Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT/INT. JALANAN - MOBIL PAK HERMAWAN. MALAM
Wajah Ibu Cynthia nampak cemas. Sedari tadi dia mengepalkan tangannya sambil mulutnya juga ikut komat kamit. Hal ini bertolak belakang dengan ekspresi Pak Hermawan yang nampak tenang.
Pak Hermawan duduk menyender sambil memejamkan matanya. Ibu Cynthia yang cemas menepuk-nepuk tangan Pak Hermawan.
IBU CYNTHIA
Pa, kok santai bgt sih?
PAK HERMAWAN
Trus papa harus gimana ma?
Mama yang harusnya tenang.
Jangan grasa grusu!
Bening pasti kembali ke kita.
Ibu Cynthia menoleh ke Pak Hermawan dengan ekspresi heran.
IBU CYNTHIA
Kok papa bisa yakin gitu?
PAK HERMAWAN
Ya mama kan tahu.
Papa selalu punya persiapan.
Ibu Cynthia berpikir sejenak. Lalu tiba-tiba dia menoleh.
IBU CYNTHIA
Papa gak lakuin apa-apa kan ke Bening?
Pak Hermawan diam sejenak.
IBU CYNTHIA
Pa? Papa gk apa-apain Bening kan?
Pak Hermawan membuka matanya.
PAK HERMAWAN
Papa cuman blokir dikit aja.
Ibu Cynthia terlihat semakin cemas dan kesal.
IBU CYNTHIA
Blokir?
Ibu Cynthia kembali berpikir, lalu tersadar.
IBU CYNTHIA
Pa! Papa itu papanya Bening bukan?
Papa tega ya biarin dia jadi gembel?
PAK HERMAWAN
Mama memang mau Bening pergi selamanya?
Wajah Ibu Cynthia memerah.
IBU CYNTHIA
Bukan begitu caranya juga pa.
Pantes aja..
Pak Hermawan melirik tajam ke arah istrinya. Dia mendekatkan wajahnya.
PAK HERMAWAN
Pantas apa?
Ibu Cynthia terlihat segan. Dia terlihat bimbang.
PAK HERMAWAN
Pantas apa, ma?
Saya sudah besarin dia selama 17 tahun.
Siang, malam mikirin dia selalu.
Setiap malam pertunjukkan,
saya keluar ratusan juta hanya untuk mendukung dia.
Ibu Cynthia terlihat kaget.
PAK HERMAWAN
Gak ada satu orang yang pantas jadi bapaknya,
kecuali saya! Jangan bawa nama orang itu di sini!
Ngerti, ma!
Ibu Cynthia terlihat takut. Dia mengangguk perlahan.
CUT TO:
EXT/INT. AREA LAPANG - MOBIL BAYU. TENGAH MALAM
Bayu masuk kembali ke mobil. Dia melihat Bening sudah tertidur sambil setengah meringkuk di kursinya.
Bayu lalu mengambil mantel dari jok belakang lalu menyelimuti Bening dengan itu. setelah itu dia mengatur kemiringan tempat duduknya lalu melipat tangannya di depan dada sambil mencoba memejamkan mata, namun dia tidak bisa.
Dia memandangi Bening, yang sedang tertidur, sekali lagi.
CUT TO:
EXT. DEKAT AREA LAPANG. PAGI HARI (H-1)
Seorang ibu pedagang nasi kuning nampak sibuk melayani pembeli. Bayu terlihat menerima satu kantong plastik dari ibu tersebut. Bayu lalu menyerahkan sejumlah uang kepadanya.
CUT TO:
EXT/INT. AREA LAPANG - MOBIL BAYU. PAGI
Bening yang matanya masih belum bisa melek secara penuh, menerima kantong platik itu dari Bayu.
BENING
Terima kasih.
Bening kaget dengan suaranya yang sudah semakin jelas, walau masih serak. Begitu juga dengan Bayu.
BENING
Suaraku udh balik! Yea.. uhuk.. uhuk
BAYU
Belum sepenuhnya. Paling baru 80 persen.
Bening terlihat kesal melihat wajah Bayu yang datar. Bayu menyalakan kembali radionya.
BAYU
Mending kamu dengerin itu lagu.
Udh tinggal hari ini sama besok lho!
BENING
Ya deh. Ya deh.
Gak bisa liat orang seneng dikit apa?
Bayu menurunkan rem tangannya. Bening heran.
BENING
Kok buru-buru amat?
BAYU
Kita gk punya banyak waktu.
Bayu menginjak pedal gasnya sambil memutar setirnya.
CUT TO:
EXT. AREA LAPANG. PAGI
Mobil Bayu berputar balik dan bergegas tancap gas.
CUT TO:
EXT. PINTU GERBANG BANYUWANGI. PAGI
Mobil Bayu melewati gapura (Pintu masuk) kota Banyuwangi.
CUT TO:
EXT. BANYUWANGI. SIANG
MONTAGE
Suara kota Banyuwangi menyambut kedatangan Bening dan Bayu. kita bisa melihat dan mendengar suara pasar yang begitu sibuk.
Kita juga bisa melihat dan mendengar suara langkah kaki kuda penarik delman unik khas kota Banyuwangi.
Kita juga bisa mendengar suara gamelan dan gendang yang ditabuh serta kita bisa melihat para wanita melenggak lenggok menarikan Tari Gandrung.
Mobil Bayu nampak menepi di pinggir jalan, tempat di mana beberapa orang nongkrong.
CUT TO:
EXT/INT. JALANAN KOTA BANYUWANGI - MOBIL BAYU. SIANG
Bening menunggu di dalam mobil sambil mendengarkan lagu sementara matanya memperhatikan Bayu yang sedang menanyai beberapa orang.
Bayu seperti mengikuti petunjuk tangan dari orang yang dia tanyai.
Bening terlihat tidak sabar ketika harus menunggu beberapa lama di dalam mobil. Dia memutuskan untuk keluar mobil, namun ketika Bayu melihatnya keluar mobil, Bayu segera menyudahi obrolannya dengan orang tersebut.
Bayu kembali ke mobil. Begitu juga dengan Bening.
BENING
Lama amat nanyanya?
BAYU
Ya kan biar jelas.
Bayu menurunkan kembali rem tangannya dan memutar kembali setirnya.
CUT TO:
EXT. JALAN BESAR DEKAT ALAS PURWO - JALAN KEMAKMURAN. SIANG
Mobil Bayu berbelok ke sebuah jalan yang tidak terlalu besar, namun di sekelilingnya ditumbuhi begitu banyak pepohonan.
Setelah melaju sepanjang beberapa ratus meter, mobil Bayu kembali berbelok ke sebuah jalan yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil.
Plank nama jalan terlihat. Jalan Kemakmuran.
CUT TO:
EXT/INT. JALAN KEMAKMURAN - MOBIL BAYU. SIANG
Ekspresi wajah Bening nampak berubah ketika dia melihat plank nama jalan. Dia tegang, penasaran sekaligus merasa sedih dan miris.
Suasana jalan itu sangat sepi dan hening. Hanya sedikit rumah yang berada di jalan tersebut. Kita bisa melihat rumah-rumah di jalan tersebut begitu tidak layak untuk ditempati.
Rumah-rumah itu beralaskan tanah. Hal ini membuat ekspresi wajah Bening semakin tegang sekaigus menjadi begitu sedih.
Di tiang-tiang listrik dan dinding-dinding rumah, banyak ditempel poster serta selebaran Paslon di pilkada. Ada dua foto paslon yang terpampang jelas di sana.
Bayu memperhatikan nomor-nomor rumah yang samar-samar terlihat. Hingga akhirnya Bayu melambatkan laju mobilnya dan berhenti di seberang rumah dengan nomer 8.
Bening memandangi rumah yang begitu tidak layak itu dengan pandangan mata yang lekang.
CUT TO:
EXT. DEPAN RUMAH PAK KARYANTO. SORE
Bening mengetuk pintu rumah tersebut dengan sangat pelan dan hati-hati karena kayu pintu tersebut sudah lapuk.
Tidak ada jawaban. Bening kembali mengetuk pintu itu dengan ketukan yang lebih kencang. Tetap tidak ada jawaban.
Samar-samar Bening mendengarkan suara orang mengobrol. Dia pun segera beranjak untuk mencari sumber suara.
CUT TO:
EXT. HALAMAN RUMAH TETANGGA PAK KARYANTO. SORE
Bening berjalan menyusuri halaman tetangga sampai dia melihat, dari kejauhan, seorang laki-laki berusia 40 tahunan dengan perut yang sedikit buncit sedang memberikan uang kepada salah satu tetangga.
Bening mencuri dengar percakapan mereka.
PAK KARYANTO
Nanti kamu pilih nomer 1 ya!
Jangan salah. Nomer 1.
TETANGGA 1
Mosok cuma segini?
Tambahin dikit lah!
PAK KARYANTO
Ya pilih aja dulu.
Entar ada tambahan lagi kalau menang.
Lelaki berperut sedikit buncit itu lalu berjalan ke arah Bening. Bening yang awalnya ragu, memberanikan diri untuk mendekati lelaki itu dan bertanya dengan suaranya yang masih serak.
BENING
Pak, Bapak tahu di mana Pak Karyanto berada sekarang?
Lelaki itu nampak heran sekaligus curiga.
PAK KARYANTO
Memangnya ada apa ya, non?
Bening nampak kikuk.
BENING
Ehhh. Gini saya dari Jakarta mau ketemu
sama pemilik rumah ini, Pak Karyanto.
Lelaki itu memandangi Bening dengan lekang.
CUT TO:
INT. RUMAH PAK KARYANTO. SORE
Pemandangan dalam rumah tersebut begitu memprihatinkan. Beberapa perabotan sudah rusak dan digeletakkan begitu saja hingga berdebu. termasuk di antaranya, sebuah laptop yang digeletakkan di atas meja.
Bening menelan ludahnya sendiri ketika menyaksikan hal itu. Dia lalu memperhatikan tiga buah foto yang tergantung di dinding yang sudah kecoklatan karena rembesan air hujan.
Foto tersebut adalah foto Pak Karyanto (lelaki) itu sendiri, foto seorang perempuan yang mendekati paruh baya dan foto seorang anak laki-laki.
Foto itu nampak terpisah satu sama lain. Tidak ada foto mereka bertiga dalam satu frame.
Pak Karyanto keluar membawa teko airminum dan dua gelas kosong dan menyajikannya ke depan Bayu dan Bening.
PAK KARYANTO
Silahkan diminum!
Maaf cuman ada air putih.
Bayu tersenyum sungkan. Bening segera menuangkan air dari teko ke salah satu gelas lalu meminumnya dengan cepat. setelah gelasnya kosong, dia kembali menuang air dari teko lalu meminum itu lagi seperti seorang yang kehausan.
Bening sedikit menoleh ke arah laptop, mengajak Pak Karyanto melakukan hal yang sama.
PAK KARYANTO
Oh laptop itu udh rusak.
Mau betulin gak ada biaya.
BENING
Bapak bukannya menulis skenario ya?
Pak Karyanto tersenyum malu.
PAK KARYANTO
Ya itu dulu.
Dulu orderan nulis layar lebar masih banyak.
Skr orang maunya stripping.
Aku udh coba tapi ndak kuat.
BAYU
Bukannya film makin banyak ya sekarang?
PAK KARYANTO
Ya film emang banyak mas.
Tapi kebanyakan untuk remaja.
Orang kayak saya ini susah nulis buat remaja.
Pemikiran saya terlalu serius
jadi susah diterima oleh pasar.
Bening tersenyum walau hatinya mengatakan hal lain.
BENING
Lalu istri dan anak bapak di mana?
Bening menoleh ke arah foto yang terpajang di dinding.
PAK KARYANTO
Anak saya udh gk ada. Demam berdarah.
Istri saya jg udh gk ada di sini.
Saya yang salah
karena gk bisa kasih nafkah yang layak.
Pak Karyanto menunduk. Bening semakin merasa tidak enak. Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh lutut dari Pak Karyanto.
Pak Karyanto menyeka air matanya yang menetes.
PAK KARYANTO
Oh ya.
Adik-adik ini kenapa ya mau ketemu saya?
BENING
Bapak ingat hal
yang terjadi tujuh belas tahun yang lalu?
Pak Karyanto mencoba mengingat. Lalu ekspresi wajahnya berubah.
PAK KARYANTO
Kamu..?
Pak Karyanto buru-buru memindahkan tangan Bening dari lututnya.
PAK KARYANTO
Kenapa kamu di sini?
Gak seharusnya kamu ada di sini.
BENING
Saya ke sini untuk menemui orang yang melahirkan saya.
Ekspresi wajah Pak Karyanto berubah kesal.
PAK KARYANTO
Lalu? Apa yang kau temui? Hanya kesengsaraan bukan?
Kemiskinan! Kamu gak seharusnya ada di sini.
Sebaiknya kalian cepat pergi!
Bening bangkit berdiri. Wajahnya terlihat memerah dan mulai mengeluarkan air mata.
BENING
Papa angkat saya memaksa saya untuk kuliah bisnis
dan melanjutkan bisnisnya,
sementara saya hanya pengen menyanyi!
Itu cita-cita saya. Suara saya.
Makanya saya ke sini!
Saya mau tahu asal suara saya!
Saya mau diyakinkan!
PAK KARYANTO
Lalu setelah melihat
ini kamu jadi yakin?
Kamu sudah enak di sana.
Hidup berkecukupan.
Kenapa harus susah-susah cari hal
yang membuat kamu sengsara?
Bening menangis tersedu-sedu. Bayu mendekati dan memeluk dia.
PAK KARYANTO
Papamu benar.
Kau sebaiknya kuliah dan melanjutkan bisnisnya
agar hidupmu enak.
Bening menggelengkan kepalanya kencnag-kencang.
PAK KARYANTO
Kamu mau hidup sengsara kayak gini.
Suara kamu tidak akan dihargai lagi setelah beberapa tahun.
Kamu hanya akan menghilang!
Selebihnya cuman ada penyesalan!
Wajah Bening merah padam.
BENING
Dari dulu sampe sekarang sama aja.
Gk bisa bertanggung jawab
dan harus kasih tanggung jawab itu ke org lain!
Bening lalu keluar rumah. Bayu mengejarnya. Sementara Pak Karyanto tercekat mendengar perkataan Bening.
CUT TO:
EXT. DEPAN RUMAH PAK KARYANTO. SORE
Bayu menarik baju Bening yang mencoba lari, sehingga Bening sedikit tersungkur. Bayu memeluk Bening.
BAYU
Ning, kamu dengerin aku dulu!
Apa yang dikatakan papa sama bapak itu
gk sepenuhnya salah. Aku mau kamu maju.
Aku mau kamu berkarir di musik, aku dukung!
Tapi aku juga gk mau kamu menderita karena ini.
Bening menangis sambil berusaha melepaskan cengkeraman Bayu.
BAYU
Kamu inget kan omonganku, kan?
Kalau sekarang belum kondusif.
Gak semua harus terwujud sekarang.
Semua ada waktunya.
Dan aku yakin suatu saat,
setelah kamu punya fondasi yang lebih mantep,
kamu bisa meraih mimpi kamu!
Bening yang terus memberontak, akhirnya bisa melepaskan diri dari Bayu. Dia mendorong Bayu sekuat tenaga.
BENING
Aku gk mau jadi orang yang tersesat
dan gk menemukan pintu keluar!
Bening berlari, sambil menangis, menuju hutan yang ada beberapa ratus meter yang ada di depan rumah tersebut.
BAYU
Bening! Bening!
Bayu mencoba mengejar tapi langkahnya keburu terhenti ketika sebuah mobil vellfire berhenti di depannya.
Pak Hermawan keluar dari mobil, mendekati Bayu lalu menonjok muka Bayu dengan kepalan tangannya.
PAK HERMAWAN
Jadi pencuri, pencuri aja.
Gk usah nyulik anak orang.
Bibir Bayu berdarah. Dia terkapar di tanah. Sementara Bening berlari semakin jauh. Masuk ke dalam hutan.
CUT TO: