Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Elephant in The Murder
Suka
Favorit
Bagikan
4. Penyingkiran Senjata

ROBIN (CONT'D)

Bisa enggak kita enggak usah

ngeributin hal kayak gitu? Enggak

usah nuduh-nuduhan, kita harus

tenang kalau mau nemu jalan

keluarnya.

JONATAN

Dari tadi gue tenang.

(beat)

Apalagi kalian baru saja ngebuktiin

kalau nggak ada satupun dari kalian

yang bisa dipercaya.

KARA

Gue beneran enggak ada...

ROBIN

Sudah, Kar! Enggak usah dibahas

lagi.

Suara pelan televisi kini dapat terdengar jelas di tengah kediaman itu. Tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan.

Erin memecah keheningan.

ERIN

Kara enggak pernah balesin grup.

Dia enggak pernah setuju sama kita.

Robin menatap Erin dengan kesal.

ERIN (CONT'D)

Gue pikir lo semua perlu tahu.

Jonatan berdiri, dia menegak habis isi gelasnya.

JONATAN

Kita temenan selama ini enggak ada

gunanya ternyata.

ROBIN

Jo, tapi, akhirnya kita semua tetap

datang kesini.

Jonatan tampak berpikir, lalu dia memasang wajah acuh tak acuh.

JONATAN

Ya, ya.

Jonatan melangkah menjauhi sofa. Jonatan melangkah ke sisi lain ruangan. Dia membuka sebuah laci, lalu menarik keluar beberapa KANTUNG PLASTIK SAMPAH besar berwarna hitam. Dia membawanya ke meja kayu itu.

JONATAN

Bantu gue nemuin semua senjata

pembunuhan yang kalian lihat, dan

semua barang yang kalian anggap

bisa dipakai buat nyakitin orang.

Gue bisa nunjukkin dimana palu sama

kunci pas gue.

Delon mencibir, lalu dengan nada mengejek, dia bertanya.

DELON

Bukannya lo mau nangkep pembunuhnya

ya?

JONATAN

Gue punya cara sendiri. Sekarang,

pertama-tama, kosongin isi kantong

sama tas kalian.

ERIN

Serius lo?

Alen tampak gugup.

JONATAN

Kita main pakai peraturan gue.

Kalian ngelakuin ini, dan mungkin

kalian cuma harus ada di sini

sampai besok pagi, percaya sama

gue.

ROBIN

Besok pagi?

JONATAN

Iya. Ini tindakan pencegahan.

Semua orang di dalam ruangan itu bergeming, tidak tertarik.

JONATAN (CONT'D)

Pilihannya itu, atau berhari-hari

diganggu polisi sama bokap gue.

Mereka semua berpikir singkat sebelum akhirnya Robin menarik dompetnya dan meletakkanya di meja, mulai mengosongkan kantongnya. Jonatan mengangguk padanya.

JONATAN (CONT'D)

Makasih, Bin.

Robin mengangguk malas. Teman-teman yang lain juga akhirnya menyerah dan tidak melawan, mereka mulai melakukan apa yang diminta Jonatan.

Tidak ada apa-apa di kantung mereka. Tetapi, ketika Alen menuangkan isi tasnya, sebuah PISAU SAKU menarik perhatian Jonatan.

JONATAN

Itu apa, Len?

Alen tampak ketakutan. Dia melihat ke bawah, matanya bergerak-gerak dengan liar menyapu lantai.

ALEN

Sumpah gue bawa itu cuma buat

perlindungan.

JONATAN

Perlindungan?

Jonatan melangkah ke arahnya, dia meraih pisau saku itu.

ALEN

Beneran, Jo! Gue nggak bohong,

enggak bohong!

Jonatan bergerak semakin dekat, dia memojokkan Alen.

JONATAN

Lo ngapain bawa pisau ke rumah gue,

HAH?!

KARA

Jo, sudah!

Alen mulai menangis, tindakan Jonatan semakin mengintimidasi.

ALEN

(panik)

Sumpah gue bawa cuma karena gue

takut, gue pernah diikutin sama

cowo, gue takut banget sampai

enggak pernah ngerasa aman lagi

habis itu, gue berani sumpah, gue

enggak bohong, Jo! Tolong, Jo,

maaf, maaf, iya, gue minta maaf...

Kara bergerak dengan cepat ke Alen, dia lalu memeluknya.

KARA

(ke Alen)

Udah, Len, udah, enggak apa-apa.

(ke Jonatan)

Ambil pisaunya, Jo! Enggak usah

deket-deket sama dia lagi!

JONATAN

Oke... oke.

(beat)

Tapi, kalau ternyata dia

pembunuhnya...

ROBIN

Cukup, Jo! Ini bukan salah satu

persidangan lo. Cowok kayak lo itu

alasan JELAS kenapa dia butuh

pisaunya.

Long pause.

Jonatan mengangguk pelan, kalah, dia lalu mundur. Semua orang menatapnya dengan penuh tekanan, rasa tidak percaya, dan takut.

Jonatan membuka plastik sampahnya dan melempar pisau saku Alen ke dalamnya. Dia lalu tampak menenangkan diri.

JONATAN

Jadi, gini caranya.

INT. RUMAH MEWAH - VARIOUS - MONTAGE

Setiap orang yang ada di rumah itu dapat terlihat sibuk melangkah ke dalam ruangan yang berbeda-beda dengan plastik sampah di tangan mereka.

JONATAN (V.O)

Masuk ke semua ruangan di rumah

ini, tapi enggak ada yang boleh ada

di ruangan yang sama bareng gue.

Jonatan tampak berjalan ke salah satu ruangan, dia masuk dan menutup pintu itu. KAMAR TAMU.

JONATAN (V.O) (CONT'D)

Gue bakalan mulai dari kamar tamu,

bokap gue selalu bawa senjatanya

kemana-mana, dia mungkin nyimpen di

sana waktu nginep kemarin-kemarin.

Jonatan mengeluarkan kunci dari sakunya, dia lalu mengunci pintu ruangan itu.

JONATAN (V.O) (CONT'D)

Gue bakalan ngunci diri gue waktu

re-check semua ruangan.

Jonatan mulai mengecek ruangan itu, mencari senjata.

JONATAN (V.O) (CONT'D)

Ruangan yang sudah gue re-check,

bakalan gue kunci.

Jonatan berjalan di koridor, plastik sampah di tangannya sudah tampak terisi sedikit.

Dia melangkah melewati salah satu kamar di rumah itu dan berhenti untuk melihat Kara. Kara yang tidak sadar akan kehadirannya sedang sibuk memeriksa sebuah LEMARI. Plastik sampahnya yang masih terisi sedikit ada di sampingnya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka di depan Jonatan. Delon keluar dari salah satu ruangan, dia menatap Jonatan, lalu memberikannya isyarat jika dia sudah selesai memeriksa ruangan itu.

JONATAN (V.O) (CONT'D)

Kalau semuanya sudah selesai...

Erin tampak melangkah keluar dari salah satu ruangan. Diamelihat Delon, mereka mengangguk, menyapa dalam diam.

JONATAN (V.O) (CONT'D)

Kita kumpul disini lagi.

MONTAGE ENDS.

INT. RUMAH MEWAH - LANTAI DUA - KAMAR - NIGHT

Kara melihat Erin melangkah melalui pintu ruangan yang terbuka.

KARA

Rin.

Erin berhenti. Dia menoleh dan tersenyum ke arah Kara.

ERIN

Hei.

Kara melangkah menjauh dari lemari.

KARA

Gue belum bilang makasih buat tadi.

Kara tersenyum hangat, namun wajahnya juga tampak lelah. Erin bersandar pada pintu ruangan, dia meletakkan plastik sampahnya.

ERIN

Santai. Emang bener kok.

KARA

Tetep saja. Lo nyelamatin gue dari

situasi kacau tadi.

Erin mengangguk.

Ada kediaman, hanya sebentar. Topik selanjutnya dengan natural muncul dari Erin.

ERIN

Delon emang beneran bilang gitu ya?

KARA

Bilang apa?

ERIN

Soal blindspot rumah.

Rasa bersalah merayap ke sekujur tubuh Kara.

KARA

I... Iya, tapi dia bener, mata

orang biasa juga tahu, bisa

kira-kira. Gue enggak tahu kenapa

tadi nyalahin dia.

Kara mulai bergerak-gerak tidak nyaman, Erin melangkah masuk ke dalam ruangan, auranya menenangkan.

ERIN

Sudah, Kar. Enggak apa-apa. Gue

tahu lo enggak ada maksud.

Erin mengusap-ngusap lengan Kara.

ERIN (CONT'D)

Kita semua bingung. Tapi, tenang

saja, ada gue.

KARA

Kita sendiri-sendiri sekarang, Rin.

ERIN

Maksudnya?

KARA

Lo seharusnya enggak sepercaya itu

sama gue.

Wajah Erin langsung membentuk ekspresi kecewa dan terluka yang halus, dia mendengus.

ERIN

Dan lo juga enggak percaya sama

gue? Kita sudah temenan berapa

lama, Kar? Lo kenal gue kan?

KARA

Kita semua juga kenal Jonatan, tapi

salah satu dari kita bisa-bisanya

mikir mau bunuh dia.

ERIN

Itu menurut dia, Kar. Dia enggak

pernah punya masalah sama kita

semua, gue yakin enggak ada yang

kepikiran sampe sejauh itu.

KARA

Kalian semua jelas banget benci

sama dia.

ERIN

Karena dia bunuh orang dan bisa

bebas gitu saja, Kar. Itu bukan

alasan yang bisa sampai matiin

orang, enggak ada urusannya sama

kita.

KARA

Keluarga saja bisa bunuh satu sama

lain, kita apa? Kita semua bahkan

enggak sedarah.

Erin tidak tahu harus menjawab apa selama beberapa detik.

ERIN

Jadi, sekarang lo nuduh gue?

KARA

Gue nuduh semua orang, dan kalian

juga boleh nuduh gue. Intinya, ini

bukan waktunya buat bisa percaya

sama orang.

Erin membuang muka, sebuah penolakan. Kara merasa tidak enak.

KARA (CONT'D)

Sori... Gue takut, Rin.

ERIN

Itu kenapa lo sama gue butuh orang

yang bisa dipercaya, Kar. Lo kira

gue enggak takut? Gue ngelihat

orang pakai hoodie hitam diem deket

mobil lo saja pikiran kemana-mana.

Padahal cuma lagi ngiket tali

sepatu.

Kara tercengung. Kata-kata itu telah membuyarkan pikirannya yang lain.

KARA

Lo liat apa?

ERIN

Orang di jalan. Tetangga paling.

Tanpa aba-aba, Kara melesat melewati Erin.

ERIN

Kar?

Kara tidak menjawab. Dengan cepat, dia telah berada di luar pintu, matanya tertuju pada tangga. Erin menyusul dengan tergopoh-gopoh.

ERIN (CONT'D)

Kar, ada apa sih?

Kara tidak menurunkan kecepatannya, dia berlari menuruni tangga. Erin dengan susah payah berusaha mengikutinya. Robin yang sedang berdiri sambil menatap PONSELNYA, melihat apa yang terjadi di antara mereka berdua.

INT. RUMAH MEWAH - LANTAI SATU - NIGHT

Kara sampai di ujung tangga. Dia dengan gesit menembus ruangan-ruangan yang ada di lantai pertama, menuju ke pintu depan.

Erin yang masih berusaha mengikutinya tidak sengaja menendang TEMPAT SAMPAH yang ada di ruang tamu. Dia langsung menggunakan kakinya untuk membetulkan letak tempat sampah dengan asal, matanya tetap tertuju pada Kara.

ERIN

Kar, tunggu!

Kara membuka pintu depan dan berlari ke-

EXT. RUMAH MEWAH - NIGHT

-jalanan yang kosong. Mata Kara memindai seluruh area itu, dia terengah-engah. Mobil mereka tetap ada di tempat. Tidak ada siapa-siapa.

Erin menyusul keluar. Dia juga mengatur nafas, ikut melihat sekeliling.

ERIN

Apaan sih?

Kara akhirnya menoleh ke arah Erin.

KARA

Lo harusnya bilang dari tadi, Rin.

ERIN

Soal orang itu? Cuma orang lewat

kok.

KARA

Bisa juga itu pembunuhnya, Rin!

Robin menyusul keluar dari dalam rumah. Dia berdiri di teras depan rumah.

ROBIN

(agak berteriak)

Kalian ngapain?

Kara melangkah ke mobilnya, lalu berlutut, dia dengan susah payah melawan gaunnya untuk melihat ke bawah mobil.

Robin melangkah ke jalanan.

ROBIN (CONT'D)

Kenapa?

ERIN

(ke Robin)

Enggak tahu, Bin.

(ke Kara)

Kar, lo jangan bikin gue takut!

Kara berdiri, dia mengintip ke dalam mobilnya. Tidak ada apa-apa, bersih.

Menyadari dia tidak memiliki tasnya, Kara semakin panik, dia mengumpat pelan.

Robin mendekat.

ROBIN

Kar, kena...

Kara bergerak kembali, seakan tidak menyadari kehadiran kedua temannya, dia melangkah cepat masuk ke dalam rumah. Robin terus mengikutinya, dia berhenti sejenak untuk menenangkan Erin yang kebingungan.

ROBIN (CONT'D)

Tunggu sini.

INT. RUMAH MEWAH - RUANG TAMU - NIGHT

Kara menghambur ke arah meja yang masih dipenuhi barang-barang mereka. Dia meraih tas tangannya, lalu mengeluarkan kunci mobilnya.

ROBIN

Kar, kenapa?

Kara kembali tidak memperdulikan Robin. Mereka berjalan melalui mulut koridor tepat ketika Alen turun dari tangga, kebingungan melihat keriuhan itu.

EXT. RUMAH MEWAH - NIGHT

Kara melangkah keluar dari rumah, menyodorkan kunci mobilnya dan menekannya. Mobilnya berkedip, terkunci.

Kara membeku. Dia menekan kunci itu lagi, dan melangkah mendekat ke mobilnya.

ROBIN

Ngomong dong!

KARA

Ada yang masuk ke mobil gue!

ERIN

Bisa saja lo yang lupa kunci, kan?

Kara sibuk membuka-buka dasbor mobil, tidak ada yang hilang.

Dia kemudian beralih ke sebuah tas biru tua dari kursi belakang mobilnya, menariknya ke hadapannya, lalu mulai membukanya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar