Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
UP & DOWN
Suka
Favorit
Bagikan
6. BABAK II - Part 4

INT. BE YOU BOUTIQUE - OUTLET - SIANG

Ibu Tina sedang berada di outlet. Ia tampak puas. Outletnya kini ramai oleh pengunjung. Karyawan sibuk melayani para pengunjung. Terlihat antrian panjang di meja kasir.

Pelanggan #3 memberikan keranjang belanjanya ke Dimas. Dimas mengambil dan menaruhnya di meja kasir.

DIMAS

(ber-namaste)

Selamat siang.

Pelanggan #3 tidak mengacuhkan Dimas. Dia sibuk melihat-lihat layar handphonenya.

DIMAS(CONT'D)

(ber-namaste)

Selamat siang, kak.

PELANGGAN #3

Ya, siang. Belanjaan saya jadi berapa?

Dimas mulai men-scan barcode harga. Pelanggan #3 membeli banyak baju, sehingga Dimas sedikit kewalahan. Dimas melihat bahwa kantong belanja berukuran besar tidak ada, sehingga ia terpaksa memasukkan baju ke dalam kantong-kantong kecil.

PELANGGAN #3

Ih, kok lama sih?

Pelanggan lainnya yang mengantri di pelanggan #3 terlihat menggerutu karena sudah mengantri terlalu lama.

Pelanggan #4 yang mengantri di belakang pelanggan #3, mulai kehilangan kesabaran.

PELANGGAN #4

Bisa cepetan gak sih, Mas?

Dimas mulai agak panik karena para pelanggan di antrian yang menggerutu

DIMAS

Iya, sebentar, sebentar.

Dimas selesai memasukkan belanjaan ke dalam 4 kantong kecil.

DIMAS

Totalnya 3.115.000 Rupiah, kak.

Pelanggan 3 memberikan kartu kredit ke Dimas. Dimas memproses pembayarannya, menggesek kartu kredit di mesin EDC.

DIMAS (CONT'D)

Silahkan, pinnya.

Pelanggan #3 memasukkan pin. Dimas mem-print out struk belanja dan memberikannya ke pelanggan.

DIMAS (CONT'D)

(menyerahkan 5 kantong belanja)

Silahkan belanjaannya.

PELANGGAN #3

Kok kantongnya begini? Pakai yang ukuran besar dong. Gimana sih? Masa saya bawa kantong-kantong kecil begini sih, haduuuuhhh....

Pelanggan #5 yang mengantri di belakang pelanggan #4, tampak geram.

PELANGGAN #5

Aduh! Ini masih lama ya? Saya ga jadi belanja disini deh, lama banget kasirnya.

Pelanggan #5 berjalan menuju Dimas.

PELANGGAN #5

(menyerahkan keranjang belanjaannya)

Saya gak jadi belanja disini.

Pelanggan lainnya pun mengikuti pelanggan #5.

PELANGGAN #3

Pakai kantong belanja yang besar, dong, Mas.

DIMAS

Kantong besar habis. Kantong kecil ada banyak. Apa kantong kecilnya ditambah aja?

PELANGGAN #3

Kok malah ditambah?

Dari kejauhan Rio melihat Dimas yang sedang kesulitan. Ia datang menghampiri Dimas.

RIO

Ada yang bisa saya bantu, Kak?

PELANGGAN #3

Ganti kantong belanja saya dengan yang besar. Masa saya bawa kantong kecil-kecil begini.

RIO

Sebentar ya Kak, saya ambilkan yang ukuran besar.

Ibu Tina mengamati kejadian itu dari kejauhan. Ia menggeleng-geleng kepala.

INT. RUMAH DIMAS - RUANG JAHIT - MALAM

Dimas sedang melipat baju jahitan ibunya. Sedangkan ibu Dimas sedang menjahit.

IBU DIMAS

Dimas, kamu itu kok transfer semua gajimu ke Ibu? Kamu ga perlu transfer gajimu ke Ibu. Kamu pakai saja gajimu itu.

DIMAS

Enggak papa. Buat Ibu. Gaji pertama.

IBU DIMAS

Nanti kamu ga usah lagi transfer ke Ibu. Dimas pakai saja uangnya, ya.

Dimas tersenyum.

INT. BE YOU BOUTIQUE - LOBBY - SIANG

Outlet sedang ramai pengunjung. Ibu Tina tiba di outlet bersama dua temannya.

TEMAN #1

Kalau dibandingin sama Si Tukang Pamer itu, jelas kamu lah yang paling sukses, Tin.

TEMAN #2

Loh, iya, betul itu. Pengunjungnya aja ramai begini, profit pasti besar kan-- Eh, kamu jadi buka outlet baru di Surabaya?

IBU TINA

Ah, masih rencana. Tapi kalau pengunjungnya ramai terus kayak gini sih, mungkin bukan cuma buka di Surabaya aja, ya, hehehe

TEMAN #1

Wah, bisa buka dimana-mana yaaa...

Teman #2 melihat ke arah meja kasir. Ada Dimas disitu. Dimas terlihat lamban dan kesulitan menghadapi antrian pelanggan. Pelanggan yang sedang mengantri terlihat menggerutu.

TEMAN #2

Tina, karyawan mu itu-- kamu enggak salah rekrut karyawan? Orang-orang yang kayak gitu bukannya agak-agak--

(memutar-mutar telunjuknya di kepala, memberi sinyal "kurang waras")

Iya kan?

TEMAN #1

Wah, enggak beres kamu, Tin. Masa kamu kasih kerjaan ke orang kayak begitu? Kayak enggak ada orang normal aja.

IBU TINA

Orang kayak dia juga harus dikasih kesempatan. Udah, udah, mending kita liat koleksi baju aja.

TEMAN #2

Tina, tunggu dulu. Coba kamu perhatikan karyawan mu itu. Dia kesulitan tuh berhadapan sama pelanggan. Apa kamu enggak takut kehilangan pelanggan mu?

TEMAN #1

Apa enggak papa memperkerjakan orang yang kayak begitu? Yang aku tau ya, kalau dia gak bisa kontrol diri, hih, outlet mu ini bisa diacak-acak sama dia.

TEMAN #2

Tin, lihat kan. Muka-muka pelanggan mu itu pada kesal di antrian. Jangan-jangan mereka enggak mau belanja disini lagi. Kayaknya mereka takut juga ketemu orang yang model begitu--

(memutar telunjuknya di kepala, memberi kode "tidak waras")

Iya kan?

TEMAN #1

Aku sih ogah dekat-dekat sama orang model begitu. Takut nular.

TEMAN #2

Masa nular? Yang kayak gitu mah enggak nular.

TEMAN #1

Loh, siapa tau kan. Emang enggak takut ketularan?

Teman #2 bergidik.

TEMAN #2

Aduh, Tin. Maaf ya, aku lupa ada janji lain. Aku duluan ya.

TEMAN #1

Eh, aku juga ada janji, maaf ya, Tin-- Tunggu aku!

INT. BE YOU BOUTIQUE - RUANG KANTOR - SIANG

Ibu Tina duduk di kursinya. Laras masuk ke ruangan.

IBU TINA

Gimana progress program kamu?

LARAS

(khawatir)

Sejauh ini, kita masih kedatangan banyak pengunjung.

IBU TINA

Iya, penjualan juga meningkat. Kalau terus ramai seperti sekarang ini, kita bisa buka outlet di kota-kota lain.

LARAS

Betul, Bu.

IBU TINA

Gimana dengan persepsi masyarakat terhadap outlet kita? Citra kita semakin baik?

LARAS

(ragu-ragu)

Setelah memposting Mas Dimas di media sosial, banyak orang yang mengapresiasi langkah kita dalam memberikan kesempatan kerja untuk penderita Down Syndrome.

Laras menunduk, ia memainkan jemarinya. Laras tampak menutupi sesuatu.

IBU TINA

Terus, kenapa kamu ragu-ragu begini? Bukannya ini berita bagus?

Laras diam.

IBU TINA (CONT'D)

Laras, ini berita bagus kan?

Laras menyodorkan handphone miliknya. Di layar adalah postingan outlet dengan model Dimas. Di postingan tersebut banyak komentar jahat:

- @_rei30: Sudah mampir ke outletnya. Pelayanan lambat. Gak bakal balik lagi deh.

- @whiz.ruth: Ternyata bener kata orang, down syndrome gak bisa kerja. Yang penasaran sama outlet ini, gue saranin ga usah kesini deh! Yang ada malah emosi!

- @kalila_nur: Awalnya gue pikir ini outlet keren banget, mau rekrut Down Syndrome. Pas antri bayar, sumpah ya, lama banget... Kaki gua sampe pegel nunggu antrian. Anyway, bajunya juga biasa aja. Mending beli di tempat lain.

- @hadiyanti_ : Ke tempat ini karena mau liat orang Down Syndrome tuh kerja kayak apa.

IBU TINA

Laras, apa-apaan ini? Kenapa ini malah memperburuk citra kita?

LARAS

Saya akan perbaiki Bu. Saya akan cari cara agar citra kita kembali baik. Kita bisa gandeng komunitas disabilitas untuk mendukung program kita. Saya yakin pelanggan kita akan bertambah banyak. Nantinya, kita bisa rekrut tambahan orang dan memberikan kesempatan ke teman-teman penyandang disabilitas yang lain.

IBU TINA

Laras, saya ini bukan bangun panti! Bukan yayasan! Kamu lihat sendiri komentar orang-orang di Instagram! Outlet kita ini dipandang buruk! Pelanggan yang datang akhir-akhir ini hanya sementara, kamu ngerti kan? Mereka datang karena penasaran saja dengan satu karyawan Down Syndrome. Tapi setelah datang kesini, mereka mengolok-olok outlet kita. Penjualan memang naik, tapi ke depannya, penjualan kita bisa jauh lebih sedikit karena citra kita yang buruk.

LARAS

Tapi, Bu. Jika kita gandeng komunitas penyandang disabilitas, kita bisa minta mereka untuk mendukung program kita. Saya yakin dengan cara ini--

IBU TINA

Saya gak mau lagi berurusan sama orang-orang yang tidak normal. Kita gak bisa pakai cara seperti ini. Program kamu itu bukan program yang bisa diterapkan di Indonesia. Kamu tahu itu kan, terlalu berisiko.

INT. BE YOU BOUTIQUE - DEPAN PINTU BAGIAN LUAR RUANG KANTOR - SIANG

Dimas menguping dari luar pintu. Dia merasa bersalah.

LARAS (V.O)

Berikan saya kesempatan untuk memperbaiki ini semua, Bu.

IBU TINA (V.O)

Kamu sudah dengar saya tadi. Saya tidak mau lagi berurusan dengan Down Syndrome, atau disabilitas lain. Saya hanya mau berurusan dengan orang normal! Besok saya tidak mau melihat ada orang tidak normal di outlet saya.

LARAS (V.O)

Bu, saya bisa perbaiki ini dengan cara lain.

IBU TINA (V.O)

Besok saya tidak mau melihat ada orang tidak normal di outlet saya. Saya tidak akan ulangi perkataan saya lagi. Selesaikan dengan cara saya, bukan cara kamu.

Dimas menunduk, ia mulai membentur-benturkan kepalanya di depan pintu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar