Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
An Imperfect Marriage
Suka
Favorit
Bagikan
2. 2. Malaikat itu

INT. KANTOR – RUANGAN RIZAL - DAY

Rizal duduk menatap lurus ke depan. Komputernya dibiarkan menyala. Ia sedang melamun. Beberapa saat kemudian, Rizal tersadar. Ia segera mengambil kalender mejanya. Menyilang hari ini dengan spidol warna hitam. Rizal kini serius menatap kalender yang penuh dengan tanda silang berwarna hitam dan biru.

Danang datang dan duduk di depan Rizal.

DANANG

Zal...Zal... Oy Rizal(sedikit teriak)

Rizal melirik Danang sekilas, lalu kembali memperhatikan kalender di tangannya.

RIZAL

Lo nggak ada kerjaan, Nang?

Danang merebut kalender Rizal. Membolak-balikkannya

DANANG

Yaelah, Zal. Lo masih main ginian? Kayak remaja labil lo. Hahaha...

Rizal tak menanggapi. Ia menyenderkan tubuh.

DANANG (CONT'D)

Eh..hari ini kok hitam? (sedikit terkejut) Kenapa lo? Ada masalah? Penyakit lo kumat lagi?

Rizal menghembuskan nafas berat. Ia lalu menegakkan tubuh dan mengusap wajahnya kasar. Danang memajukan badan, siap mendengarkan serius.

RIZAL

Tadi pagi gue tiba-tiba ngelihat Vania kayak perempuan gila itu.

DANANG

Perempuan gila? Maksud lo nyokap lo?

RIZAL

Iya.

Danang menjauhkan badan terkejut. Ia tercengang beberapa saat, lalu memajukan tubuhnya lagi.

DANANG

(Sedikit berbisik) Lo udah tau tentang Vania yang sebenernya?

RIZAL

Apaan?

Ponsel Rizal di atas meja berdering. Kita melihat tertulis nama “Om Bram” di sana. Rizal berdiri dan mengangkat telpon. Ia berjalan mendekati jendela ruangannya.

RIZAL

Iya, Om.

INTERCUT

INT. KANTOR – RUANGAN OM BRAM – DAY

Om Bram duduk di mejanya sambil menelpon. Di depannya ada Vania yang duduk memperhatikan.

OM BRAM

Siang ini kamu ke Rumah Sakit, ya. Nganterin berkas ke istri saya.

CUT BACK TO

INT. KANTOR – RUANGAN RIZAL – DAY

Rizal masih berdiri di dekat jendela.

RIZAL

Baik, Om.

OM BRAM

Oiya, nanti jangan lupa kamu jemput Vania dulu.

RIZAL

Jemput Vania?

OM BRAM

Iya. Vania tadi bilang, kalo mau ke Rumah Sakit. Jadi nanti kamu jemput Vania dulu, biar nanti barengan ke sananya.

Rizal menghembuskan nafas berat.

RIZAL

Oh.. Iya, Om.

OM BRAM

Ya sudah, Zal. Nanti biar sekertaris saya yang antar berkasnya ke ruangan kamu.

RIZAL

Iya, Om.

OM RIZAL

Ya sudah kalo gitu. Silahkan lanjutkan pekerjaan kamu.

RIZAL

Baik, Om.

Panggilan berakhir. Rizal lalu berjalan kembali ke kursinya. Ia meletakkan ponselnya sedikit kasar.

DANANG

Kenapa Zal?

RIZAl

Gue disuruh ke Rumah Sakit, siang ini.

DANANG

Waah.. Lo batal nraktir gue, dong.

Rizal mengernyit. Ekspresi wajahnya mengatakan (Kapan gue bilangnya?)

RIZAL

Eh.. Tadi apaan yang tentang Vania?

DANANG

Eh.. Anu.. Gue balik dulu, Zal. Kerjaan gue numpuk.

Danang berdiri dan berjalan keluar. Rizal menatap bingung. Ia kemudian melajutkan kerja.

INT. BUTIK VANIA - DAY

Seorang pegawai wanita membalik tulisan "Open" pada pintu butik dengan tulisan "Close".

Kita melihat kemewahan butik Vania, yang menunjukkan bahwa butik ini memiliki kelas tinggi. Kita melihat Diana (kita tau namanya dari name tag yang dipakainya) berdiri di depan meja kasir, dengan membawa kertas berisi daftar harga. Diana menatap serius kertas yang dipegangnya.

Vania datang lalu memukul pelan pundak Diana.

VANIA

Mbak Di.

DIANA

(Sedikit terkejut) Eh, Van. 

Diana memperhatikan Vania.

DIANA (CONT’D)

Mau kemana, Van, kok bawa tas segala?

VANIA

Ini, Mbak.. Vania mau ke Rumah Sakit. Mau ngurusin Ultah Razaf.

DIANA

Oh.. Ultah Razaf dirayainnya di Rumah Sakit?

VANIA

Iya, Mbak. Kan, dulu Vania pertama kali ketemu Razaf di sana. Jadi Vania pengen ngerayainnya di sana, biar sekalian nostalgia masa-masa pertemuan pertama sama Razaf. Hahaha..

DIANA

Ide bagus itu, Van.

VANIA

Iya, Mbak. Emm.. Mbak Di wajib datang, ya.. Sekalian Mas Danang, Danial sama Tabita diajak.

DIANA

Siap, Van. Mbak pasti datang, kok.

Pintu butik terbuka. Vania dan Diana kompak menoleh ke arah pintu. Rizal masuk dan menghampiri Vania

RIZAL

Ayo, Van..

VANIA

Mbak.. Vania berangkat dulu, ya. Oiya, Mbak, Kunci mobil Vania ada di meja. Nanti misal pas waktu pulang, Vania belum datang, Mbak bawa pulang aja mobilnya.

DIANA

Iya, Van. Hati-hati, ya. Titip salam buat Dokter Shofia. 

Vania mengangguk, lalu menghampiri Rizal. Rizal berjalan keluar.

DIANA (CONT’D)

(Teriak) Eh Zal.. Lo sombong amat nggak nyapa gue..

Rizal lalu berbalik menghadap Diana.

RIZAL

Gue cabut dulu, Di.

DIANA

Nah, gitu, kan, enak, Zal. Iya.. Hati-hati.

Rizal lalu berjalan keluar, disusul Vania di belakangnya.

INT. MOBIL RIZAL – DAY

Vania mengutak-atik ponselnya. Rizal serius menyetir. Rizal lalu menoleh sebentar ke arah Vania.

RIZAL

Kamu ngapain pake bilang Om Bram segala..

Vania menoleh ke arah Rizal yang kini sudah kembali fokus menyetir. Vania nyengir.

VANIA

Hehehe.. Maaf ya, Mas. Abis, kalo nggak kayak gitu, Mas Rizal mana mau Vania ajak ke Rumah Sakit.

RIZAL

Saya tidak pernah mau ikut kamu ke Rumah Sakit, karna saya nggak ada urusan di sana.

VANIA

Tapi kalo sekarang, kan, ada, Mas. Ini buat ulang tahun Razaf loh.

RIZAL

Yang niat ngadain acara, kan, kamu. Bukan saya.

VANIA

Tapi, kan, Razaf anak kita, Mas.

Rizal diam beberapa saat.

RIZAL

Nanti kamu masuk sendiri aja. Saya tunggu di luar. Sekalian saya nitip berkas buat Tante Ia.

VANIA

Nggak bisa gitu dong, Mas. Kan, ini tugas dari Om Bram. Mas Rizal harus nemenin Vania. Vania juga nggak mau dititipin.

RIZAL

Yaudah, nanti jangan lama-lama di sana. Saya masih banyak kerjaan.

VANIA

Oke, Mas.

Keduanya kini saling diam. Vania memutar music. Rizal melirik tidak suka.

EXT. HALAMAN SAMPING RUMAH SAKIT - DAY

Kita melihat beberapa pasien sedang berjalan-jalan di pinggir halaman yang penuh dengan tumbuhan. Seorang perawat sedang duduk di salah satu kursi, mengawasi para pasien. Rizal dan Vania berjalan ke tengah halaman, mengamati kondisi halaman. 

Vania membentuk tanda persegi dengan jari-jarinya, lalu menggerakkannya pelan. Ia berusaha mencari posisi paling pas untuk meletakkan backdrop acara. Sementara Rizal sudah berjalan menjauh. Rizal berdiri agak jauh dari Vania sambil memainkan ponsel dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang berkas Tante Ia.

Rizal akhirnya merasa bosan. Ia kemudian menghampiri Vania, dan menariknya pergi.

RIZAL

Ayo ke ruang Tante Ia..

Keduanya lalu pergi ke ruang tante Ia.

INT. RUMAH SAKIT - RUANGAN TANTE IA – DAY

Tante Ia (48) sedang berbincang-bincang bersama Vania di sofa ruangannya. Rizal hanya duduk menyimak.

VANIA

Jadi besok itu konsep acaranya kayak waktu Vania ulang tahun dulu, Tan. Yang Vania tengkar sama Mas Abi. Rebutan niup lilin. Tante inget, kan?

Tante Ia berusaha mengingat.

TANTE IA

Oh, kayak yang itu.. Kalo acaranya kayak gitu ya nggak papa, Van. Tante kira, kamu bakal buat acara ulang tahun yang super mewah gitu. Ala-ala sosialita. Hahaha..

VANIA

Enggak lah, Tan. Vania sih, niat ngerayain ini buat tasyakuran aja, kayak yang biasa Mama lakuin. Dan Vania sengaja ngadainnya di sini, karna, kan, di sini tempat pertama kali Vania ketemu Razaf.

TANTE IA

Oh, jadi gitu. Trus untuk persiapannya gimana? Udah beres semua? Apa perlu Tante bantuin?

VANIA

Alhamdulillah, Tan. Persiapannya in sya Allah udah semua.

TANTE IA

Yaudah, kalo gitu. (Beat) Oiya, Van. Ramon dari kemaren nanyain kamu terus, tuh. Ntar kamu temuin dia bentar, ya? Tante pusing, diteror terus.

RIZAL

Ramon?? Siapa itu, Tan?

TANTE IA

Itu.. Penggemar beratnya Vania di sini. Yang cinta mati sama Vania. Hahaha..

RIZAL

Oh..

VANIA

Ish, Tante.. Apaan sih.,

Vania menoleh ke arah Rizal yang memasang tampang datar.

VANIA (CONT'D)

Mas.. ini nggak seperti yang kamu bayangkan, kok..

TANTE IA

Hahaha.. Kamu nggak usah khawatir, Zal. Vania nggak bakal berpaling, kok. Ramon itu pasien di sini, penderita Skizofrenia..

Rizal terkejut. Ia kemudian berbisik pada Vania.

RIZAL

Udah selesai, kan? Ayo pulang.

VANIA

Bentar, Mas.

Vania kembali menatap Tante Ia.

VANIA (CONT’D)

Mas Ramon sekarang di ruangan apa, Tan?

TANTE IA

Udah hampir dua minggu ini, dia di kamar Flamboyan, Van. Soalnya sering mengamuk.

VANIA

Oh, gitu.

Rizal berdiri, lalu menarik tangan Vania.

RIZAl

Ya udah, Tan. Saya sama Vania pamit dulu.

Tante Ia berdiri.

TANTE IA

Eh.. kok buru-buru amat, sih. Pulangnya nanti aja lagi, Zal, Van. Nunggu agak sorean.

RIZAl

Maaf, Tante, nggak bisa. Habis ini kita mau jemput Razaf pulang sekolah.

Tante Ia melihat jam dinding, 14.00.

TANTE IA

Oh iya.. Razaf udah jamnya pulang ya. Yaudah, Hati-hati, ya.

RIZAl

Iya, Tante.

Ketiganya berjalan keluar.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar