Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Gelegar petir bersautan menyambut datangnya gerimis dari kelopak mata. Malam ini begitu dingin, namun entah kenapa pipiku terasa kian hangat. Bukankah air hujan yang turun pada malam hari itu seharusnya beku? Kenapa sekarang bak bara api.
Seharusnya aku pulang ke tempat dimana letih bersandar, melepas duka dan mengubur semua yang pernah ada di antara kita. Seharusnya aku pulang saat mereka bilang kamu tidak ada.
Namun aku memilih ke tempatmu. Untuk apa? Aku tidak tahu Armand. mungkin untuk memastikan bahwa kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Mungkin untuk memastikan bahwa kau benar-benar telah memilihnya. Mungkinkah aku masih mengharapkanmu? Aku tidak tahu, sungguh aku tidak tahu.
Kau tahu, aku menungguimu bersama tarian hujan yang kian menderas, membersamai kepedihan yang teramat dalam. Kau dan dia, dalam desahan selimut malam. Seharusnya aku pulang, tapi kubiarkan gigil terus membungkus tubuh yang telah kehilangan separuh jiwa. Dan separuhnya lagi telah koma. Armand, aku lelah, lelah dengan hubungan kita. Armand, aku sangat mengantuk aku ingin tidur dan berharap semua ini hanya mimpi. Tanah yang kupijak basah, mobilmu basah, rumah itu basah, pipi dan tubuhku ikutan basah. Apa ini karena hujan ataukah air mataku yang tak jua reda. Aku tak tahu, Armand.