Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Batavia 1932
Suka
Favorit
Bagikan
5. Batavia 1932 #5
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Namun, setelah di selidiki; ternyata Dahlan memiliki hasrat besar untuk meminang Hanna setelah lulus sekolah. Ivanka yang sering diketahui oleh Dahlan jalan berdua bersama Hanna menjadi perhatian pertama Dahlan dalam menjalankan keinginannya.

Ini tentu menjadi masalah besar bagi Dahlan, karena setelah ia ketahui; ternyata Ivanka adalah anak seorang Kaisar Besar dari Belanda. Namun, Dahlan hanyalah seorang putra daerah terpencil dari pak kepala desa disana. 

Berbagai macam cara sudah Dahlan lakukan, demi mendapatkan hati Hanna (wanita yang dulu ia sukai secara diam-diam). 

Ini adalah proses dimana roda kehidupan mulai berputar sedikit-demi sedikit. Hanna yang dulunya canggung kepada Dahlan karena anak orang berada di kampung, kini berbalik. Saat ini, Dahlan yang canggung dan bingung kepada Hanna karena kini wanita tersebut sudah tinggal di rumah Kaisar dan sering mendapat gelar Murid Berprestasi juga di sekolahnya. Namanya sering kali disebutkan oleh para Guru Honorrer di sekolahnya. Selain itu, Dahlanpun agak sedikit berat hati memperjuangkan Hanna karena ia kini sedang dekat dengan pria Putra Kaisar Belanda tersebut.

Pada akhir ceritanya, setelah sekian lama tinggal dirumah Kaisar dan menjadi Calon Ratu pelanjut tahta kekuasaan Belanda ditanah Nusantara. Hanna mulai jenuh, sampailah ia kepada titik dimana ia mulai bosan dengan semua peraturan muak yang berada dirumah tersebut. Ayah Ivanka yang sudah cukup lama berada dirumah dan melihat perkembangan dari hubungan antara putra mahkotanya dengan sang gadis manis dari daerah yang ia jodohkan dengan anaknya, mulai melihat banyak kejanggalan. 

Hanna yang dulunya dikenal sebagai wanita baik dan nurut, kini menjadi sulit dikendalikan. Ia mulai merasa bosan dengan keadaan rumah, namun tidak dengan cintanya kepada Ivanka. Mereka merencanakan sebuah hal besar yang bisa meruntuhkan Tahta Kekuasaan Sang Ayahanda. Mereka ingin menikah dan tinggal di daerah sebagaimana masyarakat pada umumnya. Namun, setelah rencana mereka sedikit-demi sedikit tercium oleh keluarga istana melalui sopir Melayu (seseorang yang memang dari awal kedatangan Hanna ke Batavia, memiliki pandangan sinis dan niat picik demi menjatuhkan image Hanna didepan para Pewaris Tahta).

Sang Ratu, yang juga memiliki kendali cukup besar di Istana tersebut berniat untuk memulangkan Ivanka ke Netherland. Hal ini dikarenakan pengaruh buruk yang ditimbulkan dari hubungan mereka selama ini. Ivanka yang dulunya dikenal sebagai Putra Mahkota Agung, yang manut pada semua peraturan kekaisaran, kini berubah drastis dan lebih berjiwa nasionalis Nusantara; karena pengaruh yang diberikan oleh Hanna.

Ternyata beberapa bulan kemudian, setelah semakin keruhnya keadaan di rumah tersebut; Ivanka berhasil dipulangkan ke Netherland dengan paksa oleh Sang Ratu. Hanna (yang juga sangat mencintai Ivanka) tak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa termenung oleh nasibnya sendiri dan merenungi takdir yang dihadapinya. Ia sangat merasa kesepian pada hari pertama dimana Ivanka pergi dengan terpaksa karena Perintah Kerajaan. 

Hanna pun bersedih, ia ingin kembali pulang ke rumahnya di kampung. 

Pada waktu yang bertepatan, ternyata Dahlan (pengagum rahasia Hanna) pun akan bertolak pulang ke pulau tercintanya. Setelah sekian lama pengelanaan dalam rangka menuntut ilmu di Batavia, mereka pun tak sengaja bertemu di sebuah pelabuhan besar di pesisir Batavia. Hanna yang masih dalam perasaan kelam karena kepergian Ivanka, bertemu dengan Dahlan yang sebenarnya sudah memutuskan untuk melepaskan harapannya terhadap Hanna. Sore itu, dimana matahari mulai meredup kemerahan terlihat dari pelabuhan. Memanjakan mata kedua insan tersebut diwaktu yang bersamaan. Tak lama, para awakn kapalpun membunyikan sirine tanda persiapan terahir sebelum kapal tersebut berangkat. Hanna yang masih terpukul kaku ditengah-tengah suasana yang memilukan, harus bisa menahan kegelisahannya pada waktu itu. 

Merekapun pulang dengan membawa gelar dan ilmu ke kampung halaman.

Setibanya ditanah para leluhur mereka, Hanna dan Dahlan pun saling membantu menurunkan barang-barang mereka diwaktu tersebut. Suasana haru ditambah gelisah yang tak kunjung rreda dari hati Hanna, tertepiskan oleh pelayanan mesra Dahlan terhadap dirinya yang kelabu. 

Keduanya pun pada ahirnya menjadi maskot Anak Muda Berprestasi didaerah tersebut pada masanya. Gelar itu disematkan kepada mereka, karena perjuangan mereka yang sangat gigih dalam memberikan contoh arti sebuah perjuangan. Betapa pun indahnya suasana luar kota, pada akhirnya seseorang hanya akan merindukan kampung halamannya untuk membantu maju saudara yang lain. Meskipun terkadang perjalanan tersebut tak semulus yang direncanakan, tetapi akan ada masa dimana kejayaan itu yang datang kepada pemiliknya, karrena perjuangannya dan juga dedikasinya dalam menimba ilmu.  

Keduanya pun ahirya di jodohkan oleh para orang tua dari kedua belah pihak.

Ayah Hanna (yang sangat dikenal materialistis), akhirmya memaksa Hanna untuk mau menebus kebohongan yang dulu ia lakukan. Karena memberikan secara Cuma-Cuma cengkeh miliknya, kepada Belanda dulu. Ayah Hanna memang terkadang bersikap kurang sopan, entah karena rendahnya adab atau pendidikan tetapi hal tersebut sangat menyita perhatian orang lain terhadap keluarga Hanna. Hanna yang dulu hidup didalam kesederhanaan yang sangat menyedihlan, kini bisa menikmati hidup dalam mahligai rumah tangga yang sesuai harapan. Meskipun terkadang Hanna membingungkan sendiri terhadap sikapnya yang menerima perjodohan tersebut. Di sisi lain sedangkan Dahlan sangat senang, karena pada ahirnya bisa memiiliki Hanna seutuhnya (walaupun jika ditelaah lebih jauh ternyata Hanna hanya menganggap Dahlan sebagai teman baiknya, dan tidak mengharapkannya menjadi suaminya).

Kisah ini sangat memilukan, dimana keterpaksaan kemakmuran hidup harus dilakukan demi terciptanya kesejukan dari kehausan akan materi yang di miliki oleh salah satu tokoh dari cerita yang ada disini.

Semoga menghibur, dan semoga kita tidak takabur.

Batavia, 13 Maret 1932

Karja: Gugum Gumelar

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar