Cuplikan Chapter ini
Langit Jakarta sore itu kembali mendung seperti menyimpan sesuatu yang belum tuntas Dari jendela ruang baca pascasarjana Rohim menatap keluar Tangannya memegang buku filsafat agama yang belum juga selesai dibacanya sejak seminggu lalu Tapi pikirannya sudah jauh tak lagi tertambat pada halaman demi halamanBro lu lagi-lagi mandang hujan bukan ngerjain paper suara itu datang dari arah pintu Raka teman kampus Rohim masuk sambil menenteng dua cup kopi plastik dari kantin bawah K