Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Elephant in The Murder
Suka
Favorit
Bagikan
2. Makan Malam

INT. RUMAH MEWAH - RUANG MAKAN - LATER

Seluruh tamu duduk di meja makan yang besar dan bersih. Delon duduk di samping Kara. Seluruh alat makan telah diletakkan dengan tertata, makanan juga telah tersaji di piring semua orang. 

Tidak ada yang bicara di meja itu, semua tersenyum menatap satu sama lain. Suara hanya muncul dari Robin yang membuka tutup wine dengan berisik dan menuangkan isinya ke gelas di hadapannya.

Jonatan muncul dari dapur, melangkah dengan cepat, membawa panci, ia melangkah ke arah tempat duduknya.

JONATAN

Ini punya gue, terakhir.

Jonatan memindahkan makanan dari panci ke piringnya.

JONATAN (CONT'D)

Makan duluan saja, nggak usah

nunggu. Bentar, gue balik lagi

habis ini.

Jonatan menghilang kembali ke dapur. Robin masih memegang botol wine di tangannya.

ROBIN

Ada yang mau? Ini enggak ada

alkoholnya, aman.

Delon mendorong gelasnya ke arah Robin.

DELON

Isiin, Bin.

ROBIN

Uuuu... Sudah berani isi-isi si Delon.

Robin memasang wajah sok menggoda. Delon akhirnya tertawa.

DELON

Apaan sih lo?

ROBIN

Nah, itu! Apaan sih guys, kita

setahunan enggak ketemu lho ini,

bahas apa kek gitu, diem mulu dari

tadi.

KARA

Gue justru nunggu ada yang ngomong.

ERIN

Iya, sama. Lagian, tadi kan kita

sudah catch up gitu.

ROBIN

Introvert semua, heran.

ALEN

Gue Sanguin.

Semua menoleh ke arah Alen.

ROBIN

Beda kategori, Alen sayang.

ALEN

Ya sudah, gimana kalo kita

ngomongin lipstick gue?

ROBIN

Nggak, makasih. Lo sudah berapa

kali ke toilet hari ini, Bu?

Semua tertawa.

DELON

Woi, lo belum isiin minum gue.

ROBIN

Lupa, Paduka.

Suasana ruangan itu sudah menjadi ringan, Robin mengisi gelas Delon, Erin juga menyodorkan gelasnya ke arah Robin. Jonatan kemudian muncul kembali, memutarbalikkan keadaan, Delon mulai menggoyang-goyangkan kakinya.

JONATAN

Pada ngomongin apa nih? Jangan

tinggalin gue dong.

KARA

Um... Kita tadi baru saja mau

ngomongin kerjaan sih. Jadi, gimana

kerjaan kalian?

ERIN

Iya, iya, ini nih. Jadi, gue... Gue

ada satu klien di kantor interior

gue kan, nyebelin banget. Namanya

Bu Ratna, Kara juga tahu kok. Dia

terus-terusan ganti desain yang

sudah dia okein. Kayak misalnya,

maunya barang ini ada di sana,

maunya warna ini buat barang ini,

maunya bentuk ini buat itu. Setiap

kali gue sudah nurutin yang dia

mau, diganti lagi sama dia

besoknya.

JONATAN

Nggak kelar-kelar dong itu kerjaan.

Jonatan mulai memakan makanan di piringnya, yang lain segera mengikuti.

ROBIN

Eh, bukannya nama tantenya Jonatan

juga Ratna ya? Wah, parah lo, Rin, ngeledek.

ERIN

Ye, mana gue tahu?

JONATAN

Bukan, bukan. Kayaknya lo pada belum

pernah ketemu tante gue.

DELON

Iya, ya. Gue baru

sadar kalo enggak pernah tahu

anggota keluarga lo pada selain

bokap sama nyokap.

KARA

Sudah lama banget juga enggak ketemu

mereka loh.

ROBIN

Yang penting pada masih sehat-sehat.

ERIN

Kita ngumpul bareng saja semua rame-rame gitu

kapan-kapan.

ALEN

Iya, boleh tuh. Gue bener-bener sudah lupa

semua muka nyokap bokap kalian, ingetnya

cuma kalau semua punya muka orang baik.

ERIN

Ya sudah, yuk, adain, yuk. Kita adain

setelah semua masalah selesai.

Erin meraih winenya, ia meminumnya setegak sebelum menyadari kediaman yang mencekik. Suara kaki Delon yang digoyangkannya semakin keras dapat terdengar.

JONATAN

Masalah apa?

Semua orang mulai saling menatap dengan tidak nyaman.

ERIN

Enggak apa-apa. Masalah... keluarga

gue.

Kara mengambil tindakan.

KARA

Iya, Erin cerita ke gue. Jadi

pertemuannya tunggu masalah privasi dia

kelar dulu.

ROBIN

Gampang lah, itu nanti bisa diatur.

Gantian, gantian. Gue mau cerita,

di kerjaan gue, pernahnya ada

yang kabur bawa duit.

ALEN

Serius?

ROBIN

Iya, tapi itu sudah lama banget

sih. Parah banget deh waktu itu,

Malah enggak ketangkep pula

orangnya sampai sekarang. Jadi

enggak bisa nyewa jasa lo deh, Jo.

Robin tertawa.

JONATAN

Lo pastiin dulu bisa bayar gue.

ROBIN

Eh, berapa emangnya hah?

Robin menarik keluar dompetnya dengan gaya menantang. Semua teman-temannya mulai menggodanya.

Tetapi, yang dia keluarkan dari dompetnya malah sebuah KARTU PLASTIK, mirip kartu kredit.

ROBIN (CONT'D)

Ini gue ada kartu diskon gede

seminggu full buat makan di

restoran mahal.

DELON

Yaelah, kirain.

Kini Jonatan yang tertawa.

ROBIN

Ini trik psikologi. Gue bangun ekspetasi lo pakai

kartu yang mirip kartu kredit. Siapa lagi

yang kena selain Delon?

ALEN

Gila, sejak kapan lo belajar psikologi?

Padahal yang gila kan lo.

Semua tertawa. Erin masih tampak kurang nyaman, dia memaksakan tawa, Jonatan lalu melanjutkan.

JONATAN

Kalau gue, pernah rugi banyak

karena sudah terlanjur ngebantuin

orang lain, sehari sebelum lawannya

nawarin gue harga tinggi.

KARA

Kenapa enggak pindah pihak lo?

JONATAN

Nggak boleh, ada kode etiknya, bisa

dipecat gue.

DELON

Ngomong-ngomong, lo tinggal di

rumah kayak gini kok nggak pake

CCTV ya?

JONATAN

Keluarga gue nggak pernah percaya

sama CCTV, On. Parno. Pernah ada

perusahaan CCTV yang ngelanggar

privasi konsumen, siapa yang tahu

kan apa yang dicolong?

KARA

Lawan lo?

JONATAN

Bukan. Justru gue yang nyelamatin

dia. Tapi, sejak hari itu, keluarga

gue nggak ada yang mau masang CCTV.

Delon menatap Kara dengan tatapan 'sudah gue bilang'. Kara

menyadarinya, tetapi kemudian mengalihkan perhatian.

DELON

Terus, kenapa lo bela kalau salah, Jo?

Kara kembali menatap Delon, dia melotot. Keadaan kembali

menjadi agak tidak nyaman, Jonatan tertawa dengan canggung.

JONATAN

Soalnya itu kerjaan gue.

DELON

Buat ngebela yang salah?

JONATAN

Buat ngebela yang bayar. Ini

kerjaan, gue dibayar buat kerja.

DELON

Walaupun klien lo ngebunuh orang?

Senyum di wajah Jonatan menghilang. Seluruh tamu kini tampak

benar-benar tidak nyaman.

JONATAN

On, ada yang namanya bukti, saksi,

banyak faktornya. Gue cuma ngebela

pihak yang gue yakin bakalan

menang.

DELON

Jadi lo maunya nggak pernah kalah?

Robin mengangkat tangannya sedikit, berusaha menenangkan Delon. Dia menggeleng-geleng.

JONATAN

Lo gimana? Toko lo masih jadi

sarang preman?

DELON

Lo kapan ke toko gue?

JONATAN

Gue menjarain salah satu preman

daerah sana.

Jonatan memasang tampang mengancam. Delon akhirnya diam. Erin tiba-tiba melanjutkan.

ERIN

Kerjaan lo gimana, On?

Delon tampak agak terkejut ketika ditanya, dia lalu menegakkan duduknya.

DELON

Toko gue oke oke saja, sudah mau

ekspansi, buka cabang.

ALEN

Gaya lo.

ROBIN

Weh, lain kali mampir boleh dong.

Percakapan terus berlangsung. Kara menatap teman-temannya, suara di sekelilingnya seakan pudar.

Kara menyadari semua teman-temannya memasang wajah senang yang palsu. Robin dan Delon masih berbicara, Kara menatap onatan yang menyimak pembicaraan sambil memotong daging di piringnya.

Potongannya rapi, terhitung, dan hati-hati.

INT. RUMAH MEWAH - RUANG TAMU - NIGHT

Orang-orang berkumpul di sekitar sofa. Televisi di ruang tamu sudah menyala, dan meja kayunya kini penuh oleh makanan dan minuman ringan.

Jonatan duduk seorang diri, terpisah, tampak sedang memperhatikan sesuatu di dalam ruangan itu.

Delon menuang sereal ke dalam mangkuk besar, Robin menatapinya dengan ekspresi aneh.

ROBIN

Lo sadar enggak ada yang makan itu

malem-malem kan?

DELON

Kata siapa? Gue makan nih.

Delon meremas bungkus aluminium serealnya yang sudah kosong.

ROBIN

Aneh banget.

DELON

Kebiasaan nelen apa saja ya gini

ini.

ROBIN

(ke Jonatan)

Kenapa lo ngeluarin sereal jadi

snack sih?

JONATAN

Lho, emang itu bukan snack?

Delon mengangkat mangkoknya, mengambil segenggam besar sereal itu, lalu memasukkannya penuh-penuh ke dalam mulutnya sambil menatap Robin yang masih memperhatikannya.

Jonatan ternyata terfokus pada Erin yang kini sedang berbicara dengan Alen, suara mereka tidak sepelan yang mereka bayangkan.

ERIN

Len, toilet dimana ya?

ALEN

Lo masuk lewat dapur habis itu

lurus saja, toiletnya di kiri.

Erin tersenyum dan berlalu, mata Jonatan memandangi setiap langkahnya. Ketika Erin melangkah lewat, menuju ke arah dapur, Jonatan berdiri dengan gerak yang pelan dan tenang.

INT. RUMAH MEWAH - KORIDOR DAPUR - NIGHT

Erin berjalan dengan santai melewati koridor yang membatasi dapur dan ruangan lain. Jonatan mengintai di belakangnya, seperti bayangan yang tidak diinginkan.

JONATAN

Toilet?

Erin terkejut, dengan seketika membalik badannya.

ERIN

Jangan ngagetin gue kayak gitu, Jo.

JONATAN

Sori.

(beat)

Toilet cuma maju lagi dikit,

pintu yang itu.

Jonatan menunjuk sebuah pintu dengan tangannya yang memegang gelas. Erin menatap pintu itu, dia terlihat tidak nyaman lagi.

ERIN

Makasih.

Erin hendak berbalik, tetapi Jonatan berbicara.

JONATAN

Sebelum lo ke sana...

Jonatan melangkah mendekat, Erin mengambil langkah kecil untuk mundur, dia menelan ludah.

JONATAN (CONT'D)

Gue mau nanya sesuatu.

ERIN

Nggak bisa nanti saja?

JONATAN

Bentar doang.

ERIN

Apa?

Jonatan bergerak semakin dekat.

JONATAN

Gue penasaran,

Erin berusaha untuk berdiri diam.

JONATAN (CONT'D)

Kara pernah nggak sih ngomongin

soal Delon sama lo? Lo berdua kan

deket.

Erin berkedip, hampir tidak percaya apa yang baru didengarnya.

ERIN

Enggak, kenapa?

JONATAN

Beneran? Soalnya gue lihat dia

terus-terusan ngelihatin Kara.

Erin menatap Jonatan, dia sadar apa yang sedang terjadi.

ERIN

Lo cemburu? Jangan bilang lo suka

sama Kara.

Jonatan mengusap bagian belakang kepalanya, dia tersenyum, tampak malu untuk waktu yang sangat singkat.

JONATAN

Gue percaya sama lo.

Jonatan berbalik, dia hendak melangkah kembali ke ruang tamu ketika Erin tiba-tiba meninggikan suaranya, terdengar marah.

ERIN

Enggak usah nyoba-nyoba.

Jonatan berhenti.

ERIN (CONT'D)

Gue lebih mending Kara sama siapa

saja dari pada sama pembunuh kayak

lo.

Jonatan tampak terganggu, tetapi dia menahannya. Dia lalu berbalik menghadap Erin.

JONATAN

Gue bukan pembunuh.

ERIN

Oh ya?

JONATAN

Kenapa lo semua ngira gue bisa

ngelakuin hal kayak gitu?

ERIN

Lo tahu jelas kenapa.

JONATAN

Terserah lo, Rin.

Jonatan berbalik.

ERIN

Gue kenal orang yang lo lindas, Jo.

Jonatan berdiri diam, tidak bergerak, tidak sedikitpun. Erin melangkah agak mendekat.

ERIN (CONT'D)

Gue enggak tahu dia ngapain lo. Dia

klien lama gue, jadi gue tahu jelas

seberapa jauh dia bisa bikin orang

enggak tahan sama dia. Meskipun

kita nggak suka sama dia, bukan gue

yang bunuh dia.

Pause. Jonatan terdiam selama beberapa detik.

JONATAN

Gue nggak ngelindas siapa-siapa.

Tanpa menunggu respon, Jonatan meninggalkan ruangan itu.

INT. RUMAH MEWAH - RUANG TAMU - NIGHT

Jonatan melangkah ke dalam ruang tamu, semua menyadari kehadirannya, tidak ada yang berkomentar.

ROBIN

(Ke Delon)

Sumpah, kita jelek banget dulu.

Robin menunjukkan ponselnya kepada Delon. Delon mengerang, Robin tertawa.

ROBIN (CONT'D)

Ini kenapa make celananya tinggi

banget?

DELON

Lo ngapain masih nyimpen foto

gituan sih?

ROBIN

Idih, mentang-mentang sudah keren sekarang,

aib mau dihilangin semua.

Kara menatap televisi sambil meminum sodanya. Alen kemudian menyadari sesuatu begitu melihat ke arah ponselnya.

ALEN

Ini ada yang salah sama tivi nya

atau hape gue yang salah?

ROBIN

Kenapa lagi, BRO?

ALEN

(Ke Robin)

Stop, ya.

(ke semua orang)

Harusnya countdown tahun barunya

sudah mulai, ini semenit lagi jam

dua belas.

DELON

Yakin jam di hape lo bener Len?

Orang-orang menarik keluar ponsel mereka. Erin masuk ke dalam ruangan.

DELON (CONT'D)

Iyap, jamnya sama.

KARA

Telat paling channel yang ini.

Kara meraih remot, dia lalu mengganti channel di televisi itu. Tidak ada yang memberitakan pergantian tahun, tidak ada yang menghitung mundur.

ERIN

Kenapa?

PONSEL JONATAN: jam di layar berubah menjadi 23:60.

JONATAN

Apa-apaan?

Kara dan yang lain kembali melihat ponsel mereka.

KARA

Kok bisa jadi enam puluh?

ERIN

Apaan sih?

ROBIN

Cek hape lo, Rin.

ERIN

Hape gue di tas.

Erin berjalan ke samping Kara untuk melihat ponselnya.

ERIN (CONT'D)

Eh, kok bisa gini?

Jonatan melesat ke jendela rumah, dia membuka tirainya, menatap keluar jalanan. Sepi.

JONATAN

Enggak ada yang heboh juga di luar.

Tivi tadi juga enggak beritain ini

kan? Cek internet coba.

KARA

Ini, ini, ada beritanya beberapa

hari lalu. Katanya... Katanya ada

fenomena "Lompatan Detik", langka,

dan... kejadiannya hari ini.

Kara menunjukkan layar ponselnya yang penuh oleh artikel

yang dibukanya kepada seisi ruangan.

ALEN

Tapi, ini menit, bukan detik.

ROBIN

Guys, ini enggak berhenti-berhenti.

DELON

Kayaknya gue pernah

dengar soal ini sebelumnya, ini

kejadian soalnya bumi berotasinya

jadi lebih pelan, kita dulu pernah

dapat tambahan satu detik pas

tahun... gue lupa kapan.

JONATAN

Ada kejadian apa waktu itu?

DELON

Kayaknya enggak ada apa-apa,

soalnya cuma sedetik. Tapi

kayaknya, perusahaan yang ada

hubungannya sama internet harus

ngurus biar enggak keganggu

sistemnya.

ERIN

Ini sudah lebih dari dua menit.

Nggak bakalan ada apa-apa kan?

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar