Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. JALAN UTAMA PERKOTAAN - PAGI
Kita kembali ke alur utama saat Dimas sedang melakukan perjalanan di pagi hari. Kini kita melihat gedung-gedung pencakar langit, lalu lalang orang dengan pakaian rapih yang sedang menuju kantor, serta lalu lintas yang cukup ramai. Dimas terlihat berjalan dengan riang, aku siap menghadapi hari.
Dimas berhenti di perempatan jalan untuk menyebrang. Di sana sudah ada seorang wanita berpakaian rapi layaknya pekerja kantoran. Wanita ini sedang menelepon.
STRANGER #1
(menelepon)
Iya, doain aja ya, Ma. Mudah-mudahan rejeki.
(diam)
Ini udah tahap terakhir. Kalau interview hari ini lolos, tinggal tanda tangan kontrak kerja aja.
(diam)
CV, ijazah, transkrip nilai, semuanya udah dibawa. Enggak ada yang ketinggalan. Mudah-mudahan.
(diam)
Iya, mama doain aja supaya interview hari ini lancar, biar Sheilla cepet dapet kerja trus Sheilla bisa hidup mandiri.
(diam)
Hahahaha, iya semoga dapet jodoh juga. Doain dong.
Saat lampu merah menyala, dan mobil-mobil berhenti, Dimas dan stranger #1 menyebrang jalan.
STRANGER #1
Yang di perusahaan start-up kemarin itu interviewnya gagal.
(diam)
Ya makanya doain supaya yang ini berhasil ya, Ma.
Stranger #1 berjalan cepat meninggalkan Dimas. Dimas memandang kepergian si wanita #1.
Dimas kembali berjalan. Dari arah sebaliknya, nampak seorang pemuda berjalan dan berpapasan dengan Dimas.
STRANGER #2
(menelpon)
Enggak bisa, bro. Hari ini gue ada psikotest di perusahaan yang gue lamar.
(diam)
Wah, gila lo ya--
Dimas menengok ke belakang ke arah perginya pemuda tadi.
CUT TO:
EXT. MINI MARKET HARAPAN - SIANG
Credit title : 2 TAHUN YANG LALU
Dimas berjalan berdua dengan ibunya di kawasan pertokoan. Dimas berpakaian rapi seperti pekerja kantoran. Dimas mendekap map berisi dokumen.
Mereka berhenti di depan MINI MARKET HARAPAN. Di kaca mini market terdapat selembar kertas yang ditempel bertuliskan "LOWONGAN KERJA -- KASIR. GAJI KOMPETITIF"
Ibu Dimas masuk ke dalam mini market, diikuti Dimas di belakangnya. Ibu Dimas menuju meja kasir.
IBU DIMAS
Permisi, mba.
KASIR
(jutek)
Iya?
IBU DIMAS
Anu, permisi mba, saya mau tanya. Saya lihat di pengumuman depan, katanya mini market ini sedang membuka lowongan kerja? Apa lowongannya masih ada?
KASIR
Tunggu.
Kasir melengos pergi. Ia menuju bagian belakang mini market ingin menemui si pemilik.
PEMILIK MINI MARKET (V.O)
Ah, apaan sih. Lagi nge-youtube juga.
(diam)
Ahilah.
Tak lama Kasir datang dengan seorang Ibu pemilik mini market. Si kasir kembali ke tempat kerjanya sedangkan pemilik mini market menemui Ibu Dimas.
Pemilik mini market melihat Dimas di belakang Ibunya. Ia terlihat sedikit mencemooh.
PEMILIK MINI MARKET
Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?
IBU DIMAS
Anu, begini. Saya lihat pengumuman di depan. Katanya disini sedang buka lowongan kerja? Apa betul begitu, Bu?
PEMILIK MINI MARKET
Iya, betul bu.
IBU DIMAS
Syukurlah. Ini bu, saya kesini bersama anak saya, namanya Dimas.
(berbicara ke Dimas)
Ayo, Dimas.
Ibu Dimas memberi isyarat kepada Dimas. Dimas mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Pemilik Mini Market. Pemilik mini market ragu untuk berjabat tangan, dan hanya memegang ujung jari Dimas saja.
DIMAS
Dimas.
Ibu pemilik mini market acuh tak acuh.
IBU DIMAS
Jika berkenan, apa boleh anak saya bekerja disini, Bu?
PEMILIK MINI MARKET
Ah, ibu ini mau ngajak bercanda ya.
IBU DIMAS
Serius bu. Anak saya ini bisa bekerja, hanya perlu diberikan kesempatan saja.
PEMILIK MINI MARKET
Ah, bisa aja Ibu bercanda nya.
(tertawa kikuk)
Gini bu, saya tuh lagi cari orang yg mau gantiin kasir saya ini, si Lina. Lina ini mau balik ke kampung, mau dilamar sama pemuda di kampungnya. Si Lina ini, aduh aduh, emang ga tau diuntung. Dia sudah lama bekerja sama saya, eh saya malah mau ditinggal. Dia lebih milih pemuda itu.
(berbicara ke kasir)
Heh, Lina. Kalau nanti kamu dikecewain sama pemuda itu, awas ya kalau kamu balik kesini lagi. Ndak mau aku liat muka mu lagi.
Si kasir membuang muka. Bawel banget sih.
PEMILIK MINI MARKET (CONT'D)
(berbicara ke Ibu Dimas)
Saya ga nyari orang yang macem-macem bu. Enggak perlu lah harus bisa ini-bisa itu. Enggak perlu bu. Ga harus bisa komputer, ga harus bisa sempoa juga bu. Kalo zaman sekarang, orang mau lamar kerja tuh musti bawa-bawa itu-apa tuh namanya- CV--
(dibaca: Ce Ve)
KASIR
(menyeletuk dan memotong kalimat Ibu Pemilik Mini Market)
Si Vi. Bukan Ce Ve.
PEMILIK MINI MARKET
Heh, sok pinter kamu Lina. Pemuda kampung itu yang ngajarin kamu, hah? Aku ini lebih tau daripada kamu. Ga usah sok pinter kamu disini.
PEMILIK MINI MARKET (CONT'D)
(berbicara ke Ibu Dimas)
Sampai mana tadi. Oh iya, Ce Ve. Saya ga perlu Ce Ve bu. Saya butuh orang yang ulet, yang jujur dan mau bekerja keras. Udah itu aja. Ga macem-macem saya mah.
IBU DIMAS
Tapi kalau butuh CV, ini ada kok bu.
(berbicara ke Dimas)
Dimas, coba kasih CV-nya.
Dimas menyodorkan sebuah map.
PEMILIK MINI MARKET
Halah, ndak usah.
Dimas kembali mendekap map tersebut.
IBU DIMAS
Saya jamin Dimas memenuhi kriteria yang Ibu sebutkan tadi. Jadi, apa boleh Dimas dipekerjakan di sini Bu?
PEMILIK MINI MARKET
Bisa bu. Si Lina masih di Jakarta beberapa hari ke depan. Nanti biar si Lina yang ajarin Ibu kerja disini tuh kayak gimana. Tapi sebelumnya, saya butuh informasi pribadi dari Ibu, supaya saya bisa contact Ibu lagi, gitu... Nama lengkap Ibu apa bu? Ibu Dimas--
IBU DIMAS
Anu bu, Dimas itu nama anak saya, yang ini.
(menepuk pundak)
Anak saya yang mau bekerja disini. Saya kebetulan hanya menemani saja.
PEMILIK MINI MARKET
Anak ibu? Yang ini?
(keheranan)
IBU DIMAS
Iya, bu. Anak saya yang ini. Namanya Dimas.
PEMILIK MINI MARKET
Eh? Bukannya ibu yang mau bekerja? Kenapa jadi anak Ibu?
IBU DIMAS
Iya, anak saya mau coba bekerja, Bu. Dia mau coba untuk hidup lebih mandiri.
PEMILIK MINI MARKET
Eh? Emang model yang kayak gini bisa kerja? - Eh, maaf loh ya, Bu, jangan tersinggung.
IBU DIMAS
Saya yakin Dimas mampu bekerja Bu, asal diberi kesempatan untuk belajar.
PEMILIK MINI MARKET
(berbicara ke Kasir, agak panik)
Lin, yang kemarin kesini tuh siapa namanya? Aduh aduh, siapa ya namanya -- Oh, Rudi ya? Aku tuh lupa loh Lin. Si Rudi itu kan kemarin datang kesini, mau kerja disini katanya. Kemarin itu kan aku juga udah oke sama dia, ya? Bener-bener lupa aku!
KASIR
(heran)
Rudi yang mana, Bu?
PEMILIK MINI MARKET
Hih, kamu tuh ya, lupaan. Sama aja kayak aku.
(tertawa kikuk)
Padahal baru kemarin loh dia lamar kerja, masa kita udah lupa aja ya, Lin.
KASIR
Lah? Info lowongan aja baru dipasang hari ini.
PEMILIK MINI MARKET
Ah, kamu ini emang lupaan ya anaknya.
(berbicara ke Ibu Dimas)
Aduh, bu. Maaf sebelumnya. Saya kelupaan. Kemarin ada juga yang lamar kesini. Rudi namanya. Dia nanti yang akan gantiin si Lina. Besok harusnya dia kesini, kerja hari pertama, hehehe
(tertawa kikuk)
Maaf, ya, Bu.
IBU DIMAS
Anu, Bu. Apa bisa dipertimbangkan dulu? Mungkin Dimas bisa coba bekerja dulu beberapa hari disini. Kalau tidak cocok, enggak papa bu.
PEMILIK MINI MARKET
Hehehehe, saya mah enggak coba-coba bu. Langsung aja. Ini saya betul-betul minta maaf.
(tentu saja bukan permintaan maaf yang tulus)
Telepon genggam Ibu Pemiliki Mini Market berdering. Di layar handphone muncul nama si penelepon "JAJANG_SUPPLIER MINUMAN"
PEMILIK MINI MARKET (CONT'D)
Aduh, aduh, panjang umur si Rudi. Ini loh, Bu, si Rudi nelepon. Pas banget ya, lagi diomongin gini, eh orangnya malah nelepon. Sudah dulu ya, Bu. Saya mohon maaf banget loh ini. Mari Bu.
Pemilik Mini Market memalingkan wajah ke Kasir dan memberi isyarat untuk mengusir Ibu Dimas dan Dimas.
PEMILIK MINI MARKET (CONT'D)
Iya, halo, Rudi.
Ibu Pemilik Mini Market melengos pergi.
EXT. MINI MARKET HARAPAN - SIANG
Ibu Dimas dan Dimas keluar dari minimarket.
IBU DIMAS
Enggak papa, belum rejeki. Mungkin di tempat lain.
DIMAS
Dimas enggak mau beli-beli di toko ini.
IBU DIMAS
(tertawa kecil)
Hih, kamu enggak boleh gitu. Enggak boleh ngambek begitu ah. Ini kan baru tempat pertama yang kita datangi. Yah, mungkin memang belum rejekinya Dimas.
Muka Dimas masam.
EXT. KEDAI SOTO AYAM PAK GEMBUL - SIANG
Dimas dan ibunya terus menyusuri jalan. Di pinggir jalan, terdapat kedai soto kecil. Di dinding luar terdapat secarik kertas yang ditempel, bertuliskan "INFO LOWONGAN KERJA. DICARI PEKERJA KEDAI."
Dimas melihat pengumuman itu.
DIMAS
(menunjuk pengumuman)
Ibu, ini!
Ibu Dimas tersenyum. Mereka berdua masuk ke dalam kedai.
Situasi di dalam kedai cukup ramai. Para pegawai kedai tampak kewalahan melayani tamu.
PEGAWAI KEDAI #1
(berbicara ke Ibu Dimas)
Bu, duduk aja bu di tempat yang kosong-- Mana ya? Tuh, di situ kosong bu.
(sambil menunjuk meja yang kosong)
Pegawai Kedai #1 meninggalkan Ibu Dimas dan Dimas. Ia lanjut melayani para tamu.
Ibu Dimas dan Dimas masih berdiri canggung di dalam kedai tersebut. Lalu salah satu pegawai menghampiri mereka lagi.
PEGAWAI KEDAI #2
Makan soto, bu? Duduk aja dulu bu -- Tuh, disitu kosong bu.
(menunjuk kursi kosong yang sama seperti yang ditunjuk Pegawai Kedai #1)
Pegawai Kedai #2 hendak pergi meninggalkan Ibu Dimas dan Dimas. Namun Ibu Dimas menghentikannya.
IBU DIMAS
Anu, permisi, Mas. Kami disini mau lamar kerja.
PEGAWAI KEDAI #2
(melirik Ibu Dimas)
Oh mau lamar kerja. Mari Bu, saya antar.
Ibu Dimas dan Dimas diantarkan ke meja kasir.
PEGAWAI KEDAI #2
Bos, ini ada yang mau lamar kerja
Pegawai Kedai #2 meninggalkan Ibu Dimas dan Dimas bersama dengan Bos Kedai yang duduk di meja kasir. Bos Kedai tengah sibuk menghitung-hitung buku kas nya.
BOS KEDAI
Gimana bu?
IBU DIMAS
Anu, pak, permisi. Kami lihat ada info lowongan kerja disini. Kalau diizinkan, anak saya mau bekerja di kedai bapak ini. Ini anak saya, Pak.
(berbicara ke Dimas)
Coba kasih CV-nya.
Dimas mengulurkan map. Bos Kedai mengambil map tersebut tanpa membukanya. Bos Kedai nampak keheranan.
BOS KEDAI
Yang mau kerja, anak Ibu yang ini?
IBU DIMAS
Iya, betul pak. Apa bisa pak?
BOS KEDAI
Bu, begini. Ibu bisa lihat sendiri, anak ibu ini ada kelainan.
IBU DIMAS
Iya, betul pak. Dia penderita Down Syndrome. Kelainan genetik kromosom 21.
BOS KEDAI
Kromosom 21 kek, 22 kek, yang jelas kelainan. Mana ada bu kedai atau toko yang mau memperkerjakan anak kelainan seperti ini. Berani taruhan, enggak bakal ada bu. Saya yakin, ibu sendiri juga menyadari hal itu. Anak macam dia begini, enggak mungkin dapat pekerjaan.
IBU DIMAS
Tapi, apa barangkali Bapak bisa memberikan kesempatan ke anak saya Pak? Dia bisa mengendalikan dirinya, dia mampu, Pak. Asalkan dia diajarkan, dia pasti bisa--
BOS KEDAI
Bu, coba lihat kedai saya ini. Ramai terus, enggak pernah sepi. Kami enggak ada waktu buat ngajarin pegawai baru, apalagi yang punya kebutuhan khusus kayak gini. Kalau sampai ada orang yang memiliki kelainan dan bekerja di kedai saya, bisa-bisa pelanggan saya kabur semua. Risiko buat saya besar, Bu.
DIMAS
Saya bisa kerja, Pak.
BOS KEDAI
Gini Bu. Zaman sekarang masih banyak orang normal yang butuh kerja. Dibandingin anak Ibu, saya lebih pilih orang normal. Sudah ya, Bu. Saya harus layani tamu-- ya, silahkan.
Bos Kedai mempersilahkan tamu yang berdiri di belakang Dimas dan Ibunya. Tamu ini hendak membayar makanannya.
Dimas dan Ibu Dimas kecewa, langkahnya berat. Mereka kemudian keluar dari kedai.
EXT. TOKO FOTOKOPI GEMILANG - SIANG
Abang fotokopi menyerahkan kembali CV yang diberikan Dimas. Ia menggelengkan kepala ke arah Ibu Dimas dan Dimas.
EXT. TOKO KUE AROMA - SIANG
Dimas dan Ibu Dimas keluar dari toko bersama dengan seorang wanita. Wanita ini memohon maaf. Ibu Dimas dan Dimas pamit meninggalkan tempat itu.
INT. RUMAH DIMAS - RUANG JAHIT - MALAM
Di ruang jahit, Ibu Dimas bersama salah satu pelanggannya.
PELANGGAN #1
Ini loh, Bu. Saya itu baru beli batik baru. Batik Cirebon. Tuh, tuh, lihat, bagus kan, Bu, coraknya. Saya tuh suka banget.
IBU DIMAS
Iya, bu. Motifnya bagus.
PELANGGAN #1
Nah, ini mau saya jahit, Bu. Modelnya gini nih, Bu.
Pelanggan #1 menyodorkan handphone. Layarnya menunjukkan model baju batik.
PELANGGAN #1 (CONT'D)
Bisa kan, Bu?
IBU DIMAS
Iya, bisa, Bu. Ukurannya masih pakai ukuran tempo hari kan, Bu?
PELANGGAN #1
Iya dong, Bu. Saya enggak gemukan kok. Pakai ukuran tempo hari saja, Kira-kira jadinya berapa lama, Bu?
IBU DIMAS
2 minggu, ya Bu?
PELANGGAN #1
Oh, ya boleh.
IBU DIMAS
Anu, Bu. Gimana usaha baju online-nya Bu? Lancar?
PELANGGAN #1
Alhamdulillan lancar, Bu. Saya sampai kewalahan terima orderan. Pegawai-pegawai saya juga ga berhenti-berhenti bungkusin baju buat dikirim. Saya kan ada toko online di market place, di Instagram juga ada. Itu yang namanya orderan, masuk terus ga berhenti-berhenti. Kadang capek juga sih kebanjiran order. Tapi ya, namanya juga rejeki, ya Bu.
IBU DIMAS
Saya turut senang, Bu. Anu, Bu. Apa ada rencana mau cari tambahan pegawai?
PELANGGAN #1
Ada sih, Bu. Soalnya ini loh, orderan udah ga kepegang. Pegawai saya pada ngeluh terus. Semua kewalahan. Gara-gara saya pakai influencer di Instagram, orang-orang tuh pada langsung beli baju di toko saya. Kebanjiran order, gitu lah bu istilahnya. Saya ga nyangka pakai influencer Instagram ternyata bisa mendatangkan berkah.
IBU DIMAS
Hehehe, iya bu. Anu, begini, Bu. Apa boleh Dimas bekerja di tempat Ibu?
Pelanggan #1 terkejut.
PELANGGAN #1
Aduh, gimana ya, Bu. Saya jadi takut salah omong. Toko online saya ini kan orderannya banyak, jadi pegawainya pun harus kerja cepat. Nah, sedangkan Dimas kan ada kelainan-- Down--
IBU DIMAS
Down Syndrome, Bu
PELANGGAN #1
Down Syndrome. Saya belum bisa Bu, mempekerjakan penderita Down Syndrome. Lagi pula saya ini kan kerjasama dengan influencer-influencer di Instagram. Toko saya ini terkenal di media sosial. Kalau sampai ketahuan di toko saya ada penderita Down Syndrome, mohon maaf ya bu sebelumnya, apa enggak kabur itu pelanggan saya? Saya enggak ada maksud gimana-gimana. Tapi, saya takut citra toko online saya jadi buruk. Bisa jadi citra influencer-influencer toko saya juga kena imbas. Mohon maaf sekali, Bu.
Ibu Dimas termenung mendengar perkataan Pelanggan #1
PELANGGAN #1
Bu, Bu Dimas? Saya mohon maaf banget.
INT. RUMAH DIMAS - KAMAR DIMAS - MALAM
Dimas sedang duduk di pinggiran tempat tidurnya. Dari tadi ia mendengarkan percakapan sang Ibu dengan pelanggannya.
IBU DIMAS (V.O)
Ah, iya, Bu. Enggak papa-- Jadi ini baju batiknya 2 minggu lagi ya, Bu.
PELANGGAN #1 (V.O)
Iya, Bu. 2 minggu lagi saya balik kesini. Kalau gitu, saya izin pamit, Bu.
Dimas meraih handphone-nya. Ia membuka Instagram. Layar Handphone memperlihatkan akun Instagram Dimas. Tidak ada foto profil, 0 post, 0 followers, 0 following.
Dimas menyiapkan handphone-nya, menyalakan kamera, dan membuat video.
DIMAS
Halo, semuanya. Perkenalkan nama saya Dimas. Saat ini saya berusia 23 tahun. Saya penderita Down Syndrome. Saat ini saya sedang mencari pekerjaan. Bisa pekerjaan di dapur, bersih-bersih, atau menjaga toko, atau apa saja. Tolong berikan saya kesempatan untuk bekerja. Mohon bantuannya. Terima kasih.
Dimas selesai merekam videonya. Upload.
CUT TO: