Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. JALANAN SEPI. MALAM.
Di tepi jalan kita bisa melihat tempat tambal ban yang juga menjual ban sepeda motor dan mobil.
Mobil Bayu perlahan tapi pasti masuk ke dalam frame, diikuti oleh suara erangan dari Bayu dan Bening.
Bening dan Bayu nampak berkeringat, mereka mendorong mobil sejauh hampir satu kilo.
Bening langsung berlutut sambil mengumpulkan nafasnya.
CUT TO:
EXT/INT. JALANAN SEPI-MOBIL BAYU. MALAM
Bening nampak berada di dalam. Rambutnya diterpa hembusan angin AC. Sementara dari kaca spion, kita bisa melihat Bayu sedang bercengkerama dengan seorang montir yang sedang memperbaiki mobil.
Bening merendahkan posisi jok sehingga dia bisa merebahkan punggungnya sejenak.
Dan begitu dia hendak merebahkan dirinya, kakinya tanpa sengaja menendang laci mobil Bayu hingga beberapa isinya keluar.
Bening meringis kesakitan, lalu dia segera merapihkan isi laci mobil yang tumpah. Tanpa sengaja, Bening menemukan sebuah kantong plastik hitam.
Bening melihat ke kaca spion untuk memastikan Bayu tidak melihat ke arahnya. Dia pun membuka isi plastik itu karena penasaran.
Di dalam kantong plastik tersebut rupanya terdapat sebuah kotak perhiasan mahal.
Lalu terdengar suara Bayu yang semakin mendekat. Bening langsung memasukkan kembali kantong plastik tersebut ke dalam laci bersama dengan isi laci yang lain.
Bayu masuk ke dalam mobil. Dia duduk di kursinya lalu meraih dompetnya yang dia tinggal di dalam mobil. Dia memutar knob untuk membuka kaca jendela dan memberikan seluruh uang yang ada di dompetnya kepada montir tadi.
BAYU
Terima kasih ya pak!
Bayu menutup jendela itu dengan segera sambil memandangi Bening.
BAYU
Di depan ada hotel kecil.
Sebaiknya kita bermalam dulu.
Bayu memandangi Bening selama beberapa waktu, membuat Bening risih dan mengangkat kedua tangannya untuk menandakan kalau dia bertanya.
BAYU
Kamu ada uang kan? Buat nginep?
Uangku habis soalnya buat beli ban.
Bayu tersenyum malu.
CUT TO:
INT. DEPAN PINTU KAMAR MOTEL. MALAM
Bayu membuka kunci pintu kamar, lalu membuka kamar itu lebar-lebar. Nampak kamar yang begitu sederhana. Bening memperhatikan seluruh penjuru kamar.
Di kamar tersebut ada dua ranjang single bed.
BAYU
Cuman ini yang kita punya malam ini?
Bening sedikit kaget dengan pernyataan Bayu. Dia menunjuk ke arah Bayu dan ke dia sendiri.
BAYU
Cuman sisa kamar ini doank.
Bening menengadah sambil memejamkan matanya dan menarik nafas panjang.
Bening mengambil buku notesnya dan menulis. “Aku tidur di luar aja!”
Bening hendak berpaling dari pintu kamar dan pergi ketika tangan Bayu menarik tangannya.
BAYU
Aku akan tidur di bawah.
Di lobby kan ada sofa.
Tapi aku titip tas aku di sini.
Bayu memasukkan sebuah tas yang dia bawa ke dalam kamar. Bening sedikit kaget. dia memandangi Bayu sejenak karena dia mau berkorban. Bening lalu masuk ke kamar mandi.
Bayu mengambil sesuatu dari tasnya dan menaruhnya langsung di dalam kantong celananya.
CUT TO:
EXT. HALAMAN HOTEL MELATI. MALAM
Bayu mengeluarkan ponsel jadul dari saku celananya lalu memencet beberapa tombol sambil melihat ke kanan dan ke kiri, sebelum meletakkan ponsel itu di telinganya.
BAYU
Pak, maaf banget.
Saya sekarang lagi di luar kota.
Ada kerjaan.
Tapi saya udh dapet uangnya.
Lusa saya pulang,
saya langsung kasih uangnya gimana?
Bayu memperhatikan ucapan orang yang ada di ujung telpon satunya sambil berjalan mondar-mandir seperti setrikaan.
BAYU
Saya gk kabur pak. Pak! Pak!
Dengerin dulu pak.
Tolong jangan apa-apa in adik saya.
Dia gk tahu apa-apa.
Bayu nampak begitu gusar.
BAYU
Begini aja pak.
Saya tambahin ke bapak 10 persen dari pokok utangnya.
Tapi tolong kasih waktu saya dua sampai tiga hari
untuk balik lagi ke Jakarta.
Wajah Bayu tersenyum simpul ketika mendengar apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya.
BAYU
Deal ya pak. Saya pasti akan sampai
paling lama 3 hari dari sekarang.
Bayu menarik telepon dari telinganya. Dia melihat ke kanan dan ke kiri sekali lagi untuk memastikan semuanya aman. Lalu dia memasukkan ponselnya kembali ke celana.
CUT TO:
INT. LORONG - KAMAR HOTEL MELATI. MALAM
Bayu menyusuri lorong dengan wajah yang lebih relaks. Sesekali dia bersiul dan ketika dia sampai di depan kamar, dia sedikit kaget ketika melihat pintu kamarnya terbuka dan kamar nampak kosong.
Bayu masuk ke dalam kamar dan memeriksa pintu kamar mandi yang sedikit terbuka. Nampak ada sedikit busa sabun di ujung kamar mandi.
Bayu terlihat cemas. Dia bergegas berbalik arah.
CUT TO:
INT. LOBBY HOTEL MELATI. MALAM
Bayu terlihat mencari Bening di antara beberapa pengunjung yang ada di lobby kecil hotel melati.
Bayu mengintip wajah mereka satu persatu untuk memastikan kalau salah satu dari mereka adalah Bening.
Bayu tidak mendapatkan Bening di antara mereka. Dia pun langsung bergegas ke taman.
CUT TO:
EXT. TAMAN HOTEL. MALAM
Nafas Bayu memburu. Dia melihat seluruh penjuru taman dengan seksama dan di pojok taman, dia menemukan seseorang perempuan yang sedang duduk di atas rumput. Perempuan tersebut mengenakan jaket.
Kita bisa melihat kalau perempuan itu adalah Bening. Dia sedang mendengarkan lagu dari perangkat pemutar lagu, dengan perangkat headset terpasang di telinganya.
Tangannya menggengam sebuah buku diary/notes. Sambil mengangguk-angguk diiringi oleh suara musik, Bening nampak menulis sesuatu di atas notenya.
Bayu yang muncul langsung duduk di sebelah Bening, Bening sedikit kaget melihat kehadiran Bayu.
BAYU
Lagi dengerin apa?
Belum sempat Bening menjawab, Bayu langsung mencomot salah satu ujung dari earpiece(headset) yang nempel di salah satu telinga Bening dan menempelkannya ke telinganya.
Bayu nampak menikmati musik yang dia dengar yang sedikit memiliki warna blues. Bayu ikut mengoyangkan kepalanya. Bening sedikit terpana melihat pemandangan itu.
Tetapi tidak lama berselang, kesadaran Bening kembali. Dia mencomot kembali head set yang menempel di telinga Bayu dan menempelkan kembali di telinganya.
BAYU
Ini kan Endah n Rhesa.
Bening berlagak cuek. Bayu nampak memandangi notes yang ada di tangan Bening. Menyadari kalau notesnya dilihat oleh Bayu, Bening langsung menutup notes tersebut.
BAYU
Ih! Apaan coba?
Sini lihat notesnya!
Bayu memaksa dengan setengah bercanda. Dia menyambar notes yang ada di tangan Bening dengan kecepatan yang tidak bisa disamai oleh Bening.
Bayu membuka sedikit halaman yang tadi Bening tulis sambil berusaha menjauhkan buku tersebut dari jangkauan tangan Bening.
Setelah beberapa kali berusaha, Bening berhasil merebut kembali buku diary nya dari tangan Bayu. Dia langsung menulis sesuatu di buku diarynya itu dengan raut wajah sedikit kesal.
Dia menunjukkan tulisan di buku itu tepat di wajah Bayu, “Jangan seenaknya gitu donk! Ini kan privasi aku!”
Bayu nyengir.
BAYU
Privasi? Bilang aja malu!
Muka Bening merah.
BAYU
Kenapa sih mesti diumpetin segala.
Kalau bagus, tunjukin aja!
Bayu mencolek Bening
BAYU
Eh. Musik tadi enak juga lho.
Bening menulis di buku diarynya. “Musik jenis ini gak ada dance-dancenya!”
Bayu tersenyum.
BAYU
Gak usah nyindir deh!
Aku kan gk pernah bilang kalau
aku suka genre musik tertentu.
Aku suka semuanya kok, termasuk blues.
Bening yang awalnya menunjukkan ketidakpedulian terhadap apa yang Bayu katakan, sedikit tersentak.
BAYU
Lagu blues kan suara dari orang-orang kulit hitam
yang tertindas dan terpenjara. Ya kan?
Bening menoleh ke Bayu. Pandangan matanya sedikit berbeda.
BAYU
Lagian genre itu dibuat supaya mudah memetakan pasar.
Segmentasi namanya.
Padahal, musik mah semua sama aja.
Lirik, melodi plus hati.
Bayu menoleh ke Bening. Mata Bayu awalnya tertuju kepada Bening, namun beralih kepada buku diary Bening.
BAYU
Itu lirik lagu kan?
Bening mengangguk. Dia lalu menulis sesuatu di halaman kosong di buku diarynya.
Dia menunjukkan tulisan itu kepada Bayu, “Gak ada cinta-cintanya tapi.”
Bayu tersenyum tipis.
BAYU
Dulu aku juga sering menulis lagu seperti kamu.
Aku punya mimpi mau punya sekolah
buat ngajar musik anak-anak yang gk mampu.
Bening menulis sesuatu lalu menunjukkannya kepada Bayu. “skr?”
BAYU
Nyari duit dulu lah.
Udh gk ada waktu buat mikir begituan.
Bayu tersenyum karena dia bermaksud bercanda. Kendati, sebenarnya hal yang dia ucapkan, benar-benar dia rasakan. Senyumnya langsung sirna.
Bening menunjukkan kembali tulisannya, “Duit ngalahin cinta, ya?”
Bayu kembali tersenyum mengiyakan. Matanya memandang ke depan dengan kosong.
BAYU
Kamu pernah dengar soal masuk lewat pintu orang lain,
keluar lewat pintu sendiri?
Bening berpikir sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya.
BAYU
Bapakku pernah bilang kalau kamu mau sukses,
kamu akan selalu masuk ke bidang yang kamu tuju
dengan cara yang sama seperti yang lain,
tetapi nantinya kamu bisa ketemu jalan
dan akhirnya keluar dari pintu sendiri.
Bening menulis sesuatu di dalam buku diarynya dengan wajah yang serius. “Ya. Mamaku pernah bilang hal yang mirip. Tapi mamaku juga pernah bilang, lebih sering orang jadi tersesat begitu udh masuk ke dalam.”
Bayu membaca tulisan itu dengan seksama. Lalu dia sedikit menggelengkan kepalanya.
BAYU
Semuanya butuh proses lah pasti.
Kamu sendiri mimpinya apa? Menang Voice?
Bening mengangguk, lalu dia menulis sesuatu di notesnya. “Saya juga pengen punya album dan terkenal. Saya mau buktiin ke papaku!”
BAYU
Ya aku ngerti sih pikiran papa kamu.
Emang lagi gak kondusif kan industri musik sekarang ini.
Gak tahu nantinya bakal gimana. Harusnya sih lebih baik.
Bening menuliskan pertanyaan yang selama ini ada di benaknya tentang Bayu. “Kenapa kamu gk ikut kompetisi aja? Suara kamu kan bagus!”
Melihat pertanyaan itu, Bayu menggelengkan kepalanya.
BAYU
Fisik aku kan gk terlalu mendukung.
Lagian, terlalu banyak hal yang harus dikorbanin.
Aku ada banyak tanggungan,
jadi gambling akhirnya.
Suasana menjadi hening sesaat. Bening nampak kikuk mendengar jawaban Bayu yang sedikit menohok. Sementara Bayu sendiri merasa tidak enak mengucapkan hal tersebut di depan Bening.
Bayu menunjuk buku diary Bening.
BAYU
Kamu udh ada melodi buat lirik itu?
Bening menunjukkan jari telunjuk dan jari jempol yang didekatkan untuk menunjukkan kalau dia hanya baru memikirkan sedikit saja.
BAYU
Ok. Tunggu ya.
Bayu beranjak dari tempatnya dan setengah berlari menuju lapangan parkir.
CUT TO:
EXT. LAPANGAN PARKIR. TENGAH MALAM
Bayu membuka pintu belakang mobilnya. Dia mengambil sebuah gitar yang digeletakkan di atas jok belakang. Dia menutup pintu mobilnya, mengunci mobilnya, lalu bergegas pergi.
CUT TO:
EXT. TAMAN HOTEL. TENGAH MALAM.
Bayu bergegas menghampiri Bening dengan gitarnya.
BAYU
Mana?
Bening menunjukkan halaman buku diary nya tempat dia menuliskan beberapa notasi lagunya.
Pada awalnya Bayu melakukan sedikit kesalahan namun ketika diulang kembali, Bayu dengan fasih memainkan melodi dari lagu tersebut. Bening melihatnya dengan mata berbinar-binar.
Mereka larut dalam harmoni lagu yang Bening tulis. Sesekali Bening nampak tertawa lepas. Pertama kalinya sejak beberapa minggu, dia bisa tertawa selepas ini.
Bayu pun begitu menikmati momen ini. Bening duduk semakin mendekati Bayu. kita melihat kedekatan mereka.
Bayu meletakkan gitar di sampingnya, setelah beberapa kali memainkan lagu tersebut.
BAYU
Aku gk bisa ngebayangin kamu nyanyi lagu ini.
Semua fans kamu pasti bakal kaget
karena karakter kamu tiba-tiba berubah.
Bening memnulis sesuatu. “Jujur sih. Ini justru ini karakter aku yang sesungguhnya.”
BAYU
Yaudh tunjukkin donk ke dunia.
Senyum di wajah Bayu mulai memudar.
BAYU
Tapi lagu kamu ini, walau enak,
bukan untuk semua orang.
Tapi gk tahu juga sih.
Mungkin selera pasar udh berubah.
Senyum di wajah Bening pun ikut memudar. Dia menuliskan sesuatu di halaman buku diarynya. “Kamu suka kan?”
Bayu mengangguk. Bening kembali menuliskan sesuatu. “Saya gk butuh semua orang suka lagu saya, asalkan ada beberapa aja orang yang suka. itu cukup!”
Bayu kembali tersenyum. Bening nampak kembali menuliskan sesuatu. “Aku bakal nyanyiin lagu ini di Final.”
Bayu sedikit kaget.
BAYU
Emang bisa nyanyi lagu sendiri?
Lagian ini bukan lagu cinta.
Gak sesuai tema malam grand final kan?
Bening kembali menuliskan sesuatu. “Siapa bilang? Ini lagu cintaku untuk diriku sendiri.”
Bening tersenyum kepada Bayu.
BAYU
Ya deh. Tapi balikin dulu itu suara.
Kamu kan gk bakal muter-muter di panggung
sambil bawa papan tulis kan?
Bayu memeragakan gerakan lucu di mana tangannya seperti memegang sesuatu di tas kepalanya lalau dia berjalan memutar-mutar taman.
Bening kembali tertawa.
BAYU
Udh kayak perempuan di ring tinju, tau gak?
Udh cepet tidur biar suara kamu cepet pulih.
Bening menganggukkan kepalanya pasti. Bayu pun masih tersenyum kepadanya.
CUT TO:
INT. KAMAR HOTEL MELATI. TENGAH MALAM
Bening sudah berada di posisi tidur menyamping dengan senyuman di wajahnya. Beberapa kali dia mengubah posisi tidurnya. Dari kiri ke tengah kemudian ke kanan. Masih dengan senyuman di wajahnya.
Dia begitu excited. Pada akhirnya, dia memejamkan matanya.
FADE IN: