Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WOLFDADDY (SCRIPT)
Suka
Favorit
Bagikan
19. The Day
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Rindi dan Marwan tiduran di ranjang. Rindi mengenakan tanktop dan Marwan mengenakan kaos singlet. Tubuh bagian bawah mereka sama-sama ditutupi selimut. Rindi meletakkan kepalanya di lengan kanan Marwan. Mereka tidak melakukan apa-apa, hanya bicara.

“Kamu tau Wan, aku begini, kayak orang tua-orang tua yang lagi puber kedua, tapi aku bukan Sari. Aku kenal kamu lama, bahkan pernah suka kamu dulu, tapi kamu menikah muda sama Sari. Aku sempet ngerasa sendirian, dulu. Kebawa arus, kesana-kemari, dan menikah dengan orang yang enggak benar-benar aku cinta, cuma karena udah saatnya harus menikah. Aku rasa semua berjalan kayak gini, buat mempertemukan kita lagi. Tapi, aku mau ngelakuin semuanya dengan cara yang benar.” Jelas Rindi.

“Terus kamu mau kayak gimana?” Tanya Marwan.

“Aku bakal cere’in suamiku, meskipun itu bakal sulit. Tapi kamu enggak harus nikahin aku kok. Mungkin kamu udah sulit percaya sama hubungan…”

“Siapa bilang?” Marwan memotong.

“Aku akan berjuang buat kamu! Lebih keras dari sebelumnya. Aku laki-laki Rin. Aku enggak begini hanya untuk memanfaatkan kamu.”

“Maksudnya?” Tanya Rindi.

“Aku mau nikahin kamu.”

“Serius?”

Rindi menatap Marwan. Marwan membelai-belai rambut Rindi.

“Ya.. Aku capek melarikan diri, tapi aku enggak bisa disini selamanya. Ayo kita pergi dari sini? Mulai hidup baru…”

Rindi tersenyum.

“Kamu serius???”

“Ya. Aku enggak mau sendirian terus Rin. Dan.. Lebih gampang percaya kamu, daripada percaya sama orang lain yang baru.”

Rindi bahagia mendengar Marwan. Ia memeluk Marwan.

Tiba-tiba terdengar senyap-senyap suara pintu digedor-gedor di luar, dan beberapa orang teriak.

“Buka pintu!!”

Marwan dan Rindi terkejut, mereka panik, menatap satu sama lain.

“Itu suara? Jangan-jangan?!”

“Razia, sweeping!” Kata Marwan.

Mereka bangun, duduk, panik. Marwan terlihat mencari cara.

“Gimana nih Wan?! Bisa gawat nih!”

Marwan masih terdiam, mencari cara. Ekspresi Marwan tegang. Rindi hampir menangis.

“Wan! Aduh!”

“Pake seragam kita! Cepet.” Suruh Marwan pada Rindi.

Beberapa polisi dan polwan berseragam menyebar di beberapa kamar yang terisi. Penjaga hotel terlihat resah. Tiga orang polisi menggedor kamar sebelah Marwan. Ada pasangan muda-mudi terciduk mesum, mengenakan selimut disuruh keluar.

Penjaga hotel ditanyai polisi.

“Dimintain KTP sama surat nikah gak kalau sewa kamar?”

“Eng-enggak Pak..” Jawab penjaga hotel.

“Iya! Terang aja banyak yang mesum di hotel kamu! Semakin banyak yang keciduk, semakin besar kemungkinan hotel kamu dicabut izinnya!” Kata polisi.

“Hari ini sedang sepi Pak, kami hanya kejar target.”

“Halah! Target.. target! Bapakmu!”

Polisi itu ditemani 2 polisi lainnya melangkah ke kamar selanjutnya, yaitu Kamar Marwan dan Rindi.

Tiga orang polisi dan polwan mendatangi kamar Marwan. Mereka mengetuk pintu dengan kasar, berteriak.

“Buka pintu!”

Polisi membuka pintu, ternyata tidak dikunci. Pintu terbuka.

Di kamar itu, Marwan dan Sari memakai seragam batik yang sama, lengkap dengan papan nama. Marwan sedang merapikan ranjang, menarik pinggir-pinggirnya, sementara Rindi sedang melipat selimut. Kamar terlihat rapi.

Marwan dan Sari menoleh, bersikap biasa saja, seolah pegawai housekeeping dari hotel tersebut.

Para Polisi terdiam, terlihat kikuk. Polisi memanggil penjaga hotel.

“Mas! Kemari!”

Seorang penjaga hotel datang, terlihat cemas.

“Iya Pak..?”

“Sampeyan bilang tadi kamar ini terisi?”

Penjaga hotel melihat Marwan dan Rindi merapikan kamar. Keadaan hening. Marwan menatap balik si penjaga hotel.

“Mereka pegawai hotel ini!?” Sentak polisi.

Marwan dan penjaga hotel masih saling bertatapan, seakan saling bertukar pesan.

“Ooh.. Iya, ta-tadi.. Pindah, kamarnya kurang rapi, maka tamu kami pindahkan ke kamar lain. Ini setelah di cek supervisor harus kami rapikan ulang. Iya mereka pegawai hotel ini Pak!”

Polisi menatap Marwan dan Rindi sekali lagi dengan tatapan curiga. Marwan dan Rindi masih serius merapikan kamar.

“Kamar mana lagi yang terisi?”

Pegawai hotel menunjukkan arah lain.

“Sebelah sana Pak!”

Tiga polisi tadi meninggalkan kamar Marwan dan Rindi. Marwan dan Rindi bertatapan, hampir saja. Marwan dan Rindi langsung mencabut kembali sprei, dan selimut, menggulungnya ditangan, lalu mereka keluar kamar.

Marwan dan Rindi berjalan cepat melewati kerumunan polisi yang sedang menginterogasi pasangan mesum. Mereka berjalan normal seperti housekeeper yang membawa sprei dan selimut bekas. Polisi-polisi terlihat tidak curiga. Marwan dan Rindi berhasil keluar hotel.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar