Cuplikan Chapter ini
Sejak kepergian Asih waktu seperti kehilangan pijakan Hari-hari berjalan pelan seolah menolak bergerak maju Asa bangun setiap pagi dengan kesunyian yang menggema bukan hanya di dalam rumah tapi juga di dalam dada Tidak ada lagi suara batuk di sudut kamar Tidak ada tangan lemah yang menyambutnya pulang Tidak ada senyum rapuh yang menyambutnya saat ia pulang membawa sisa makanan dari rumah majikan Yang ada hanya diam Diam yang menggigit Diam yang menamparAsa kini benar-benar sendir