INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Murid-murid berbicara satu sama lain, serius.
Karina berjalan masuk ke dalam kelas, ia melihat sekitar, berhenti di depan kelas.
Pram juga berjalan masuk ke dalam kelas, ia melihat Karina, berdiri di sebelahnya.
PRAM
Pagi.
KARINA
Pagi, Pram. Anak-anak kenapa? serius banget.
Pram melihat sekitar, ia menyandari apa yang terjadi.
MURID LAKI-LAKI
Kalian udah tahu?
Karina dan Pram saling melihat.
MURID LAKI-LAKI
Pak Karim berhenti bukan karena mau kuliah, tapi ada masalah sama Kepala Sekolah.
Karina dan Pram saling melihat, lagi.
MURID LAKI-LAKI
EMANG GILA KEPALA SEKOLAH!!
Murid Laki-laki itu berjalan keluar kelas. Karina dan Pram masih di tempatnya.
KARINA
Masalah apa lagi sekarang?
Pram tidak menjawab, ia hanya diam. Rosa berjalan cepat masuk ke dalam kelas --
ROSA
KARIIIIIN!!
Karina terkejut, begitu juga Pram.
ROSA
Kamu udah tahu soal Pak Karim?
KARINA
Udah, baru tahu.
ROSA
Katanya Pak Karim di keluarin karena ada orang tua yang marah soal materi pendidikan seks.
KARINA
Cuma karena itu?
ROSA
Bukan itu, tapi karena katanya Pak Karim punya bukti kalau Kepala Sekolah korupsi.
Karina dan Pram terkejut. Karina menarik Rosa menuju tempat duduk mereka, Pram mengikutinya dari belakang.
KARINA
Kamu dengar dari mana? jangan sembarangan ngomong Rosa.
Karina melihat Pram.
PRAM
Aku gak tahu soal ini, Karin. Aku juga baru denger.
KARINA
Kalau ini bener, memang gila Kepala Sekolah.
Dari arah Pintu, Tama dan Laras masuk ke dalam kelas --
Semua Anak-anak Murid diam, mereka hanya melihat Tama. Begitu juga Karina dan Pram.
Tama dan Laras berhenti, melihat mereka, dalam diam. Laras melihat Tama.
LARAS
Semua info yang kalian dengar itu belum tentu bener. Jangan percaya.
Laras berjalan, menggandeng Tama menuju Tempat duduk mereka. Anak-anak murid masih melihat mereka.
Di tempat duduknya, Tama hanya diam, mengeluarkan Buku dan Alat Tulis. Laras melihatnya.
LARAS
Aku yakin mereka cuma salah dengar. Udah berapa kali Kepala Sekolah di gosipin, tapi gak yang bener, kan?
Tama tidak menjawab, ia hanya tersenyum tipis, ia membuka Buku dan melihatya, tapi ia tidak bisa fokus.
Di tempatnya, Karina dan Pram masih melihat Tama.
KARINA
Gak mungkin anak-anak tahu masalah ini gitu aja. Kamu tahu dari mana masalah ini?
ROSA
Aku denger dari ruang guru.
Karina dan Pram saling melihat.
PRAM
Cuma dua pilihan sekarang, bener atau gak.
Karina dan Rosa saling melihat.
INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI
Septia berdiri di depan Kelas, melihat ke arah Anak-anak Murid, dalam diam.
Murid-murid juga duduk di tempat mereka, dalam diam. Suasana menjadi hening.
SEPTIA
Untuk sementara waktu, Ibu yang gantiin Pak Karim jadi wali kelas kalian. Untuk Pelajaran Biologi, ada Guru yang gantiin Pak Karim juga. Kalau kalian ada apa-apa, kalian bisa bicara sama Ibu.
Murid-murid tidak menjawab, hanya diam. Septia melihat sekitar.
SEPTIA
Pak Karim pergi buat kalian juga, kan. Jangan sedih gini semuanya.
Murid-murid hanya diam, tidak menjawab.
SEPTIA
Oke, Ibu anggap kalian gak ada apa-apa.
MURID LAKI-LAKI
Bu, saya dengar Pak Karim sebenarnya bukan lanjut kuliah. Tapi gara-gara masalah Pak Karim kasih materi pendidikan seks sama kami. Bener, Bu?
Septia melihat Murid-murid. Murid-murid melihat Septia, menunggu jawaban.
SEPTIA
Kalau masalah itu memang benar, tapi Pak Karim cuma di tanya alasan kenapa dia kasih materi itu, tidak lebih. Kalian juga tahu pendidikan seks masih di larang di Sekolah, kan.
MURID LAKI-LAKI
Tapi saya dengar Pak Karim sama Bapaknya IPA Dua berantem, Bu.
SEPTIA
Bukan berantem, hanya berdebat, jangan terlalu di pikirkan. Pak Karim kasih kalian pendidikan seks ada alasannya, pertama karena kasus Karina dan kedua, kalian juga sudah masuk materi reproduksi seksual. Jadi materi pendidikan seks ini saling berhubungan. Jadi apapun yang kalian dengar, itu tidak berdasar sama sekali. Jangan percaya, kalian paham?
Murid-murid tidak menjawab, hanya diam. Septia melihat sekitar, datar.
Tama hanya melihat ke arah depannya, datar.
CUT TO:
Tama duduk di Kursinya, Ia melamun tak jauh darinya, Murid-murid sedang berbicara.
MURID LAKI-LAKI
Tama, Pak Karim bilang ke Kepala Sekolah dia mau lanjutin kuliah, itu bener kan? Bukan karena masalah kemarin, kan?
Tama melihat Murid Laki-laki itu, tidak menjawab.
Duduk di Tempatnya, Pram melihat Tama, datar. Sesaat mereka saling melihat, datar.
INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI
Septia duduk di depan Sugeng, mereka diam.
SUGENG
Kalau Ibu mau mencoba menyakinkan saya untuk merubah keputusan. Saya harus bilang dari awal, tidak bisa.
SEPTIA
Walaupun Bapak tahu apa yang Bapak lakukan itu bisa masuk dalam penyalahgunaan wewenang?
Ada jeda di antara mereka.
SEPTIA
Saya hanya mau Bapak mempertimbangkan keputusan Bapak. Apa yang Pak Karim lakukan itu demi Tama, anak Bapak.
Sugeng tidak menjawab.
SEPTIA
Bapak harusnya terimakasih sama Pak Karim. Dia lebih memilih keluar dari Sekolah daripada Tama yang laporin Orang Tuanya sendiri.
SUGENG
Apa maksud kamu, Septia?
SEPTIA
Bapak tahu maksud saya apa. Karena Pak Karim yang mengambil tanggung jawab ini, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi kalau saya, saya sudah laporkan Bapak ke Polisi.
SUGENG
Apa kamu mengancam saya, Septia?
SEPTIA
Iya, saya mengancam Bapak. Dan Bapak tahu kalau Bapak bisa membuat saya keluar dari Sekolah ini juga. Tapi sayangnya Bapak tidak bisa.
SUGENG
Saya tahu kamu sudah di angkat PNS. Kamu punya kuasa saat ini.
SEPTIA
Saya seperti Pak Karim waktu kasus Okta yang pertama. Tapi tidak kali ini, Pak.
Septia berjalan keluar ruangan, Sugeng melihat Pintu itu tertutup, datar.
EXT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI
Karina dan Rosa duduk di Kantin, sedang memakan jajanan mereka, memperhatikan sekitar.
KARINA
Kalau memang masalah itu bener, kenapa Tama diam aja?
ROSA
Atau mungkin dia gak tahu?
KARINA
Tapi aku yakin dia pasti tahu masalah ini.
ROSA
Kenapa kamu gak tanya langsung?
KARINA
Kesaanya aku kayak nyudutin dia kalau aku nanya.
Rosa mengangguk, setuju.
KARINA
Aku berharap bisa bantu Tama.
ROSA
Dia udah punya pacar, Karin.
KARINA
Ini bukan soal itu, Rosa. Dia bantuin aku waktu masalah kemarin. Aku cuma mau balas budi, gak ada yang salah kan?
ROSA
Oke, aku minta maaf, gak peka.
Karina mengangguk, setuju.
ROSA
Soal Roni, dia masih belum kasih tahu jawabannya?
Karina menggeleng.
ROSA
Ini makanya aku gak suka kamu lakuin ini, Karin. Yang ada malah kamu tahu yang sebenarnya, kan.
KARINA
Memang itu tujuan kita kan, cari tahu yang sebenarnya.
Rosa tidak menjawab.
KARINA
Kamu gak usah khawatir.
ROSA
Oke, percobaan pertama kamu gagal. Kamu mau coba lagi?
Karina mengangguk sambil memakan jajanannya.
ROSA
Kalau kamu gagal lagi?
KARINA
Tinggal di coba lagi.
ROSA
Sampai kapan?
KARINA
Sampai Roni mau.
Rosa menggelengkan kepalanya.
ROSA
Sebagai catatan, aku gak setuju kamu cari tahu ini, oke.
KARINA
Sebagai catatan, kamu juga setuju bantuiin aku. Dan kamu gak bisa menang debat sama aku.
Rosa menghela nafas, panjang. Karina tersenyum melihat Rosa.
KARINA
Makasih karena kamu khawatir sama aku, tapi aku yang udah setuju dari awal. Kita jangan bahas ini lagi, oke.
Rosa melihat Karina, kemudian ia mengangguk. Mereka berdua tersenyum.
ROSA
Kasih tahu aku bisa bantu apa.
Karina menggeleng.
KARINA
Kamu udah sibuk sama kerjaan kamu. Masalah ini biarin kami bertiga.
Rosa melihat Karina, curiga.
ROSA
Maksudnya? Kamu gak mau aku bantuiin kamu?
KARINA
Posesif banget. Kamu tahu maksud aku apa.
ROSA
Oke, aku ngerti. Tapi serius, kabarin aku kalau ada apa-apa.
KARINA
Kamu orang pertama yang aku kabarin. Pegang kata-kata aku.
ROSA
Aku udah gak percaya sama kamu.
KARINA
Tapi kamu gak bisa lepas dari aku, kan?
Rosa tersenyum mendengarnya.
KARINA
Aku tahu kamu Rosa.
Mereka berdua tersenyum.
KARINA
Kayaknya aku mau Bimbel.
ROSA
Bimbel, kenapa? Nilai kamu kan gak ada masalah?
KARINA
Aku juga belum tahu, kan masih kayaknya. Aku mau nanya-nanya dulu.
ROSA
Kan udah ada bimbel yang online, lebih murah, banyak diskon.
KARINA
Aku juga mikir gitu. Tapi aku mau lihat-lihat dulu, mana yang bagus.
Rosa mengangguk.
KARINA
Persiapan POPDA kamu gimana?
ROSA
Gak ada masalah, aku cuma harus perbaiki catatan waktu aku lagi.
KARINA
Aku tahu kamu pasti bisa.
ROSA
Aku butuh healing.
KARINA
Healing?
Gio berjalan di depan mereka dan Karina melambaikan tangan kepadanya. Gio melihatnya dan berjalan ke arah mereka. Rosa melihat ke arah lain, menghindar.
GIO
Kenapa Karin?
KARINA
Rosa butuh healing, aku gak bisa jagain dia sekarang. Ada urusan, bisa tolong kamu jagain dia?
Gio melihat Karina kemudian Rosa yang melihat ke arah lain.
GIO
Kemarin udah aku ajak, dia gak mau.
KARINA
Kamu tahu Rosa. Kalau sama kamu dia malu.
GIO
Padahal udah aku bilang gak usah malu sama aku.
Bersamaan dengan Gio yang mengelus Kepala Rosa, pelan. Rosa yang menghindar dan Karina yang tersenyum melihatnya.
GIO
Oke, nanti kita jalan-jalan. Aku ada tempat yang harus kamu lihat.
KARINA
Oh, ya, jangan lupa temanin dia nonton Drama.
GIO
Kebetulan aku tahu Drama bagus, kamu pasti suka.
KARINA
Percaya sama aku, semua Drama, Rosa tahu. Hidupnya buat Drama, sama buat Taeyong.
Karina dan Gio tertawa bersama, sedangkan Rosa melihat keduanya dengan kesal.
KARINA
Btw, aku baru tahu kalau kamu nanya Drama dari Pram.
ROSA
Harus di akui, Pram selain pinter, dia update semua Drama.
GIO
Aku juga beberapa kali nanya Pram, Drama yang bagus apa.
KARINA
SERIUS?!
Mereka berdua mengangguk.
KARINA
Sebenarnya aku gak nyangka Pram orangnya kayak gitu. Bukan dalam arti negatf, tapi mau di pikir berapa kali tetap aja aku gak nyangka Pram orangnya kayak gitu.
GIO
Pram kalau kita kenal orangnya baik, mungkin dari luarnya yang dingin.
Rosa melihat Karina, menyipitkan matanya.
ROSA
Karin... udah sejauh mana hubungan kalian?
Karina terkejut.
ROSA
Semakin ke sini makin sering aku lihat kalian berduaan. Dan kamu udah tahu dalamnya Pram.
KARINA
(terkejut)
DALAMNYA PRAM?!
Rosa dan Gio saling melihat, mereka menyipitkan mata. Mereka mengangguk bersama.
ROSA
Aku udah pernah bilang, kayaknya Pram suka kamu tapi lihat kamu sekarang, kita punya dua masalah.
GIO
Masalah pertama, Pram memang suka sama kamu atau dia cuma basa-basi. Kedua, Kamu yang mulai suka sama Pram.
ROSA
Aku yakin masalahnya di Karina. Gak mungkin Pram suka sama Karin.
Karina tidak terima, sesaat ia melihat dirinya.
KARINA
Memangnya aku kurang apa.
Gio dan Rosa saling melihat, terkejut. Mereka berdua tertawa.
Karina menyadarinya, ia menghela nafas panjang.
KARINA
Serius kalian berdua. Jangan bicara sama aku sampai masuk nanti --
Karina berjalan dengan cepat, pergi dari Kantin. Rosa dan Gio masih tertawa.