Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Batavia 1932
Suka
Favorit
Bagikan
4. Batavia 1932 #4
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Beberapa hari kemudian, setelah mereka sampai di pelabuhan Tanjoeng Priok di Batavia, Sang Menir langsung mengajak Hanna naik ke mobil kodok mewah miliknya yang di sopiri oleh orang Melayu. 

Sesampainya di rumah megah Sang Menir, Hanna pun terkejut; karena ia sempat melihat selewat wajah Dahlan (pria desa yang ia kenal baik dahulu). Dahlan yang ketika itu berada di jalan dekat rumah Sang Menir, berjalan menuju tempat Pendidikan yang berada tak jauh dari rumah sang menir. 

Keesokan harinya, ketika bangun pagi dan mencoba untuk adaptasi di rumah barunya, Hanna melihat seorang lelaki muda berparaskan tampan yang baru bangun tidur dari kamar sebelah. 

Tak lama pria tersebut melirik ke arah Hanna sambil merasa bingung (siapakah wanita itu?!)

Hanna yang sama sekali belum paham peraturan di dalam rumah, langsung memanggil Sang Lelaki dengan nada tinggi “HEII hendak apa awak melirik saya!”

Ternyata Sang Permaisuri Kaisar yang sangat anggun rupawan berada di ruang tamu yang tak jauh dari kamar Hanna dan Pria tersebut, lalu Sang Ratu pun balik bertanya : “siapakah kamu?! Disini tidak boleh bicara keras-keras”

Lalu Hanna pun langsung meminta maaf dan memberikan penjelasan : “ Maaf Ratu, saya tak tahu disini ada peraturan macam tu, saya dari pulau seberang yang di bawa ke sini untuk sekolah oleh Menir kemarin”

Setelah memberikan penjelasan, ahirnhya Sang Ratu pun mengerti dan kembali ke tempat duduknya sambil menggendong bayi. 

Lama kelamaan, setelah setiap hari selalu bercengkrama dan bercakap-cakap dengan keluarga Sang Kaisar, Hanna pun berhasil adaptasi dengan baik. Bahkan ia bisa berbahasa Belanda dengan fasih seiring berjalannya waktu.

Sang pria aneh yang dulu pernah meliriknya tak lama berjumpa kembali dengan Hanna, setelah diketahui ternyata dia sudah dua bulan melakukan perjalanan ke Belanda untuk mengirim hasil rempah dari Nusantara.

Sesampainya dirumah, pria tersebut langsung memanggil Hanna dengan sebutan Anne. Hanna yang kadang kala mudah emosi karena usianya yang masih gadis belia, sering menanggapi panggilan pria tersebut dengan nada tinggi secara sembunyi-sembunyi dari Sang Ratu. 

Pada malam pesta yang diadakan oleh Sang Kaisar untuk menyemangati para tentaranya dalam berjuang mengambil alih tahta kekuasaan secara keseluruhan di bumi Nusantara, Hanna di pertemukan secara serius dengan pria misterius tersebut oleh Sang Kaisar. “Hanna, Hanna!”

(panggil Sang Kaisar)

“Ini Ivanka anak saya, dia putra semata wayang pewaris tahta kekaisaran Belanda disini”.

Lalu mereka pun diperkenalkan, dan Hanna masih saja menjabat tangan Ivankan dengan muka agak kesal, karena masih sering di buat bahan ejekan oleh Ivanka. 

Namun, seiring berjalannya waktu; Hanna mulai merasakan hal yang berbeda dari perlakuan Ivanka.

Ia mulai sering memberikan perhatian secara khsusus kepada Hanna secara sembunyi-sembunyi. Karena apabila hal ini diketahui oleh Sang Ratu (yang ternyata Ibunda Ivanka), mereka bisa di marahi habis-habisan dan kemungkinan Hanna pun akan dipulangkan kembali ke daerahnya karena hal tersebut. 

Mereka pun mulai jatuh cinta, namun Ayahanda dari Ivanka yang sedang berada di pulau lain tidak mengetahuinya. Satu-satunya orang yang mereka coba hadapi adalah Sang Ibu. 

Hanna setiap hari selalu melakukan tugasnya dengan baik dirumah tersebut, dan selalu mendapatkan nilai bagus dari Guru Honorer yang mengajar di sekolah di dekat rumah Sang Kaisar.

Pada suatu hari, Dahlan; yang sekian lama tak bertemu dengan Hanna, tiba-tiba melihat Hanna sedang berada di sekolahnya (ia selama ini tak menyadari bahwa wanita bernama Anne di sekolahnya itu adalah Hanna). Yang ia tau, Anne adalah seorang Putri Kaisar Belanda yang terpaksa harus sekolah di Nusantara. Dahlanpun menghampiri Hanna dan berkata :

“Hanna, Ini betulkah awak?”

Sambil menengok ke arah samping, Hanna pun menjawab dengan tegang “Dahlan,, ia ini Hanna! Awak kemana sahaja , setelah selama ini inda jumpa ternyata bersekolah sama di sini”.

“Iya Hanna, saya dah dapat nasib baik bisa berjumpa kembali dengan awak. Memang ini yang saya Do’akan kepada Allah”.

(jawab Dahlan sambil tersipu malu dan hati gembira)

“saya sekarang tingggal dekat sini Dahlan, oh iya, ini Ivanka ; putra dari pengurus saya disini”

Lalu Dahlan dan Ivanka pun berkenalan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar