INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Tama sedang duduk di Kuris Bangkunya, merapikan Buku-buku.
Karina berdiri di depannya, Tama melihatnya.
KARINA
Aku mau bicara sama kamu, soal Pak Karim.
Tama hanya diam, tidak menjawab.
KARINA
Aku tahu yang sebenarnya. Pram juga tahu.
Tama melihat ke arah Pram. Yang di lihat juga melihat Tama, ia duduk di Kuris Bangkunya, datar.
EXT. BELAKANG SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI
Tama duduk di Kursi Bekas bersama Karina, sedangkan Pram berdiri.
KARINA
Jadi maksud kamu, Pak Karim lindungin kamu buat gak laporin Kepala Sekolah? Karena masalah ini juga Kepala Sekolah pakai masalah yang udah ada buat keluarin Pak Karim?
Tama mengangguk.
PRAM
Dan masalah itu tentang materi pendidikan seks?
Tama mengangguk.
KARINA
Gila, Kepala Sekolah benar-benar gila. No offense, Tama.
TAMA
Non taken.
KARINA
Apa yang di bilang Rosa itu bener.
TAMA
Iya, Rosa gak salah denger.
KARINA
Jadi sekarang apa yang mau kamu lakuin? Pak Karim udah gak ada.
TAMA
Sebenarnya, masih ada satu orang lagi yang tahu masalah ini, Bu Septia.
Ada jeda di antara mereka.
TAMA
Tapi Pak Karim juga ngelarang Bu Septia ikut campur.
PRAM
Karena dia gak mau karir Bu Septia terancam.
KARINA
Maksud kamu?
PRAM
Orang-orang yang ngebongkar kasus korupsi itu hidupnya gak aman, Karin. Mereka di anggap orang-orang yang gak bisa di ajak kerjasama, malah banyak orang yang menghindar. Kamu selalu di curigai.
KARINA
Tapi itu beda kan sama kasus Pak Karim. Kepala Sekolah pakai kasus yang udah sebelum kasus ini.
TAMA
Makanya itu Pak Karim gak mau Bu Septia ikut campur dan Kepala Sekolah manfaatin masalah itu.
PRAM
Bisa di bilang Pak Karim keluar demi selamatin Bu Septia dan Sekolah.
TAMA
Dia gak mau nama sekolah kita jadi jelek.
KARINA
Dia masih sempat mikirin Sekolah daripada dirinya sendiri.
PRAM
Pak Karim tahu resiko kalau dia bilang kasus ini ke Kepala Sekolah.
TAMA
Ditambah Pak Karim bukan guru tetap di Sekolah.
KARINA
Iya, aku dengar, Pak Karim itu guru honorer. Tapi bukannya sekarang ada Program dari Pemerintah?
PRAM
Mereka juga harus ikut ujian, setahu aku Pak Karim belum ikut.
Ada jeda di antara mereka.
TAMA
Harusnya aku gak bilang ke Pak Karim, kalau gak pasti dia masih ngajar. Dasar bego.
KARINA
Ini bukan salah kamu, ini salah Kepala Sekolah. Dia yang gak bener.
Pram tersenyum kecil melihat Karina.
TAMA
Aku harus kasih tahu sekolah bukti yang aku punya.
KARINA
Dia gak ambil bukti-buktinya dari kamu?
PRAM
Karena Kepal Sekolah yakin, Tama gak berani lakuinnya. Makanya dia bilang ke Pak Karim.
Karina melihat Pram, sinis.
TAMA
Yang Pram bilang itu bener, aku gak berani. Tapi begitu lihat Pak Karim di keluarin, aku harus lakuin ini.
Karina melihat Tama, datar.
KARINA
Oke, apa yang bisa aku bantu?
Tama melihat Karina, tidak percaya.
KARINA
Pak Karim udah banyak bantu aku, setidaknya ini yang bisa aku balas buat dia.
TAMA
Makasih, Karin.
Karina melihat Pram, yang di lihat merasa heran.
KARINA
Kamu harus bantu juga.
PRAM
Kenapa?
KARINA
Karena Tama teman kamu, kan?
Ada jeda di antara mereka.
TAMA
Dia gak bantu juga gak --
PRAM
Aku bantu...
Mereka berdua saling melihat, datar. Karina tersenyum melihat mereka.
KARINA
Oke, sekarang kita cari cara Pak Karim bisa ngajar kita lagi sama kasih tahu semua orang tentang kasus ini.
PRAM
Kamu tahu apa yang kamu lakuin sekarang? Kamu mau laporin Orang Tua kamu sendiri?
Ada jeda di antara mereka.
KARINA
Iya... aku gak kepikiran itu. Aku kebawa emosi.
PRAM
Aku tanya sekali lagi, Tama. Waktu kamu bilang ke Pak Karim duluan, itu artinya kamu ragu sama keputusan kamu. Sekarang kamu mau buka kasus ini, kamu siap terima konsekuensinya?
Tama melihat Pram.
TAMA
Aku yakin sama keputusan aku.
PRAM
Oke.
TAMA
Dan ini bisa jadi bukti ke kamu kalau aku serius, soal bantuain Karina dan cari tahu tentang Tio.
Mereka saling melihat, dingin. Karina melihat mereka berdua.
KARINA
Copot mata kalian kalau lama-lama saling lihat kayak gitu.
Tama dan Pram tersadar, mereka melihat ke sembarang arah.
KARINA
Yang sekarang kita butuhin cuma rencana buat masalah ini.
TAMA
Sebenarnya aku ada rencana.
Karina dan Pram saling melihat, kemudian mereka melihat Tama.
EXT. KORIDOR - SEKOLAH - PAGI
Karina dan Pram berjalan di Koridor Sekolah. Sesaat Karina berhenti, Pram juga berhenti, mereka saling melihat.
KARINA
Menurut kamu rencana Tama gimana?
Pram melihat Karina, dalam diam.
KARINA
Apa kita bisa?
PRAM
Kalau kita gak coba kita gak tahu.
KARINA
Kalau itu aku juga tahu, Pram. Tapi bukan itu maksud aku.
PRAM
Kalaupun gagal kita bisa cari cara lain.
KARINA
Pak Karim aja di yang udah nyoba di tolak, apalagi kita.
PRAM
Lebih parah kalau kita yang gak coba, kan?
Karina tersenyum melihat Pram.
KARINA
Kamu memang mau bener-bener bantu Tama ya, Pram?
Pram tidak menjawab, ia melihat ke arah lain. Karina tersenyum melihat Pram.
KARINA
Sebenarnya waktu kasus aku sama Pak Ifran, Tama bantuin aku.
Pram melihat Karina, terkejut.
KARINA
Iya, Okta yang cerita. Dia minta maaf buat semua yang di lakuin Kepala Sekolah. Dia bilang Okta harus laporin Kepala Sekolah juga. Kamu pasti tahu juga, kan?
Pram tidak menjawab.
KARINA
Kamu gak tahu? serius?
Pram hanya diam.
KARINA
Maka dari itu kita harus tolongin Tama karena dia udah tolongin aku.
PRAM
Kamu yang maksa aku buat tolong dia.
KARINA
Tapi kamu juga gak nolak waktu aku suruh.
Pram melihat ke arah lain, Karina tersenyum melihatnya.
KARINA
Dasar, kalian itu masih peduli satu sama lain. Tapi kaliannya yang gengsi.
Karina menggelengkan kepala.
PRAM
Aku bantuiin dia biar kita bisa cari tahu masalah kamu sama Tio.
Karina menganggukan kepala, pura-pura setuju.
KARINA
Bicara soal cari tahu Tio. Aku bakal tanya lagi ke Roni. Jadi kamu harus bantuiin aku. Rosa gak bisa karena ada latihan. Tama juga sibuk sama masalah dia.
PRAM
Itu bukan minta tolong. Karin.
KARINA
Emang bukan. Itu pe-ri-tah.
Karina berjalan di Koridor, meninggalkan Pram di belakang. Tak lama kemudian, terdengar Handphone Karina yang berbunyi. Karina melihatnya, sebuah Pesan dari Pram, terdapat Link URL Internet. Kemudian ia berbalik melihat Pram, terkejut.
KARINA
Ini apa, Pram?
PRAM
Itu akun bimbel online aku. Kebetulan aku udah langganan setahun tapi aku gak pakai, daripada sayang, kamu bisa pakai akun aku.
KARINA
Kamu serius?
Pram mengangguk, kemudian ia berjalan ke tempat Karina. Mereka berjalan bersama-sama.
KARINA
Kenapa kamu kasih ini aku? kasih aku alasan selain dari yang tadi.
PRAM
Kenapa?
KARINA
Aku gak bisa terima barang atau apapun dari orang kalau alasan kasihan. Aku paling gak suka di kasihanin.
Pram berhenti, ia melihat Karina.
PRAM
Aku gak mau kamu ada masalah lagi. Aku mau kita cepat cari tahu masalah kamu sama Tio. Kalau nilai kamu turun, kamu berubah pikiran, itu satu. Kedua, aku gak pernah merasa kasihanin kamu, Karin. Justru aku mau bantu kamu dapetin apa yang kamu mau.
Ada jeda di antara mereka.
KARINA
Padahal itu cuma rencana, Pram. Aku juga gak serius.
PRAM
Buat aku iya.
Karina melihat Pram, tidak menjawab.
PRAM
Aku selalu perhatiin kamu, Karin.
Ada jeda di antara mereka.
PRAM
Aku serius sama kata-kata aku.
Karina melihat Pram, tak bisa berkata apa-apa.
PRAM
Kenapa?
Karina tersadar, kemudian ia menggelengkan Kepala. Ia berjalan mengejar Pram, mereka berjalan lagi. Sesekali Karin yang mencuri pandang ke Pram. Tapi yang di lihat melihat ke arah lain, tidak sadar.
EXT. DEPAN RUMAH RONI - SORE
Karina dan Pram turun dari Motor, mereka melihat sekitar. Rumah itu tampak sepi.
Karina berjalan menuju pintu dan mengucapkan salam beberapa kali, tidak ada jawaban dari dalam.
Ia berjalan ke samping rumah, terlihat sebuah Bangunan di sana, kecil. Bangunan itu juga tampak sepi, sesaat Karina melihat Pram yang berdiri di samping Motornya.
PRAM
Itu bengkel Ronald. Aku beberapa kali ke sini, perbaiki motor aku.
Karina mengangguk, kemudian ia berjalan ke tempat Pram.
KARINA
Kayaknya gak ada orang di dalam.
PRAM
...Mungkin.
RONI (O.S)
Mau apa kalian ke sini.
Karina terkejut mendengar suara Roni, ia melihat ke belakang.
Roni berjalan melewati mereka dan berdiri di depan mereka.
KARINA
Aku masih mau tanya soal kemarin.
Roni tidak menjawab, sesaat ia melihat Pram. Mereka saling melihat, datar.
RONI
Kamu mau balas yang kemarin?
PRAM
Aku anggap itu impas. Kalau kamu mau tinju aku lagi, silahkan.
KARINA
Kami serius Roni, informasi yang kami punya gak banyak. Kalau ada info dari kamu, mungkin kita bisa dapat jawaban dari situ.
RONI
Masih mungkin.
KARINA
Setidaknya aku usaha, kalau kamu? Diam duduk di sini, gak lakuin apa-apa?
RONI
Gampang kalau kamu bicara kayak gitu. Karena kamu gak pernah rawat Ibu kamu yang sakit-sakitan.
Ada jeda di antara mereka.
KARINA
Maaf... aku langsung ambil kesimpulan.
Roni berjalan masuk ke dalam Rumahnya.
PRAM
Apa yang harus kami lakuin supaya kamu percaya?
Roni berhenti, ia melihat ke belakang.
PRAM
Kamu lihat sendiri Aku sama Tama demo di sekolah, Karina yang sampai datang ke sini tanya langsung ke kamu. Kamu masih gak percaya?
Roni tidak menjawab, ia hanya diam.
KARINA
Apa Ronald pernah cerita tentang masalah ini ke kamu? Maksud aku tentang dia bukan pelaku sebenarnya?
RONI
Iya, dia pernah cerita.
KARINA
Apa lagi yang kamu tunggu, kalau Ronald udah bicara gitu ke kamu.
Roni tidak menjawab.
KARINA
Apa ada yang ancam kamu supaya gak buka mulut?
PRAM
Apa Polisi yang ancam kamu?
Roni tidak menjawab, ia berjalan masuk --
KARINA
Kamu akan jadi noda dalam karir saya.
Roni berhenti, melihat Karina.
KARINA
Itu suara orang yang ada di tempat kecelakaan aku. Aku masih ingat suaranya walaupun samar-samar. Kalau kamu gak mau kasih info yang kamu punya, gak masalah. Aku cuma mau ketemu Ronald, aku mau pastiin suara dia sama apa yang aku dengar. Gak lebih.
RONI
Kamu gak perlu minta izin aku.
KARINA
Memang gak, aku cuma kasih tahu kamu kalau aku gak main-main. Semoga Ibu kamu cepat sembuh. Kita pulang Pram.
Pram dan Karina menaiki Motor, mereka berdua pergi dari situ.
Roni masih berdiri di depan Pintu, melihat ke luar, datar.
EXT. DEPAN RUMAH KARINA - SORE
Karina turun dari Motor dan memberikan Helm ke Pram. Pram melihat Karina, datar.
PRAM
Kalau Roni masih belum mau juga, gimana?
KARINA
Kita gak bisa apa-apa. Aku tetap ketemu Ronald, kalau suaranya sama, masalah kita selesai.
PRAM
Kalau gak sama?
KARINA
Kita tetap cari tahu, kamu bilang ke aku kenalan kamu punya dokumen kecelakaan itu, kan? kita bisa pakai itu, di tambah Info yang Tama punya. Aku yakin Ronald juga punya info.
PRAM
Itupun kalau dia mau kasih ke kita.
KARINA
(kesal)
Kenapa kamu selalu matahin kata-kata aku?
PRAM
Aku cuma ingatin kamu, karena rencana gak selalu berjalan mulus.
KARINA
Makasih, tapi kalau pun dia gak mau kasih tahu. Aku tetap cari tahu dan kamu harus bantuin aku.
PRAM
Memang itu tujuan aku di sini, kan?
Mereka berdua tersenyum.
KARINA
Makasih udah anterin aku.
Pram mengangguk. Karina berjalan menuju Rumahnya, Pram masih melihat Karina, datar.
INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM - MALAM
Handphone berada di telinga Pram, ia duduk di Kursi Belajarnya.
PRAM
Mas, aku minta tolong soal Tio.
DEDI (V.O)
Kamu masih mau selidiki?
PRAM
Iya, Mas. Kali ini aku punya Teman.
DEDI (V.O)
Tama?
PRAM
Bukan, orang lain.
DEDI (V.O)
Oke, nanti Mas kirimin.
PRAM
Bapak jangan sampai tahu, Mas.
DEDI (V.O)
Iya, Mas paham.
PRAM
Makasih, Mas.
DEDI (V.O)
Kasih tahu Mas kalau perlu apa-apa, nanti Mas bantu.
PRAM
...Mas tahu dimana Ronald di tahan?
Ada jeda di antara mereka.
DEDI (V.O)
Kamu serius kali ini, Pram?
PRAM
Teman aku yang serius, aku harus bantuin dia.
DEDI
...Oke, nanti Mas kirim alamatnya.
PRAM
Makasih, Mas.
Sambungan di matikan, Pram memencet lagi Handphonenya dan menempelkannya di telinga.