Cuplikan Chapter ini
Puisimu lembut seperti melodiTangismu rintih seperti merantiSejak momen itu saat Lamun menyatakan perasaannya di pameran seni taman budaya Inka belum memberikan jawaban Setiap kali ia mengingat wajah Lamun yang penuh ketulusan kala itu ada rasa hangat yang menjalari hatinya tetapi juga keraguan yang tak bisa ia abaikan Lamun seperti biasanya tidak memaksa Ia tetap bersikap hangat dan sopan membiarkan waktu berjalan dengan sendirinya Dalam setiap pertemuan mereka di kampus Lamu