Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
THE SUN IS BLUE | SCRIPT
Suka
Favorit
Bagikan
4. #4 KETERTARIKAN ( SCENE 23 - 28 )

23. INT. SEKOLAH – RUANG KESENIAN – SORE

CAST : RENDRA, NIKI

Rendra masuk ke ruang kesenian sambil melihat ke sekeliling ruangan yang kosong. Ia berjalan kearah jendela besar dengan gordain putih kemudian membuka lebar jendela itu. Ia menarik kursi kearah jendela dan naik keatasnya. Memejamkan matanya lama merasakan angin yang masuk. Ia menghela nafasnya kemudian menatap kebawah jendela. Melihat seberapa tinggi ruangan itu.

NIKI

Tinggi kan?

Niki ikut bersandar pada jendela dan melongokkan badannya keluar jendela melihat ke bawah. Rendra berseru kaget.

RENDRA

( Memegang frame jendela dengan ekspresi ketakutan )

Ngagetin aja lo, sejak kapan lo ada disini?

NIKI

Dari sebelum lo masuk.

RENDRA

Kok lo gak keliatan tadi?

Niki memiringkan tubuhnya menunjuk dengan tubuhnya bahwa ia dari tadi ada dibalik piano di belakang rendra. Rendra menengok ke belakang dan melihat ada tas dan bekas makan siang niki di sana.

NIKI

Kalo gue terjun dari sini gue gimana ya?

( Rendra menatapnya bingung )

Paling kalo beruntung dapet luka berat kan ya. Kalo gak beruntung ya langsung ketemu yang maha kuasa.

RENDRA

Omong apaan sih loe. Lu pikir ada yang mau bunuh diri.

NIKI

( Menyipitkan matanya )

Engga juga sih. Tapi kalo lo tiba-tiba kepikiran mau beneran terjun, biarin gue pergi dari sini dulu. Biar gue punya alibi.

RENDRA

( Rendra turun dari kursi yang ia naiki pelan-pelan )

Gila kali, seharusnya lo cegah gue lah

NIKI

Kalo lo mau di gagalin rencana bunuh dirinya, kenapa dari awal rencana itu harus ada?

Rendra memasang wajah ‘benar juga’. Niki berjalan memberesi barangnya kemudian memakai jaketnya.

NIKI (CONT’D)

Gue gak mau ikut campur sih, tapi kalo ada pikiran melenceng sedikit jangan di sini ya.

RENDRA

Gue udah bilang gue gak mau bunuh diri. Apaan sih. Gak jelas banget obrolan lo.

NIKI

Lo juga sih, ngapain berdiri di atas kursi terus liat ke bawah. Kan gue mikirnya jadi aneh-aneh.

(pause)

Pulpen gue belum lo balikin loh. ( Bersandar pada piano )

RENDRA

Cuman pulpen lo ributin.

NIKI

Pulpen juga bisa jadi senjata tau.

( Rendra menatapnya dengan tatapan aneh )

Niki tertawa kecil kemudian berjalan ke arah pintu. Tangannya yang memegang kenop pintu terhenti. Menoleh kebelakang.

NIKI ( CONT’D )

Jangan dimasukin hati omongan gue. Omongan orang gak ngaruh sama hidup lo. Coba deh liat sekitar lo, benda-benda mati di sekitar lo biasanya lebih hidup daripada manusia yang hidup di sekitar lo.

CUT TO

24. EXT. SIRKUIT LARI – SORE

CAST : RENDRA

Rendra berlari berkeliling lapangan. Bajunya sudah basah kuyup oleh keringat begitu pula rambutnya. Ia berhenti. Mengatur nafasnya kemudian mendongak. Menyadari langit mulai gelap karena mendung.

NIKI ( O.S )

Benda-benda mati di sekitar lo biasanya lebih hidup daripada manusia yang hidup di sekitar lo.

( Rendra mendengus dan tersenyum tak percaya )

Air hujan mulai menetes. Ia menutup matanya membiarkan air membasuh seluruh tubuhnya. Ia mematung lama.

CUT TO

25. INT. SEKOLAH – RUANG KELAS NIKI

CAST : NIKI, RENDRA, MELA, ICA & RINI ( EXTRA )

Niki melihat salah satu temannya yang duduk di depan sebelah kanannya tengah kebingungan mencari tipe-ex. Ia membuka tempat pensilnya ketika Mela, Ica dan Rini duduk di dekatnya.

ICA

Pinjem hp dong. Lagi gak ada sinyal.

Niki tanpa ragu mengulurkan hpnya kemudian menyentuh pundak temannya yang mencari tipe-ex tadi. Menyodorkan tipe-ex nya.

MELA

Gue denger lo menangin lomba nulis tingkat SMA se-Jakarta. Kok gue gak denger ada lomba itu dari guru.

NIKI

Ah, Bu Dina sebenernya cuman ngasih tau anak IPA-1 buat seleksi dulu. Tapi karena Evan ngasih tau itu ke gue, gue minta Bu Dina buat izinin gue ikut. Gue lolos seleksi sekolah. Eh, kebetulan yang dari SMA kita gue yang menang.

RINI

Ah, berarti lo sok sokan ikutan gitu ya.

Niki tampak berpikir sejenak kemudian mengangguk. Niki menoleh kearah pintu dan melihat Rendra yang di depan pintu seperti mencari keberadaannya. Mata mereka bertemu kemudian Rendra berjalan ke arah mejanya yang ada di barisan paling belakang.

RENDRA

( Menaruh satu pak pulpen sambil berdiri dengan kikuk )

Pulpen lo ilang.

NIKI

Pulpennya kan cuman satu.

RENDRA

Kebetulan gue punya banyak. Gue jarang pake, keburu kering tintanya.

NIKI

Gue pikir gue tadi ke ge-eran lo nyariin gue. Ternyata beneran nyariin buat ganti pulpen 3000 yang lo ilangin.

RENDRA

(Memegang pak pulpen tadi)

Mau nggak?

NIKI

( Menepuk punggung tangan Rendra )

Mau lah. Makasih ya.

RENDRA

Daripada lo nagihnya ngelantur kayak kemarin

( Niki terkekeh )

Rendra melirik Mela, Ica dan Rini kemudian menatap Niki dengan menyipit sementara Niki hanya tersenyum santai sambil menaikkan alis.

ICA

Rendra akhir-akhir ini sibuk buat latihan lari ya. Ica jarang banget liat rendra di sekolah.

RENDRA

( Menghiraukan Ica )

Nik, gue balik ya. Makasih pulpennya.

Rendra kemudian pergi sementara Mela, Ica dan Rini dengan segera semakin mendekati Niki meminta penjelasan. Niki menghela nafas sambil tersenyum tipis.

CUT TO

26. INT. KAMAR RENDRA – SUBUH

CAST : RENDRA

Suara alarm berbunyi. Rendra ternyata bangun lebih dahulu dari alarmnya. Ia mematikan alarmnya kemudian memasang earpods ditelinganya. Ia turun dari kamarnya kemudian masuk ke dalam gym pribadinya. Berhenti di depan pintu setelah menghidupkan lampu. Terpaku. Menatap dengan lelah dan bosan.

CUT TO

27. INT. PERPUS – SORE

CAST : RENDRA, PENJAGA PERPUS

Rendra masuk dengan ragu melongokkan kepalanya kemudian berjalan ke arah meja penjaga perpus. Ia mengetuk pelan mejanya kemudian tersenyum kikuk.

PENJAGA

( Mendongak )

Jadi kamu yang dihukum pak anton.

RENDRA

Iya pak. Apa yang perlu saya bantu pak?

Penjaga perpus menunjuk troli dengan buku penuh. Kemudian menyodorkan clipboard padanya.

PENJAGA

Ditata sesuai indeksnya. Perpus tutup jam 4, kalo belum selesai sebelum perpus tutup, besok balik lagi.

( pause )

Kamu itu, mentang-mentang pinter olahraga, bawa tropi banyak buat sekolah terus bolos seenaknya. Nyesel kan sekarang.

RENDRA

( Bersandar pada meja pembatas )

Biasa lah pak, bapak gak pernah bolos apa pas masih sekolah dulu?

PENJAGA

Sering lah. Cepet sana.

Rendra tertawa kecil kemudian mendorong troli berisi buku itu kemudian menata satu persatu buku dengan kikuk. terlihat tak pernah masuk ke perpus sebelumnya.

CUT TO

28. INT. PERPUSTAKAAN – SORE

CAST : RENDRA, NIKI

Rendra mendorong trolinya dan berhenti di rak buku diujung. Terpaku sesaat saat melihat Niki duduk dilantai di ujung rak bawah jendela. Ia berdehem pelan sambil masuk di antara rak itu.

NIKI

Oh, ngapain lo disini.

RENDRA

Gak boleh ya?

(Masukin buku ke rak)

NIKI

Dari muka sih gak keliatan kayak orang suka baca buku.

(pause)

Lo dihukum ya?

( Ketawa melihat ekspresi Rendra)

RENDRA

Lanjutin kegiatan lo gih. Gak usah urusin gue.

NIKI

Serius deh, lu gak cocok banget pegang buku itu.

( Niki tertawa kecil. Rendra membaca judul novel romantis itu kemudian memasukkannya ke rak dengan asal.)

RENDRA

Ketawa mulu lo, kek gak punya beban hidup aja.

NIKI

Iyadeh, gue balik ke kegiatan gue.

Rendra menggelengkan kepalanya kecil kemudian kembali menata buku dengan malas. Rendra sesekali melirik niki yang ternyata menyoret-nyoret buku ditangannya. Ia mengambil ponselnya kemudian memotret niki.

RENDRA

Lumayan nih buat bikin orang dihukum gara-gara vandalisme

Niki tersenyum miring. Menoleh kearah rendra yang bangga karena memiliki rencana untuk membalas ejekan niki.

NIKI

Lo pikir gue takut gitu. Gua aja tau lo gak bakal nunjukin foto itu.

RENDRA

Emangnya apa yang bikin lo se-yakin itu kalo gue gak bakal laporin lo?.

Niki menunjukkan hasil gambarannya ke rendra dan disana ada sketsa wajah rendra yang menata buku tadi. Rendra meraih buku itu dan melirik niki dengan ragu.

RENDRA

Yakin nih, ini gambaran elo?

NIKI

Ya... kalo bukan gambaran gue lo gak ada alasan buat laporin gue. Gue malah kasih bukti kalo gue nyoret-nyoret itu buku.

Rendra kemudian dengan ragu duduk disebelah Niki kemudian melihat lembar lain. Terkesima lagi.

RENDRA

Lo kayak fotocopy muka gue kesini. Asli deh, lo berbakat.

NIKI

Jadi, lo ngga jadi laporin gue?

RENDRA

Tapi ini bukan alasan buat nyegah gue lapor lu ke bp.

NIKI

Gue baru aja nyogok lo pake gambar itu. Masih gak paham?

(Rendra berdeham. Melempar buku itu kepangkuan Niki dan mengalihkan pandangannya)

RENDRA

Ngga, kan gue gak bisa minta gambaran lo itu.

NIKI

( Mengangguk setuju )

Yaudah, laporin aja gak papa.

Niki kembali mencoret-coret buku itu sementara Rendra mencuri pandang pada buku Niki. Rendra dengan kikuk berdiri dan kembali mengatur buku di trolinya.

NIKI

( Tanpa menoleh. fokus dengan buku )

Kalo gue tanya hal pribadi boleh ngga?

RENDRA

Ha, random banget. Kita juga gak sedeket itu kan buat ngobrol ini sebenarnya.

NIKI

Kita deket kok. Lo aja udah pernah bantuin anak-anak yang ngomong jelek dibelakang gue. Kita juga ngobrol berdua kemarin terus baru aja kita ngobrol akrab.

RENDRA

Ya kan itu beda

NIKI

Gue cuman penasaran aja, gimana rasanya bisa lakuin sesuatu yang bikin lo bahagia.

RENDRA

Hah? Bahagia apaan sih?

NIKI

( Menoleh. Mendongak menatap Rendra )

Lari.

(pause)

Gue pernah liat lo lari, sekali. Gue liat sih lo menikmati waktu lo itu. Gue pengen tau gimana rasanya.

RENDRA

Biasa aja sih. Cuman lari juga. Gue juga gak bahagia-bahagia amat tuh. Biasa aja.

NIKI

Berarti salah ya kalo gue tanya itu ke elo. Ya udah deh. Lupain aja pertanyaan gue tadi.

Niki kembali dengan kesibukannya sementara Rendra terlihat ragu. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu.

RENDRA

( Memegang telinganya kikuk )

Lo, Lo gak masalah sama omongan mereka waktu itu?

NIKI

Omongan yang mana?

RENDRA

Anak-anak digudang.

NIKI

Ah, mereka

(pause)

Biasa aja sih. Kuping gue gak berdarah juga denger mereka. Gue udah kebal.

RENDRA

Kalo gue pasti udah gue hajar mereka.

NIKI

Tapi kan lo nyegah gue mergokin mereka.

RENDRA

Emang lo bakal mukulin mereka kalo lo mergokin mereka?

NIKI

Engga juga sih.

RENDRA

Tapi paling engga lo gak harus kan bergaul sama mereka seperti gak ada apa-apa. Padahal kalo diliat-liat, lo bisa bela diri lo sendiri. Daripada lo diem aja. ( pause ) Berpura-pura baik-baik aja tentang itu gak ngelindungin diri lo dari mereka.

NIKI

Lo pikir belum pernah gue lakuin?. Ngomong sih gampang, ngelakuinnya engga. Nanti ujungnya yang rugi gue juga, siapa yang bakal belain gue kalo gue cuman sendiri? gak ada kan. Gue masih butuh mereka sampe gue lulus. Ceritanya lain kalo gue gak punya hubungan mutualisme sama mereka.

RENDRA

Kalo lo mau, gue bisa kok bantuin. Lo juga temenan sama Hasbi kan. Jangan mau ditindas, dighibahin, dijelek-jelekin sama orang.

NIKI

( tersenyum )

Makasih niatannya, tapi gue gak papa kok. Nanti juga mereka dapet balesannya.

RENDRA

Positif banget lo.

NIKI

Gue penuh dengan Serotonin.

Niki tersenyum dan kembali dengan ke kegiatannya. Rendra mengamatinya.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar