Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
An Imperfect Marriage
Suka
Favorit
Bagikan
4. 4. Perpisahan

EXT. HALAMAN RUMAH VANIA - DAY

Mobil Rizal memasuki gerbang dan berhenti di depan pintu utama. Vania dan Razaf turun, lalu berjalan ke arah belakang mobil, membuka bagasi. Vania menurunkan barang dibantu Razaf. Rizal masih di dalam mobil, menunggu Vania selesai.

Vania dan Razaf selesai menurunkan barang.

VANIA

(Teriak) Udah, Mas..

Rizal melajukan mobil pergi. Vania dan Razaf membawa barang-barang masuk. 

INT. RUMAH VANIA - RUANG KELUARGA - DAY

Kita melihat ruangan ini dipenuhi barang belanjaan persiapan ulang tahun Razaf yang berserakan.

Vania sedang memasukkan kembali barang belanjaan yang tadi dikeluarkaanya, sesuai instruksi Razaf. Budhe Amih mengecek kelengkapan bahan untuk membuat tumpeng. Rizal ikut membantu Vania.

BUDHE AMIH

Van.. Alas tumpengnya di mana?

Vania menoleh ke arah Budhe Amih yang berdiri di pojok ruangan, di samping meja panjang.

VANIA

Di tas belanjaan tadi nggak ada, Budhe? Soalnya yang bahan tumpeng udah Vania jadiin satu di sana.

BUDHE AMIH

Nggak ada, Van.

RAZAF

Emang, tadi Bunda beli alas tumpeng? Seinget Razaf kok enggak, ya..

Vania mengingat sesuatu.

VANIA

Astaga.. Vania lupa. Di daftar belanjaan kayaknya nggak ada, deh.

Vania berjalan menghampiri Razaf dan mengambil daftar belanjaan yang dipegang Razaf. Vania mengeceknya.

VANIA (CONT'D)

Wahh, ternyata bener, di daftar belanjaan emang nggak ada. Pantesan.. Tadi Vania ngerasa kayak ada yang kurang gitu. Tapi pas ngecek daftarnya, kok udah lengkap. Ternyata emang ada nggak kecatat.

BUDHE AMIH

Budhe tadi malam nyuruh kamu nulis itu, kan?

VANIA

Mungkin Vania pas lagi nggak konsen, Budhe. (Beat) Trus ini, gimana? Apa Vania nyari sekarang aja?

BUDHE AMIH

Eh, jangan dulu, Van. Seinget Budhe, kita masih punya 1. Sisa acara peresmian butik kamu. Kan, waktu itu kamu belinya 2.

VANIA

Emang masih ada, Budhe? Disimpan di mana?

BUDHE AMIH

Ada kayaknya, Van. Kalo nggak salah, dulu Budhe simpen di gudang, deh.

VANIA

Ya udah, Budhe. Kalo gitu Vania nyari ke gudang dulu. Razaf, tolong dilanjutin, ya? Bunda mau ke gudang dulu.

Razaf memberi tanda hormat pada Vania.

RAZAF

Siap, Bunda.

BUDHE AMIH

Eh, nggak usah, Van. Biar Rizal aja yang nyari. Kamu, kan, lagi sibuk. Zal.. Tolong cariin alas tumpeng di gudang, ya?

RIZAL

Baik, Budhe.

Rizal berjalan menuju gudang. Vania dan Razaf melanjutkan pekerjaan mereka. Budhe Amih melihat jam dinding, lalu beralih melihat kepergian Rizal dengan ekspesi (selamat menikmati kejutan di sana).

INT. RUMAH VANIA - GUDANG BELAKANG - DAY

Rizal mengelilingi gudang, mencari keberadaan alas tumpeng. Rizal melihat benda itu di atas tumpukan kardus yang berada di pojok belakang ruangan.

Rizal berjalan mendekat, hendak mengambil benda tersebut. Ia melihat ada sebuah buku di atas alas tumpeng. Rizal mengambil buku yang penuh debu, membersihkannya. Buku itu ternyata adalah sebuah majalah, dengan cover wajah ibu vania dan tulisan "Widya Salma: Mendalami Skizofrenia, Demi Putri Tercinta”.

RIZAL

Ini, kan, ibunya Vania. Putri? Apa itu berarti Vania..

Rizal terkejut. Ia bergegas membuka majalah, mencari artikel tentang Widya Salma. Ia lalu membaca artikel tersebut.

Rizal terkejut. Ia terdiam beberapa saat. Rizal lalu menutup majalah dengan kasar. Nafasnya tak beraturan. Rizal teringat pada Razaf.  

RIZAL (CONT'D)

Razaf.. Razaf dalam bahaya.

Rizal berlari keluar dari gudang sambil membawa majalah. Rizal menutup pintu gudang dengan keras.

INT. RUMAH VANIA - RUANG KELUARGA - DAY

Ruangan ini terlihat lebih rapi. Belanjaan yang berserakan, sudah tertata rapi dalam kantong plastik. Di ruangan ini hanya ada Vania yang sedang menata kantong plastic di pojok ruangan. Rizal datang dengan nafas tak beraturan.

RIZAL

(Teriak marah) Di mana Razaf?

Vania kaget mendengar bentakan Rizal. Ia menoleh dan berjalan menghampiri Rizal.

VANIA

Mas Rizal kenapa? Kok pucet gitu?

Vania semakin dekat dengan posisi Rizal berdiri.

RIZAL

Jangan mendekat.. (Rizal mengacungkan majalah ke arah Vania) Di mana Razaf sekarang?

Vania kaget melihat cover majalah yang diacungkan Rizal. Ia langsung panik.

VANIA

Mas.. Mas.. Tunggu sebentar, Mas. Vania bisa jelasin semuanya.

Rizal berjalan keluar. Ia berkeliling mencari Razaf. Vania mengikuti di belakang.

RIZAL

(Teriak) Razaf.. Razaf..

INT. RUMAH VANIA – DAPUR – DAY

Razaf sedang membantu Budhe Amih memasukkan bahan-bahan tumpeng ke dalam kulkas.

INT. RUMAH VANIA - SAMPING DAPUR - DAY

Rizal berjalan menuju dapur. Vania mengikuti Rizal tapi berjalan sedikit jauh.

VANIA

Mas.. Tolong dengerin Vania dulu, Mas. Kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik.

Rizal menghentikan langkah, lalu berbalik menghadap Vania.

RIZAL

Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Vania. Mulai detik ini, kita bukan lagi suami istri.

Vania mulai menangis.

VANIA

Enggak Mas. Huhuhu.. Vania nggak mau pisah dari Mas.. Huhuhu..

Rizal berbalik. Razaf dan Budhe Amih datang tergopoh-gopoh. Rizal segera menyeret Razaf pergi.

RAZAF

Ayah, kita mau pergi kemana? Itu, Bunda kenapa nangis?

BUDHE AMIH

Ya Ampun, Van..

Budhe Amih memeluk Vania yang menangis tergugu. Razaf menghentikan langkah. Ia ingin menghampiri Vania. Rizal menarik paksa Razaf. 

RAZAF

Ayah.. itu Bunda nangis kenapa nggak ditolongin?

RIZAL

Berhenti manggil dia Bunda! Dia bukan Bunda kamu. Dia itu monster. Kita harus segera pergi dari sini.

Razaf takut mendengar bentakan Rizal. Rizal merasa bersalah, tapi ia tetap berjalan cepat keluar dari rumah.

EXT. HALAMAN RUMAH VANIA - DAY

Rizal menarik Razaf menuju garasi. Rizal membukakan pintu untuk Razaf dan memaksanya naik mobil. Rizal menutup pintu dan masuk mobil. Vania berlari menghampiri mereka. Budhe Amih berjalan pelan di belakang Vania. Vania mendekati Razaf, mengetuk kaca mobil yang tertutup.

VANIA

Razaf.. Bunda mohon jangan pergi, Nak.. Zaf.. Jangan pergi.. Huhuhu

Razaf menatap Vania iba. Ia berusaha membuka kaca mobil, namun tidak bisa. Razaf meleakkan tangan pada kaca mobil. Mengelus wajah Vania.

Vania beralih ke Rizal. Mengetuk kacanya.

VANIA (CONT'D)

Mas.. Mas.. Tolong jangan pergi, Mas. Dengerin penjelasan Vania dulu..

Rizal melajukan mobilnya cepat. Vania mengejar di belakang sambil meneriakkan hal yang sama. Saat sampai gerbang, Rizal menekan klakson mobilnya berulang kali. Seorang satpam membukakan gerbang. Saat gerbang terbuka, Vania berdiri di tengahnya.

VANIA (CONT'D)

Jangan pergi, Mas. Vania mohon.. Vania bisa jelasin semuanya.

Rizal tetap melajukan mobilnya. Saat mobil Rizal hampir menabrak Vania, tubuh Vania ditarik menjauh oleh Pak satpam. Mobil Rizal melaju semakin kencang. 

VANIA (CONT'D)

(Teriak) Mas Rizal.. Huhuhu..

Vania berjongkok dan menangis histeris. Pak Satpam memandang Vania iba.

PAK SATPAM

Bu.. Bu Vania..

Budhe Amih datang dan segera memeluk Vania.

BUDHE AMIH

Van.. Yang sabar ya..

Vania masih menangis di pelukan Budhe Amih.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar