Cuplikan Chapter ini
Hari-hari berikutnya di sekolah menjadi semakin sunyi bagi Asa Ia hadir seperti bayangan terlihat namun tak pernah benar-benar dianggap Tak satu pun murid yang mengajaknya berbicara kecuali ketika mereka perlu melemparkan cemooh atau tatapan merendahkanNamun di balik semua itu Asa tetap menjadi Asagadis yang menolak larut dalam benci yang memeluk kesendirian dengan tekad Ia tak pernah bolos tak pernah terlambat dan tak pernah menyalahkan siapa pun atas luka-luka yang ditanamkan pa