.
Karim melihat Septia.
SEPTIA
Saya tahu saya terbawa emosi. Tapi itu yang bisa saya lakukan.
KARIM
Iya, wajar kalau Ibu emosi.
SEPTIA
Saya serius, Pak.
KARIM
Apa yang Ibu lakuin itu udah cukup.
SEPTIA
Kita harus cari cara lain, Pak. Apa yang terjadi di sekolah itu salah. Tugas kita sebagai guru utuk mengakui kesalahan dan bertanggung jawab.
KARIM
Sayangnya tak semua guru punya pikiran yang sama kayak Ibu.
Septia melihat Karim, diam.
SEPTIA
Gimana kalau kita lapor Polisi?
KARIM
Saya tidak yakin itu bisa selesaikan masalah ini. Apa Ibu ingat kasus Karina kemarin. Mereka biarin Kepala Sekolah gitu aja.
SEPTIA
Bukan tidak mungkin mereka lakuin hal yang sama buat kasus ini juga.
KARIM
Dan Ibu juga harus ingat, kalau Ibu buka kasus ini, itu punya pengaruh buat karir Ibu.
SEPTIA
Tapi, Pak --
KARIM
Ibu pikir kenapa saya larang Ibu buat terlibat dalam kasus ini? Karir Ibu yang jadi taruhannya.
SEPTIA
Itu kenapa Bapak lebih milih keluar dari Sekolah.
Karim tidak menjawab, ia masih memakan Kue itu.
SEPTIA
Tak banyak yang bisa kita harapkan.
KARIM
Kecuali kalau mereka sadar apa yang terjadi dan mereka sendiri yang laporin Kepala Sekolah ke Polisi.
SEPTIA
Tapi kita tidak bisa melakukan itu, Pak.
KARIM
Berarti memang kita tidak punya pilihan lain.
SEPTIA
Saya gak suka situasi ini, Pak. Seolah-olah kita cuma bisa pasrah sama keadaan.
KARIM
Saya tahu, Bu.
Mereka tidak bicara, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - SIANG
Anak-anak berjalan keluar kelas. Rosa dengan cepat merapikan Peralatan Tulisnya.
ROSA
Aku duluan bebi, ada latihan
KARINA
Oke, hati-hati.
ROSA
Nanti aku telepon, bye.
Dengan cepat Rosa berjalan keluar kelas. Karina merapikan Peralatan Tulisnya, Pram berdiri di sampingnya.
PRAM
Karina.
Karina menoleh.
PRAM
Soal Roni.
Karina tersadar.
KARINA
Aku mau tanya dia lagi.
PRAM
Aku temenin.
KARINA
Tapi gak hari ini, soalnya aku mau ke tempat bimbel.
PRAM
Oke, kabarin aku.
Karina mengangguk, Pram berjalan pergi, sesaat kemudian ia berhenti, melihat Karina.
PRAM
Kenapa kamu mau ke tempat bimbel?
KARINA
Aku cuma mau tanya-tanya soal bimbel.
PRAM
Ada masalah sama nilai kamu?
KARINA
Sebenarnya gak. Tapi cuma mau tanya-tanya.
Pram hanya diam.
KARINA
Tenang, aku gak berhenti cari tahu masalah aku sama Tio.
Pram megangguk, kemudian ia berjalan, namun berhenti lagi.
PRAM
Kamu ke sana sama siapa?
KARINA
Sendiri, aku pake angkot.
Pram melihat Karina, datar.
INT. LOBBY - TEMPAT LEAS - SORE
Karina dan Pram berjalan di ruangan itu dan menuju Penerima Tamu, di sana Karina berbicara dengan Petugas.
Pram melihat sekitar.
INT. RUANG KELAS - TEMPAT BIMBEL - SORE
Karim berdiri di depan ruang kelas, ia menjelaskan Materi Belajar kepada Anak-anak.
Anak-anak itu mencatat di Buku Tulis mereka.
INT. LOBBY - TEMPAT BIMBEL - SORE
Karim berjalan menuju keluar, ketika ia berjalan ia berhenti, melihat ke arah depannya, terkejut.
Di depannya ada Karina yang sedang berdiri, memegang Selebaran. Di sebelahnya ada Pram yang juga melihat Karim di depannya, mereka terkejut.
Mereka saling melihat, tidak bicara.
KARIM
Karin, Pram... kenapa kalian di sini?
KARINA
Saya lagi mau tanya-tanya soal Bimbel, Pak. Bapak... kenapa di sini? Bukannya Bapak mau sekolah lagi?
Ada jeda di antara mereka.
KARIM
Bapak... isi waktu sebelum berangkat, jadi Bapak ngajar di sini.
Karina tidak menjawab, ia hanya diam.
KARINA
Karina dengar kabar Bapak mundur bukan karena mau lanjutin sekolah, tapi karena ada masalah di sekolah, benar, Pak?
KARIM
Bukan karena materi pendidikan seks, mungkin hanya kebetulan waktu Bapak kasih materi itu dengan Bapak mau keluar dari sekolah.
KARINA
Maksud saya bukan itu, tapi masalah lain.
KARIM
Masalah lain?
PRAM
Kami dengar Bapak keluar karena Bapak tahu Kepala Sekolah korupsi.
Ada jeda di antara mereka.
KARINA
Gak ada yang tahu masalah ini, hanya beberapa orang. Bener, pak?
Karim tidak menjawab, ia hanya diam.
PRAM
Berarti bener...
Karim hanya melihat mereka, diam.
INT. KAMAR TAMA - RUMAH TAMA - MALAM
Tama sedang duduk di Kursi Meja Belajarnya, ia sedang memperhatikan Flashdisk Portable di depannya, datar.
TAMA
Pasti ada cara lain.
Tama melihat ke Jendela kamarnya, menghela nafas.