Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO:
39. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - SIANG
Damar duduk di kursi belajarnya yang ia arahkan pada rak enclosure tarantula. Sedangkan Laras duduk di tepian tempat tidur.
LARAS
Aku oleh ndelok tarantulane siji
po ra, Mas?
DAMAR
Sing ndi?
LARAS
Sing kalem wae.
Damar meletakkan enclosure Brachypelma Boehmei ke sebelah Laras.
LARAS
Hihhhhh apik men yo, tapi yo medeni.
(tertawa kecil)
DAMAR
Arep megang ra?
LARAS
Ra usah Mas,ra usah, ra usah.
Ndelok ae wis.
DAMAR
(nampak excited)
Yoh, iki ki kalem tau, Mbak. Wis biasa aku handling, jadi wis ra kaget karo manusia. Jajalen deh. Nek misal ora sengojo kegigit, paling cuma kaya dientup lebah doang kok. Gak bikin mati.
Damar menjelaskan tarantulanya dengan ceria. Moodnya berubah 180 derajat.
LARAS
Gak ah, Mas. Wedi aku tetepan.
Melihat Damar yang sedang memegang handphone, Laras jadi memperhatikan lengan Damar.
LARAS
Sek, sedilut, amit ya, Mas.
Laras meraih lengan Damar dan memperhatikan lekat-lekat semua luka pada lengan Damar untuk memastikan luka jenis apa itu.
DAMAR
(mengelak)
Iki mau aku alergi.
LARAS
Halah, sek ya Mas, ojo dikancing
sek lawang e. Aku engko rene neh.
Damar duduk melanjutkan game-nya, walau tak lama kemudian game-nya harus kembali terganggu oleh Laras yang datang dengan membawa kotak obat.
LARAS
Maaaas, mas, kok yo iso-isone ngantek
koyo ngene. Mbok yo ndang diobati to.
Laras mengeluarkan sebuah obat berbentuk tube dari dalam kotak obat.
DAMAR
Kui obat opo Mbak?
LARAS
Salep luka bakar! Ngene-ngene aku
yo ngerti nek iki tatu sunut rokok Mas,
uduk alergi. Alergi ki abang-abang,
gatel-gatel. Lha wong iki bunder-
bunder tatu mergo dibakar. Yo opo
meneh nek uduk tipak e sunut rokok?
DAMAR
Wis Mbak, ra usah, gak popo.
LARAS
Wis to Mas, manut to ngono lho.
Akhirnya, Damar menurut dan membiarkan Laras mengurus luka-luka di kedua tangannya. Luka-luka itu berasal dari waktu yang berbeda. Ada beberapa luka yang sudah sembuh dan tinggal bekasnya saja, ada luka yang sudah hampir kering, dan ada pula luka yang baru. Laras mengoleskan salep dengan tatapan miris, merasa gagal sebagai orang yang mengurus anggota keluarga ini. Tapi karena dirasa pikiran Damar sudah cukup teralihkan, Laras mulai berbicara serius.
LARAS
Mas, sak jane ki, Mbah Akung to wong e
apik tur sayang ning awakmu. Tapi
tarah yo Mbah ki gak iso ngomonge ae.
DAMAR
Halah..
LARAS
Hihhh tenanan! Mungkin to, maksute
Mbah kui, Mbah gak pengen ngekang awakmu.
Mbah pengene ki mbebasne awakmu arep
dadi opo mbesok. Mangkane Mbah ora
ngelarang Mas Damar sekolah seni.
Damar hanya diam, tidak menjawab. Matanya menatap kosong ke arah tangannya yang kali ini sedang diperban, sambil terus memikirkan tiap kata yang terlontar dari Laras.
LARAS
Nek Mas Damar penasaran, jajal o
cedek o no mbahmu.
DAMAR
Yohh Mbaaak, Mbak, jal aku tekon.
Aku ki ket mbien ki nyapo?
LARAS
Yo pokok e, saranku, Mas Damar
ngalah ae. Nek misal Mbah e angel,
Mas Damar e yo ojo angel barang.
Nek ngono, Mas Damar karo Mbah Kung
gak bakal akur-akur.
Butuh waktu beberapa saat bagi Damar untuk mencerna perkataan Laras. Saat laras selesai melilitkan perban, Damar tersadar dan teringat akan sesuatu.
DAMAR
Mbak, pintu depan wis dikunci urung
karo Mbah?
LARAS
Koyok e sih uwis Mas.
DAMAR
Tolong delok en lagi dong, Mbak.
Ngerine enek rampok nanti masuk.
LARAS
Iyo. Wis to ojo ngelarani awakmu
dewe maneh yo, Mas. Nek enek opo-opo,
ngomong ae ning Mbak. Kabeh rahasia ki
dijamin aman nek karo aku. Yo?
DAMAR
Nggeh Mbak, makasih.
Laras pun menutup kotak obat dan beranjak pergi.
CUT TO FLASHBACK:
40. INT. RUMAH DUKA. JAKARTA - SORE
Peti jenazah yang ditutupi bendera merah-putih terpampang di salah satu sisi ruangan rumah duka dengan foto Estu berdiri tegak di ujungnya. Ruangan itu dipenuhi oleh orang-orang berpakaian serba hitam yang sibuk berdoa. Di luar rumah duka, aparat bersenjata berdiri berbaris tegap, berisap untuk prosesi upacara pemakaman.
Di tengah kumpulan orang-orang berpakaian serba hitam itu, terdapat Gupita yang duduk dan masih diam, lemas tak berbicara sedikitpun dengan mata yang merah dan bengkak, tanda kalau ia menangis semalaman sampai air matanya kering.
Mbah Jatmiko yang duduk di samping Gupita berusaha menenangkan anaknya dengan mengelus punggungnya, meski tidak ditanggapi oleh Gupita yang masih menatap kosong ke arah peti.
Sejauh mata memandang, tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Damar. Mbah Jatmiko pun menanyakan keberadaan anak itu pada Laras yang juga duduk di sebelahnya.
MBAH JATMIKO (L, 55)
Damar nang ndi, Ras?
LARAS (P, 26)
Gak patek eroh Mbah. Koyok e
sih mau ning njobo.
MBAH JATMIKO
(seraya bangkit dari duduk)
Koe baturono Pita yo, aku meh nggolek Damar.
LARAS
Nggeh, Mbah.
CUT TO:
41. EXT. DEPAN RUMAH DUKA. JAKARTA - SORE
Mbah Jatmiko keluar dari rumah duka. Di luar, ia disambut oleh banyak tentara dan polisi yang rapi siap siaga. Kepalanya celingukan mencari Damar, sampai akhirnya ia melihat anak itu sedang berdiri bersandar kolom bangunan. Ia pun menghampiri Damar dengan tenang, berharap mampu menularkan rasa tenang itu pada Damar.
MBAH JATMIKO
(dengan medhok)
Hoo, kamu di sini toh?
Mbah Jatmiko ikut berdiri bersandar di dekat Damar sambil meraih bahu Damar.
MBAH JATMIKO
(dengan medhok)
Damar kangen Papah ya?
DAMAR
Iya Mbah. Padahal, selama Papah ada,
Papah jarang banget pulang ke rumah.
Sekarang, Papah nggak bakal pulang
sama sekali.
Mbah Jatmiko menghela napas dan mulai berbicara pada Damar, berharap Damar yang masih kecil mampu mengerti.
MBAH JATMIKO
(dengan medhok)
Damar tau nggak, walaupun Papah
kamu nggak ada, Papah jek bisa
senyum dan bangga lho sama Damar.
DAMAR
Hah? Gimana caranya Mbah?
MBAH JATMIKO
(dengan medhok)
Damar dadi anak yang baik, rajin
ibadah, rajin berdoa buat Papah,
terus Damar jangan bandel, nurut
sama Mama. Terus to juga jagain
Mamanya, kan Damar anak lanang jagoan.
Nanti, pasti Papah kamu bakal bangga
dan senyum di sana.
DAMAR
Kalo Damar kaya gitu, Papah beneran
bakal seneng di sana Mbah?
MBAH JATMIKO
(dengan medhok)
Ohhh iyo laaa. Percaya deh sama Embah.
DAMAR
Kalo gitu Damar bakal jadi anak yang
baik dan selalu jagain Mama.
Damar berkata dengan semangat sambil memberikan hormat pada kakeknya. Mbah Jatmiko pun tersenyum lebar seraya mengelus kepala Damar.
MBAH JATMIKO
(dengan medhok)
Anak pinter, sekarang kita
masuk yuk, berdoa buat Papah.
BACK TO:
42. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - SORE
Sepanjang hari, Damar tidak keluar dari kamar. Ia hanya duduk dan merokok. Tapi tiba-tiba, dengan impulsifnya, ia mematikan rokok yang baru saja ia hisap, menutup dan mengunci jendelanya, lantas bangkit dan bergerak mengambil tumpukan koran di kolong tempat tidur.
Dengan cekatan, ia menggelar lembaran-lembaran koran tersebut di lantai, lalu menurunkan salah satu kanvas baru berukuran besar yang ia simpan di atas lemari. Diletakkannya kanvas itu ke atas kertas-kertas koran. Tak lupa, ia menyalakan musik seraya mengambil kotak tempat ia menyimpan botol-botol cat.
Damar pun mulai melukis abstrak dengan jari. Sejak itu, moodnya langsung berubah menjadi ceria. Ia melukis sambil bernyanyi-nyanyi.
CUT TO:
43. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - MALAM
Damar masih sibuk melukis. Sama seperti saat ia menggambar realist, lukisan abstraknya pun memiliki banyak layer. kali ini lukisannya didominasi oleh warna monokrom, namun ada sentuhan warna biru yang menjadi fokus dari lukisan tersebut.
CUT TO:
44. INT. RUANG KELUARGA RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - MALAM
Mbah Jatmiko melihat ke arah jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia sedang duduk di sofa bersama Laras yang sedang memberikannya suntik insulin.
LARAS
Aku bulan iki gak njupok libur
yo Mbah ketok e.
MBAH JATMIKO
Lha terus bojomu karo anakmu piye?
LARAS
Podo ning griya ne mertuoku.
Sodarane bojoku enek sing nikahan soale.
MBAH JATMIKO
Oalaaah, lha koe gak popo to gak teko?
LARAS
Gak popo, aku wis telpon og.
MBAH JATMIKO
Yo wis nek ngono.
Setelah Laras selesai membereskan obat-obatan, Mbah Jatmiko kembali minta tolong pada Laras.
MBAH JATMIKO
Ras tulung wehno maem Damar, Ras.
LARAS
Iyo Mbah. Emang niatku mau yo ngono.
Laras pun ke ruang makan untuk menyiapkan makan malam Damar. Lekas itu, ia langsung mengetuk pintu kamar anak itu.
LARAS
Mas, Mas Damar?
Dari balik pintu, Laras dapat mendengar suara musik rock terus bergemuruh. Ia pun mengetuk pintu itu lebih keras lagi. Tak lama kemudian, Damar membukakan pintu.
CUT TO:
45. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - MALAM
Damar membukakan pintu dengan tangannya yang penuh dengan cat.
DAMAR
Nyapo Mbak?
LARAS
Iki tak gowok ne maem bengi.
DAMAR
Oalaaah. Yo. Tanganku jek belepotan
cat tapi. Mbak taro ae ning atas meja.
Damar membuka pintu itu lebih lebar lagi agar Laras dapat masuk.
LARAS
Wehh, lagi ngelukis yo, Mas?
Apik men to Mas.
DAMAR
Urung bar iki mah, Mbak.
LARAS
Aduh biyunggg, kui perban e dadi
rueget puoll! Sesuk digani maneh yo Mas.
DAMAR
Gak usah gak popo, Mbak.
LARAS
Halahhh, jo ngono. Wes, saiki Mas
Damar isuhan o tanganmu disik,
bar kui maem. Ngelukis e dilanjut engko ae.
DAMAR
Yooo.
LARAS
Engko aku sak jam ngkas balik neh,
kudu uwis entek yaa.
Laras pun meninggalkan Damar di kamarnya.
CUT TO:
46. INT. RUANG KELUARGA RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - MALAM
Laras duduk di sebelah Mbah Jatmiko. Tangannya meraih Caramel. Kucing Maine Coon oranye gembul itu mendengkur nyaman dalam pangkuan Laras.
LARAS
Mestine Mbak dewe ae sing ngekek i.
Mas Damar ki ngelarani awak e dewe
maneh lho. Sampek lali aku ki gak
eroh iki wis peng piro ae.
Sayangnya, reaksi Mbah Jatmiko tidak seperti yang Laras Harapkan. Kakek itu bangkit dan melangkah pergi.
MBAH JATMIKO
Aku meh leren ae ndisik ning kamar.
CUT TO:
47. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - DINI HARI
Lukisan abstrak karya Damar telah selesai. Lukisan itu masih diletakkan di lantai dan disandarkan ke dinding. Koran-koran penuh cat yang sebelumnya digunakan sebagai alas telah dibuang ke tempat sampah. Seperti biasa, Damar duduk di kursi dekat jendela, merokok dengan jendela yang terbuka. Tangannya sudah bersih dari cat-cat, perban yang sudah kotor juga telah ia lepaskan dan dibuang ke tempat sampah.
Duduk, melamun memandang langit malam sambil merokok saja sudah cukup menenangkan bagi Damar.
Tapi di tengah keheningan, Damar mendengar suara kakeknya sedang batuk-batuk.
CUT TO:
48. INT. KAMAR MBAH JATMIKO. MADIUN - DINI HARI
Seperti pada ruangan lain di rumah itu, interior kamar Mbah Jatmiko penuh dengan kayu jati. Tapi suasana yang ditimbulkan lebih sederhana dengan minimnya perabotan dan sedikit terlihat kuno oleh sentuhan dari lampu klasik dan ukiran-ukiran pada tempat tidur dan lemari.
Lantaran usianya yang tidak lagi muda, butuh waktu beberapa saat baginya untuk mengatur napas selepas batuk yang cukup lama.Kakek 65 tahun itu duduk di tempat tidur, bersandar pada headboard. Ia tidak bisa tidur karena tidak enak badan.
Setelah napasnya mulai teratur, ia berusaha untuk kembali tidur. Namun tiba-tiba, seseorang mengetuk pintunya. Suara ketukan itu terdengar beberapa kali. Mbah Jatmiko yakin itu bukan Laras, karena Laras yang bawel, pasti akan memanggil-manggil dirinya agar dibukakan pintu. Tapi ia tidak yakin kalau itu Damar. Lama tidak mendapatkan jawaban, suara ketukan itu pun kembali terdengar. Mbah Jatmiko akhirnya memutuskan untuk membukakan pintu.
DAMAR
Iki tak bawain aer anget, Mbah.
MBAH JATMIKO
(dengan dingin)
Suwun, ya.
Selepas itu Mbah Jatmiko langsung kembali menutup pintu. Ia lalu duduk di tempat tidur untuk minum. Setelah itu, diletakkanlah gelas itu di atas meja nakas, yang membuat pandangannya teralih pada foto Gupita yang ia simpan di sana. Diraihnya foto itu dengan wajah sedih penuh penyesalan.
MBAH JATMIKO
Maafke Bapak yo, Nak.
CUT TO:
49. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - DINI HARI
Damar menutup pintu kamar, mengecek kuncinya, juga mengecek kunci jendela, lalu mengecek kunci pintu dan jendela lagi, sebelum ia akhirnya rebahan di tempat tidur.
Tubuh Damar memang sudah terbaring di tempat tidur, tapi matanya tidak kunjung terpejam. Lampu kamarnya pun dibiarkan terus menyala. Ia berusaha menyibukkan diri dengan handphone-nya, entah itu untuk sekedar mengecek sosial media, atau bermain game.
Setiap matanya mulai terasa berat atau mengantuk, Damar berusaha menahan diri untuk tidak tidur.
Bosan dengan handphone-nya, Damar bangkit menghampiri tarantula-tarantula peliharaannya.
DAMAR
Aku capek mbek mimpi buruk.
Kalian kancani aku sampe pagi, ya.
Pada akhirnya, Damar memilih untuk mengurus tarantula-tarantulanya. Mulai dari membersihkan kotoran dan sisa makanan, sampai membersihkan tempat minum dan mengganti air.
CUT TO:
50. INT. DAPUR DAN RUANG MAKAN RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - PAGI
Baru saja Laras pulang dari belanja bahan masakan, suasana dapur sudah mulai ramai. Wanita itu misuh-misuh sambil meletakkan kresek-kresek belanjaan dengan kasar ke atas meja dapur.
LARAS
Juangkrikk! Pancen mak-mak rempong!
Mbok kiro aku ra krungu po piye?!
Hobine kok nyacat i wong.
Nguelek-ngelek i Mas Damar,
ngomong nek aku simpenan e Embah lah.
Suwi-suwi tak guoreng siji-siji
lambene wi mak-mak kui. Hhhhhh..
Damar datang ke dapur mengambil cangkir dan bergabung mengobrol dengan Laras.
DAMAR
Nyapo to Mbak? Pagi-pagi wis heboh?
LARAS
Biasaa Mas, mak-mak kui -
Lha Mas Damar wis adus ta?
DAMAR
Iya, uwis mau.
LARAS
Nek ngono, tak obati neh yo tangane.
DAMAR
Aku meh bikin kopi ki, Mbak.
LARAS
Diobati sek ae tangane. Mengko
kopine ben tak gawek ke.
DAMAR
Yowis, kopine sitik wae ya.
Satu setengah sendok teh.
Kata Damar, seraya memberikan cangkir kopi ke Laras.
LARAS
Terus, gulone sing akeh, to?
Yooo. Ngerti aku Mas. Mas Damar
lungguh ae ndisik. Tak ambil no obat e.
Damar pun pasrah, mengalah atas kebawelan Laras dan duduk di kursi meja makan, sampai Laras kembali dengan kotak obat. Dengan cekatan, ia mengoleskan salep pada luka-luka Damar yang sudah nampak membaik dan hampir kering.
LARAS
Iki wis meh garing sih. Gak sah
diperban neh ae paling yo?
DAMAR
Terserah Embak.
Damar menguap. Ia nampak sangat mengantuk. Kantung mata dan mata pandanya semakin tebal, hasil susah tidur setiap hari.
LARAS
Ngantuk men to Mas ketok ane?
Mbok yo turu ngono lhoo. Turu
karek merem ae. Kok ya Mas Damar
kuat bendino mung turu rong jam?
Kulino neram, ora turu pisan.
Kata Laras sambil meneliti tangan Damar, takut-takut ada luka yang terlewat.
DAMAR
Yaa wis biasa sih.
LARAS
Uwis ki. Mas celuk o no Mbah ning ngarep gih. Kon sarapan.
Adewe sarapan bareng. Tadi aku wis tuku soto. Aku ben nggawe kopi ndisik.
DAMAR
(dengan ogah-ogahan)
Nggehh..
Dengan ogah-ogahan, Damar mengiyakan permintaan Laras, seraya bangkit dari tempat duduk.
CUT TO:
51. EXT. HALAMAN RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - PAGI
Satu-satu bunga disiram oleh Mbah Jatmiko. Kebun di halamannya memang tertata rapi, mulai dari tanaman hias di tanah, sampai tanaman hias di pot. Mbah Jatmiko selalu rajin merawatnya setiap hari. Selepas Mbah Jatmiko mematikan keran, terdengar suara pintu depan dibuka.
DAMAR
Mbah, dikon sarapan karo Mbak
Laras. Wis ditukok ne soto jare.
MBAH JATMIKO
Ndisik o ae. Mbah arep isuh tangan sek.
Walhasil, Damar kembali masuk, mendahului Mbah Jatmiko.
CUT TO:
52. INT. DAPUR DAN RUANG MAKAN RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - PAGI
Damar duduk. Tangannya siap mengambil kopi yang uapnya masih mengepul. Namun, mendadak Laras mencegahnya.
LARAS
Ojo langsung ngopi, Mas! Maem sik.
Mengko asem lambung e naik.
Tak lama kemudian, Mbah jatmiko masuk, bergabung dengan mereka. Laras nampak sangat senang melihat kakek dan cucu itu makan bersama. Ia terus tersenyum sambil menuang kuah soto pada mangkok yang sebelumnya sudah ia isi dengan nasi dan isian soto lainnya, lantas ia memberikan mangkok soto itu satu persatu, mulai dari Mbah Jatmiko, Damar, baru dirinya sendiri, sebelum akhirnya ia duduk bersama dengan mereka.
Mereka pun makan sambil mengobrol.
LARAS
Lukisan sing mambengi wis dadi rung, Mas?
DAMAR
Uwis - kecap dong, Mbak.
Laras pun mengambilkan kecap yang ada di dapur untuk Damar dan menanggapi perihal lukisannya.
LARAS
Mesti apik dadine ya? Didol ae jajal en Mas.
MBAH JATMIKO
Ning Madiun opo iyo payu lukisan koyo ngono?
LARAS
Didol online wae, Mas! Kan soko luar
kota dadi iso tuku pisan. Ngko
karek dipaketne ae ngirim e.
DAMAR
Iso sihh. Aku tapi gak eruh meh
ngejual piro. Ntar tak tanya e ndisik
karo guru seniku ning sekolah.
LARAS
Oh, sisan ae Mas, promosekno kontrakan e
Embah. Bar ono sing kosong nek gak salah.
MBAH JATMIKO
Yo. Dek ingi enek sing pindah siji.
DAMAR
Yo wis, nanti ben tak fotoin.
Setahun e piro, Mbah?
MBAH JATMIKO
17 juta setahun, 75 meter luas e.
LARAS
Iku sing anding e ndi sih Mbah?
MBAH JATMIKO
RT 4 kui lho.
LARAS
Oalaah. Sing cedak masjid kui yo?
Nek kos-kosan enek sing kosong
pisan po ra Mbah? Ben sisan.
MBAH JATMIKO
Jek penuh kabeh sih.
DAMAR
(menunjuk ke kresek yang tadi
Laras lepar dengan kesal)
Iku Mbak meh masak opo Mbak?
LARAS
Ohhh nganu, aku meh nggawe donat madu.
Wingi Mas Damar sing njaluk to?
Mas meh ngrewangi masak?
DAMAR
Maau.
LARAS
Yo wis, ngko Mas Mas Damar
ngrewangi nyetak karo nggoreng ae yo.
Damar pun mengangguk senang.