Cuplikan Chapter ini
Lantai ruangan itu dingin Bukan dingin biasatapi dingin yang terasa seperti penolakan hidup Seolah lantainya sendiri ingin mengusirkuAku duduk atau lebih tepatnya dijatuhkan oleh keadaanWajahku menunduk bukan karena takut tapi karena sudah terlalu lelah untuk melihat dunia yang hanya tahu memukul tapi tak pernah mau mendengarDi depanku pria tegap berdiri membawa pentunganIa membelakangiku menatap jeruji seperti sedang mencari keadilan yang sudah lama dikuburgt Siapa nama teman