Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
An Imperfect Marriage
Suka
Favorit
Bagikan
11. 11. Ending

INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY

Vania mencengkram kerah baju Razaf. Ia juga mengacungkan Pisau tepat di leher Razaf. Di belakang Razaf, Budhe Amih berdiri terengah-engah di samping meja dapur.

RAZAF

Bunda.. Tolong lepasin Razaf. Bunda sadar, Bunda..

Rizal masuk dan terkejut. Ia berdiri di tengah pintu dapur. Rizal mengepalkan tangan. Nafasnya tersengal. Rizal mengerjap pelan. Jeritan Razaf masih terdengar.

CUT TO

INT. RUMAH RIZAL - DAPUR - FLASH BACK - DAY

Santi mencengkram kerah baju Rizal sambil mengacungkan pisau tepat di lehernya. Rizal berjalan mundur pelan.

CUT BACK TO

INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY

Vania mencengkram kerah baju Razaf masih dengan pisau teracung di leher. Razaf berjalan mundur pelan.

Vania sekarang berada di depan Budhe Amih.

CUT TO

INT. RUMAH RIZAL - DAPUR - FLASH BACK - DAY

Santi mencengkram kerah baju Rizal sambil mengacungkan pisau tepat di lehernya. Rizal berjalan mundur pelan. Santi sekarang berada di depan Kamid. Kamid memeluk Santi sambil membisikkan sesuatu. Cengkraman Santi pada Rizal mengendur. 

Rizal berhasil melepaskan diri. Ia kemudian berlari ke Kamid. Menarik-narik tangan Kamid yang memeluk Santi.

RIZAL

(Teriak) Bapak.. Ayo metu, Bapak. Culno Monster kuwi, Bapak.. Ojo cedhak-cedhak karo monster, Bapak.. Monster gendeng.

Santi melepaskan pelukan dan berbalik dengan tatapan marah. Rizal masih berteriak. Kamid mencoba menenangkan Santi. Santi segera mengangkat pisau.

CUT BACK TO

INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY

Rizal menggelengkan kepala dengan mata terpejam. Nafasnya tersengal. Rizal kemudian membuka mata dan melihat Vania mengacungkan pisau pada Budhe Amih. Razaf berdiri di belakang Budhe Amih ketakutan.

Rizal berlari mendekat dan segera mencekik Vania. Pisau di tangan Vania terlepas. Vania kesakitan. Budhe Amih memukul lengan Rizal.

BUDHE AMIH

Lepaskan Vania, Zal.. Kamu mau bunuh Vania lagi?

Vania menepuk-nepuk tangan Rizal.

VANIA

Mas.. Uhuk uhuk..

Rizal kaget. Ia segera melepaskan Vania.

Vania lalu mengatur nafas dan bersandar pada meja dapur. Budhe Amih mengangsurkan segelas air putih pada Vania. Vania minum.

RIZAL

Sebenarnya.. Apa yang terjadi di sini?

Vania meletakkan gelas, lalu berdiri di depan Rizal. Vania menari nafas panjang.

VANIA

Semuanya tadi hanya pura-pura, Mas. Vania ingin tau, apa Mas Rizal sudah bisa nerima kondisi Vania? Dan ternyata, Mas Rizal masih belum bisa sepenuhnya nerima kondisi Vania. (Beat) Jadi, Maaf, Mas.. pernikahan kita harus berakhir.

Rizal terkejut. Vania segera pergi. Rizal terdiam di tempatnya.

INT. RUMAH VANIA - KAMAR - DAY

Vania memasukkan pakaian Rizal ke dalam koper dengan dibantu Razaf. Vania menahan diri untuk tidak menangis. 

Rizal masuk dan menghampiri Vania. Rizal memegang lengan Vania.

RIZAL

Tolong beri saya satu kesempatan lagi, Van. Saya janji, saya tidak akan menyakiti kamu lagi.

Vania menyingkirkan tangan Rizal.

VANIA

(Menahan tangis) Maaf, Mas. Vania nggak bisa. Vania nggak bisa hidup dengan orang yang tidak bisa menerima kondisi Vania. Yang tidak bisa memahami Vania. Karna Vania sadar, sampai kapan pun, Vania akan selalu membutuhkan orang lain. Penderita Skizofrenia seperti Vania ini, Mas, selamanya akan bergantung pada orang lain. Dan Vania nggak mau, menggantungkan diri Vania, pada orang yang justru membenci penyakit Vania. Vania butuh orang yang bisa merangkul Vania, bagaimanapun keadaan Vania. Bukan orang yang justru melukai Vania, saat penyakit Vania kambuh.

Vania mendongakkan kepala. Menahan air matanya. Rizal berlutut di depan Vania sambil menggenggam tangan Vania.

RIZAL

Pliss, Van. Beri saya satu kesempatan lagi. Saya janji, saya akan berubah.

Vania mencoba melepaskan genggaman Rizal.

VANIA

Maaf, Mas. Keputusan Vania tidak akan berubah. Kita berdua harus bercerai.

Vania melanjutkan menata koper Rizal. Rizal menghampiri Razaf dan berlutut di depannya. 

RIZAL

(Tampang melas) Zaf.. Tolong Ayah, Nak. Tolong bujuk Bunda..

RAZAF

Maaf, Ayah.. Aku nggak mau ngeliat Bunda disakitin Ayah terus. Aku juga nggak mau ngeliat Bunda sedih lagi.

Rizal terkejut mendengan ucapan Razaf.

Vania menutup koper dan menyerahkannya pada Rizal. Rizal berdiri dan menerimanya dengan pasrah.

VANIA

Ini, Mas kopernya.. Untuk masalah perceraian ini, Vania yang akan mengurus semuanya. Vania minta kerja sama Mas Rizal, agar masalah ini bisa segera selesai.

RIZAl

(Melas) Van..

VANIA

Untuk masalah, Razaf, Mas Rizal bisa menemui dia kapan pun. Vania tidak akan pernah melarang. Karna bagaimana pun, Razaf juga anak Mas Rizal.

RIZAL

Van.. Apa tidak bisa..(terpotong)

VANIA

Silahkan keluar dari sini, Mas.

Rizal lalu pergi dengan langkah gontai.

INT. PERUMAHAN - KAMAR – DAY - MONTAGE

Rizal berbaring tengkurap di atas kasur. Ia menutupi wajahnya dengan satu tangan. Rizal menangis. Koper dari Vania ia letakkan di depan almari.

INT. RUMAH VANIA – KAMAR – DAY

Vania duduk di pinggir ranjang dengan memegang foto pernikahannya. Ia menangis tergugu.

INT. PERUMAHAN – KAMAR – NIGHT

Rizal berbaring sambil menutupi wajah dengan satu tangan. Di tangannya yang lain, ia menggenggam stiky notes berisi quotes dari Danang. Kamar Rizal sangat berantakan.

INT. RUMAH VANIA – KAMAR – NIGHT

Vania tidur dengan wajah sembab. Ia memeluk foto pernikahannya.

END MONTAGE

INT. BUTIK – RUANGAN VANIA – DAY

Vania sedang memasukkan barang-barang di meja kerjanya ke dalam kardus. Diana masuk dan menghampiri Vania.

DIANA

Van.. Kamu mau kemana? Ini, barang-barang kamu kenapa dipindah?

Vania menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Diana dan memegang tangan Diana.

VANIA

Mbak Di, Vania nitip butik, ya..

Diana terkejut.

DIANA

Loh.. Kamu mau kemana, Van?

VANIA

Vania mau pindah, Mbak Di. Mau ikut Mas Abi ke Malang.

Diana melepaskan tangan Vania.

DIANA

Kamu jangan bercanda, Van. Mbak Di nggak suka, ah..

VANIA

Vania serius, Mbak Di. Lusa, Vania mau berangkat. Besok Vania mau ketemu sama pengacara Vania dulu. Mau nyerahin berkas-berkas perceraian.

DIANA

Kamu serius, mau cerai sama Rizal?

VANIA

Iya, Mbak.

EXT. HALAMAN PERUMAHAN – DAY

Danang dan Diana turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah Rizal. Keduanya berhenti di samping papan pengumuman yang menancap di taman rumah Rizal. Di sana tertulis “DIJUAL CEPAT. Hub: 082154389760”

Danang dan Diana terkejut. Mereka saling menatap. Keduanya kemudian berlari masuk rumah Rizal. 

INT. PERUMAHAN - KAMAR – DAY

Kamar Rizal sudah kembali Rapi. Di depan almarinya, ada dua buah koper. Rizal berdiri di depan meja kerjanya. Barang-barang di meja kerjanya sudah ia pindahkan ke dalam kardus. Rizal memegang pigura yang berisi fotonya bersama Vania dan Razaf, Rizal menatap foto itu lama.

Danang dan Diana tiba-tiba masuk. Keduanya kaget melihat dua koper di dalam almari. Danang menghampiri Rizal.

DANANG

Zal.. Lo mau kemana?

Rizal kaget mendengar suara Danang. Ia buru-buru memasukkan foto ke dalam kardus. Rizal kemudian menoleh.

RIZAL

Gue mau pindah, Nang.

DANANG

Pindah kemana lo?

RIZAL

Ke suatu tempat.

DANANG

(Jengkel) Gue nanya serius, Zal.

DIANA

Kenapa lo tiba-tiba pindah?

RIZAL

Gue nggak bisa tetep di sini, Di. Gue keinget terus sama Vania.

Rizal memeluk Danang. Menepuk punggungnya pelan.

RIZAL

Thank’s ya, Nang. Lo udah baik banget sama gue. Gue minta maaf, karna selalu ngerepotin lo.

Danang melepas pelukan. Ia kemudian memukul pundak Rizal.

DANANG

Apaan sih, lo..

Rizal kini menghampiri Diana.

RIZAL

Di.. Thank’s banget, lo udah banyak bantuin gue. Sorry kalo selama ini gue nyusahin lo.

Diana menatap Rizal sinis. Ia kemudian menarik tangan Danang, mengajaknya keluar.

INT. PERUMAHAN – DRPAN KAMAR – DAY

DIANA

(Lirih) Yang.. Kita harus ngasih tau Vania sooal ini. Anterin aku ke kantor pengacara Tristan, Yang. Vania hari ini mau ke sana.

DANANG

Ayo, Ay.

Keduanya berjalan keluar.

INT. KANTOR PENGACARA - DAY

Vania dan Abimanyu duduk di kursi tunggu. Keduanya saling mengobrol.

Abimanyu berdiri lalu pergi meninggalkan Vania.

Diana datang dan menyeret Vania keluar. Vania meletakkan tas dan berkasnya di atas kursi.

EXT. HALAMAN KANTOR PENGACARA - DAY

VANIA

Mbak Di.. Ada apa?

DIANA

Kamu yakin mau cerai?

Vania mengangguk pelan.

VANIA

Iya, Mbak. Mas Rizal belum bisa nerima kondisi Vania. Jadi, Vania memilih cerai aja.

DIANA

Van.. Tolong kamu pertimbangkan lagi. Rizal sangat mencintai kamu, Van.

VANIA

Enggak, Mbak. Vania udah yakin saama keputusan Vania.

DIANA

Mbak mau ngasih tau kaamu sesuatu.

VANIA

Apa, Mbak?

DIANA

Sebenarnya, sejak Rizal meminta rujuk sama kamu, dia mulai melakukan terapi ke psikolog, Van.

Vania terkejut.

VANIA

Ha? Mas Rizal ke psikolog?

DIANA

Iya, Van. Kamu tau sendiri, kan, dulu seperti apa penolakan Rizal waltu disuruh ke psikolog. Tapi demi kamu, dia mau melakukannya, Van. Rizal mau terapi. Dia bener-bener pingin sembuh. Dia pengen bisa hidup normal sama kamu. (Beat) Van.. Rizal juga mulai belajar tentang Skizofrenia. Setiap hari dia melakukannya. Dia benar-benar berusaha memahami kamu. Mbak aja kaget waktu dikasih tau Mas Danang. Karna setau Mbak, Rizal itu benar-benar takut dengan Skizofrenia. Tapi demi kamu, dia berusaha mengalahkan ketakutannya.

Vania tercengang.

DIANA (CONT’D)

Van.. Kamu juga harus tau satu hal. Saat kamu dirawat dulu, setiap hari Rizal datang jenguk kamu di RSJ. Padahal, kan, dulu kamu pernah bilang, kalo Rizal tidak pernah mau datang ke RSJ. Tapi saat kamu di sana, setiap hari Rizal jenguk kamu.

VANIA

Mbak Di serius?

Diana mengangguk.

VANIA (CONT’D)

Tapi, kenapa Vania nggak pernah liat Mas Rizal?

DIANA

Itu karna.. Budhe Amih ngelarang Rizal ketemu sama kamu.

VANIA

(Terkejut) Ha? Budhe?

DIANA

Iya, Van. Budhe nggak pernah ngizinin Rizal ketemu sama kamu. Budhe bahkan nyuruh Rizal buat nyerain kamu.

Vania sangat terkejut. Ia tercengang sambil memegang dada.

DIANA (CONT’D)

Van.. Mbak nggak mau, kamu nantinya menyesal. Coba kamu pertimbangkan lagi keputusan kamu. Rizal sudah berusaha yang terbaik untuk menerima dan memahami kamu.

Vania berpikir beberapa saat.

DIANA (CONT’D)

Van.. Jangan bohongi perasaan kamu. Mbak Di tau, kamu masih cinta sama Rizal.

Vania hanya diam.

DIANA (CONT’D)

Van.. Kalo emang kamu berniat balikan sama Rizal, kamu harus cepat, Van. Rizal hari ini mau pergi.

Vania terkejut.

VANIA

Mas Rizal mau pergi kemana, Mbak?

DIANA

Mbak Di nggak tau, Van. Rizal nggak bilang apa-apa.

Vania panik. Ia memegang tangan Diana.

VANIA

Mbak Di.. anterin Vania ke tempat Mas Rizal sekarang.

Diana mengangguk.

VANIA (CONT’D)

Vania ngambil barang ke dalam dulu, Mbak.

DIANA

Iya, Van.

INT. KANTOR PENGACARA – DAY

Vania buru-buru mengambil tas dan berkasnya. Abimanyu heran melihat Vania.

ABIMANYU

(Teriak) Kamu mau kemana, Van?

Vania mengabaikan teriakan Abimanyu. Ia berlari keluar.

EXT. HALAMAN PERUMAHAN – DAY

Mobil Danang berhenti. Vania segera berlari menuju rumah Rizal. Vania berhenti saat melihat tulisan “Dijual” di taman rumah Rizal. Ia terkejut. Vania sesikit berlari ke rumah Rizal. Danang dan Diana menyusul di belakang.

Vania mencoba membuka pintu rumah Rizal. Namun, ia tidak bisa. Rumah itu terkunci. Vania menoleh pada Diana dengan wajah panik.

VANIA

Mbak Di.. ini gimana?

Danang dan Diana mendekat. Danang mencoba membuka pintu.

DANANG

Terkunci, Ay. Jangan-jangan Rizal sudah pergi.

Vania terkejut. Ia mulai menangis.

VANIA

Huhuhu.. Mas Rizal.. Huhu.. Mas Rizal.. Huhu..

Vania menangis tersedu sampai terduduk. Diana mencoba menenangkan Vania.

Sebuah mobil berhenti di depan rumah Rizal. Rizal turun dan berjalan masuk. Ia terkejut melihat kedatangan Danang dan Diana. Rizal terus berjalan mendekat.

Danang melihat Rizal datang. Ia segera menepuk pelan bahu Diana. Diana menoleh. Danang menunjuk ke arah Rizal. Diana mengikuti arah telunjuk Danang. Ia terkejut. Diana lalu berdiri menjauh. Rizal menggernyit melihat Vania duduk menangis di depan pintunya. Rizal awalnya tidak menyadari kalo itu Vania.

VANIA

Huhu.. Mas Rizal.. Kamu dimana, Mas.. Huhu.. Vania nyesel, Mas.. Maafin Vania, Mas.. Huhu..

Rizal terkejut mmendengarnya. Ia kemudian menoleh pada Danang dengan ekspresi (Ini beneran Vania?). Danang mengangguk. Rizal tersenyum.

VANIA

Huhuhu.. Mas Rizal.. Huhu..

RIZAL

Ada apa, Van?

Vania diam. Ia kemudian menoleh. Vania membelalakkan mata, terkejut melihat Rizal.

VANIA

(Histeris) Mas Rizal!

Rizal tersenyum. Vania berdiri kemudian memeluk Rizal.

VANIA

Maafin Vania ya, Mas. Vania sudah egois.

RIZAL

Iya. Saya juga minta maaf, ya. Udah sering nyakitin kamu.

Vania mengangguk, lalu melepaskan pelukan. Vania mengusap bekas air matanya.

RIZAL (CONT’D)

(Dengan hati-hati) Ini kita balikan, kan, Van?

Vania mengangguk. Rizal tersenyum lega. Danang dan Diana juga ikut merasa senang.

VANIA

Mas..

Rizal menatap Vania dalam.

VANIA (CONT’D)

Vania sayang sama Mas..

Vania tersenyum malu-malu.

RIZAL

Saya juga sayang sama kamu.

DIANA

Ehem.. Yang, kayaknya ada yang lagi kasmaran, nih.

Rizal dan Vania menoleh pada Diana.

DANANG

Husstt.. Kamu ngerusak suasana aja, Ay.

Diana melotot. Rizal dan Vania tertawa.

RIZAL

Saya ada sesuatu buat kamu, Van.

VANIA

Apa, Mas?

Rizal mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Sebuah sticky notes yang terlipat rapi. Ia lalu memberikannya pada Vania.

VANIA (CONT’D)

Apa ini, Mas?

RIZAL

Kamu buka aja.

Vania lalu membuka sticky notes tersebut. Ia kemudian tersenyum.

VANIA

Mas Rizal bener..

(CU) Stiky notes dengan tulisan “Pernikahan itu saling melengkapi, bukan menuntut pasangan untuk lebih. Pernikahan itu saling menerima, bukan menuntut pasangan untuk sempurna”.

CUT TO BLACK

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar