Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. HUTAN. MAGHRIB - MALAM
Pak Hermawan beserta empat personil polisi, berbekal senter di tangan mereka, berjalan menyusuri hutan yang lebat, yang membuat hari nampak lebih gelap dari seharusnya.
PAK HERMAWAN
Bening! Nak! BENING!!
POLISI 1
Bening!! Bening!
CUT TO:
Terdengar nafas Bening yang terengah-engah. Dia terus berlari, sekuat tenaganya walau kakinya sudah mulai lemas.
PAK HERMAWAN (O.S.)
Bening! Bening!
Dia terus berlari menyusuri hutan, tanpa menghiraukan ranting-ranting pohon kecil serta dedaunan yang menyayat kulit lembutnya.
CUT TO:
Mentari sudah terbenam menyisakan kegelapan yang benar-benar pekat. Cahaya senter menembus kegelapan hutan namun cahaya tersebut nampak terlalu kecil.
Pak Hermawan berusaha berjalan sekuat tenaganya kendati dia sudah tidak dapat lagi mengontrol nafasnya. Sesekali dia memegangi dadanya.
PAK HERMAWAN
Bening! BENING!
Seorang personil Polisi (POLISI 2) mendekatinya.
POLISI 2
Sebaiknya bapak kembali saja.
Nanti diantar oleh salah satu dari kami.
Biar kami melanjutkan pencarian.
Pak Hermawan menggelengkan kepalanya dengan kencang. Dia terus berjalan.
PAK HERMAWAN
Dia takut gelap. Dia gk akan pergi jauh!
Kita sudah dekat!
POLISI 2
Tapi pak.
PAK HERMAWAN
Sudah! Sudah jalan terus.
Semakin cepat selesai semakin baik.
Pak Hermawan berkata kepada dirinya sendiri.
PAK HERMAWAN
Aku yang akan menemukannya terlebih dahulu!
Pak Hermawan menguatkan kakinya yang juga sudah mulai gemetar untuk berjalan lebih jauh.
CUT TO:
Di penjuru hutan yang lain, kita juga bisa menyaksikan tiga orang polisi, bersenjatakan senter mereka, sedang menembus lebatnya hutan untuk mencari Bening.
CUT TO:
Bening terus berlari namun tanpa dia perkirakan sebelumnya, tanah yang dia injak berlubang, membuat dia tersandung dan tersungkur serta terguling masuk ke dalam ceruk sedalam 2 meter di samping jalan yang dia lalui.
Tubuh Bening terguling-guling hingga sampai ke dasar ceruk. Bening tak sadarkan diri. Engkelnya seperti terkilir dan kepalanya lecet hingga berdarah.
CUT TO:
Langkah kaki polisi dan Pak Hermawan sudah mulai gontai. Cahaya dari senter yang salah satu polisi pakai meredup karena kehabisan baterai.
POLISI 1
Yah! Abis baterai lagi!
Polisi satu menepuk-nepuk senternya, namun hasilnya tetap sama saja. Semakin lama hutan menjadi semakin gelap.
POLISI 1
Pak apa tidak bisa dilanjutkan besok saja?
Percuma kalau dilanjutkan sekarang.
Terlalu gelap!
POLISI 2
Ya pak.
Pak Hermawan menarik kerah Polisi 1.
PAK HERMAWAN
Kalau sampai dimakan binatang buas gimana?
Pak Hermawan jatuh berlutut karena kehabisan tenaga. Dia berbisik pada dirinya sendiri.
Polisi 2 nampak menghubungi personil polisi lain yang sedang mencari Bening di penjuru yang lain.
POLISI 2
Ada tanda-tanda dari Bening.
POLISI 5 (O.S.)
Belum! Ganti!
CUT TO:
Hujan mulai turun. Tetesan airnya mengenai seluruh wajah Bening. Membuat Bening perlahan membuka matanya.
CUT TO:
Pak Hermawan menenggak air minum. Dia meminum air tersebut hingga dia puas, lalu membanting botol air minum itu ke tanah.
Dengan sekuat tenaga dia berusaha bangkit. Dia menarik ranting pohon yang agak kuat, yang berada di atas kepalanya.
PAK HERMAWAN
Ada pisau?
Polisi 1 memberikan pisaunya kepada Pak Hermawan. Pak Hermawan mencoba memotong ranting tersebut dengan pisau kecil itu.
Ranting itu akhirnya patah. Pak Hermawan menggunakan ranting itu sebagai alat bantu berjalan. Dia kembali berjalan dengan bantuan ranting tersebut sambil mengarahkan senter ke depan dengan tangan yang satunya lagi.
PAK HERMAWAN
BENING! BENING! BENING!!!
Dia berjalan meninggalkan personil-personil polisi yang awalnya terdiam. Mereka pun akhirnya mengikuti langkahnya.
CUT TO:
Bening nampak sedang mendaki (merangkak) ke atas sedikit demi sedikit. Dia berusaha sekuat tenaga karena engkelnya terkilir dan terluka sehingga membuatnya susah berdiri.
Sesekali Bening melihat ke samping kiri dan kanannya dan dia tidak bisa melihat apapun. Hal ini membuat dia taku. Pegangan tangannya sedikit mengendur, sehingga dia terperosok kembali sejauh satu meter.
Bening tidak menyerah. Dia menarik nafasnya dalam-dalam untuk mengumpulkan seluruh energi dan keberaniannya. Dia kembali merangkak ke atas.
BENING
Kamu bisa Bening. Jangan takut gelap! Jangan takut!
CUT TO:
Pak Hermawan terus menggerakkan senternya ke kanan dan ke kiri. Cahaya senternya menembus kegelapan hutan. Sambil berjalan dia terus meracau!
PAK HERMAWAN
Aku gak boleh kehilangan Bening.
Dia satu-satunya penerusku!
Pak Hermawan terus berjalan sambil membabat daun yang menghalangi perjalanannya dengan pisau kecil.
CUT TO:
Bening terus merangkak, dia semakin dekat dengan jalur utama tempat dia berjalan sebelum dia berjalan. Dari tempat dia berada, dia mendengar suara Pak Hermawan.
PAK HERMAWAN (O.S.)
Bening! BENING!
POLISI 1, 2, 3, 4 (O.S.)
Bening! BENING!
Bening terus menerus memanjat. Dia terus mengatur nafasnya.
CUT TO:
Pak Hermawan tiba-tiba berhenti berjalan. Dia mengangkat tangannya untuk meminta semua personil polisi berhenti berjalan.
Dia mendengarkan suara rumput “Kresek! Kresek!” dengan seksama dan langsung mengarahkan senternya ke arah datangnya suara.
Semangat Pak Hermawan langsung baik 10 kali lipat. Dia berjalan dengan lebih cepat lagi sambil mengarahkan senternya ke depan, samping kiri dan kanan.
CUT TO:
Nafas Bening nampak ngos-ngosan. Dia sudah berhasil sampai di jalan utama. Dia melihat ke kiri dan terlihat ada kilatan cahaya disertai suara Pak Hermawan.
PAK HERMAWAN (O.S.)
Bening! Nak! Bening
Bening menoleh ke arah datang suara. Dia menarik nafas panjang dan mempersiapkan dirinya akan apa yang akan terjadi.
Melalui cahaya senternya, Pak Hermawan melihat Bening telungkup di atas tanah, nampak tak berdaya. Dia segera menjatuhkan ranting pohonnya, dan berlari sekuat tenaga mendekati Bening.
Personil Polisi yang mengikutinya juga langsung lari ke arah Bening. Mereka sampai terlebih dahulu, lalu mengangkat tubuh Bening.
Pak Hermawan langsung memeluk Bening sambil menangis bahagia.
PAK HERMAWAN
Akhirnya papa menemukanmu juga!
Akhirnya.
Bening terdiam sesaat, namun kata-kata Bayu terngiang di kepalanya.
BAYU (O.S.)
Aku juga gk mau kamu menderita karena ini.
Gak semuanya harus terwujud sekarang!
Semua ada waktunya!
Bening akhirnya membalas pelukan ayahnya. Dia menaruh wajahnya di atas dagu ayahnya sambil memejamkan matanya. Tanpa dia sadari, dia begitu rindu pelukan, kehangatan, dan kenyamanan ini.
CUT TO: