Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUMAH MEWAH - RUANG MAKAN - LATER
Seluruh tamu duduk di meja makan yang besar dan bersih. Delon duduk di samping Kara. Seluruh alat makan telah diletakkan dengan tertata, makanan juga telah tersaji di piring semua orang.
Tidak ada yang bicara di meja itu, semua tersenyum menatap satu sama lain. Suara hanya muncul dari Robin yang membuka tutup wine dengan berisik dan menuangkan isinya ke gelas di hadapannya.
Jonatan muncul dari dapur, melangkah dengan cepat, membawa panci, ia melangkah ke arah tempat duduknya.
JONATAN
Ini punya gue, terakhir.
Jonatan memindahkan makanan dari panci ke piringnya.
JONATAN (CONT'D)
Makan duluan saja, nggak usah
nunggu. Bentar, gue balik lagi
habis ini.
Jonatan menghilang kembali ke dapur. Robin masih memegang botol wine di tangannya.
ROBIN
Ada yang mau? Ini enggak ada
alkoholnya, aman.
Delon mendorong gelasnya ke arah Robin.
DELON
Isiin, Bin.
ROBIN
Uuuu... Sudah berani isi-isi si Delon.
Robin memasang wajah sok menggoda. Delon akhirnya tertawa.
DELON
Apaan sih lo?
ROBIN
Nah, itu! Apaan sih guys, kita
setahunan enggak ketemu lho ini,
bahas apa kek gitu, diem mulu dari
tadi.
KARA
Gue justru nunggu ada yang ngomong.
ERIN
Iya, sama. Lagian, tadi kan kita
sudah catch up gitu.
ROBIN
Introvert semua, heran.
ALEN
Gue Sanguin.
Semua menoleh ke arah Alen.
ROBIN
Beda kategori, Alen sayang.
ALEN
Ya sudah, gimana kalo kita
ngomongin lipstick gue?
ROBIN
Nggak, makasih. Lo sudah berapa
kali ke toilet hari ini, Bu?
Semua tertawa.
DELON
Woi, lo belum isiin minum gue.
ROBIN
Lupa, Paduka.
Suasana ruangan itu sudah menjadi ringan, Robin mengisi gelas Delon, Erin juga menyodorkan gelasnya ke arah Robin. Jonatan kemudian muncul kembali, memutarbalikkan keadaan, Delon mulai menggoyang-goyangkan kakinya.
JONATAN
Pada ngomongin apa nih? Jangan
tinggalin gue dong.
KARA
Um... Kita tadi baru saja mau
ngomongin kerjaan sih. Jadi, gimana
kerjaan kalian?
ERIN
Iya, iya, ini nih. Jadi, gue... Gue
ada satu klien di kantor interior
gue kan, nyebelin banget. Namanya
Bu Ratna, Kara juga tahu kok. Dia
terus-terusan ganti desain yang
sudah dia okein. Kayak misalnya,
maunya barang ini ada di sana,
maunya warna ini buat barang ini,
maunya bentuk ini buat itu. Setiap
kali gue sudah nurutin yang dia
mau, diganti lagi sama dia
besoknya.
JONATAN
Nggak kelar-kelar dong itu kerjaan.
Jonatan mulai memakan makanan di piringnya, yang lain segera mengikuti.
ROBIN
Eh, bukannya nama tantenya Jonatan
juga Ratna ya? Wah, parah lo, Rin, ngeledek.
ERIN
Ye, mana gue tahu?
JONATAN
Bukan, bukan. Kayaknya lo pada belum
pernah ketemu tante gue.
DELON
Iya, ya. Gue baru
sadar kalo enggak pernah tahu
anggota keluarga lo pada selain
bokap sama nyokap.
KARA
Sudah lama banget juga enggak ketemu
mereka loh.
ROBIN
Yang penting pada masih sehat-sehat.
ERIN
Kita ngumpul bareng saja semua rame-rame gitu
kapan-kapan.
ALEN
Iya, boleh tuh. Gue bener-bener sudah lupa
semua muka nyokap bokap kalian, ingetnya
cuma kalau semua punya muka orang baik.
ERIN
Ya sudah, yuk, adain, yuk. Kita adain
setelah semua masalah selesai.
Erin meraih winenya, ia meminumnya setegak sebelum menyadari kediaman yang mencekik. Suara kaki Delon yang digoyangkannya semakin keras dapat terdengar.
JONATAN
Masalah apa?
Semua orang mulai saling menatap dengan tidak nyaman.
ERIN
Enggak apa-apa. Masalah... keluarga
gue.
Kara mengambil tindakan.
KARA
Iya, Erin cerita ke gue. Jadi
pertemuannya tunggu masalah privasi dia
kelar dulu.
ROBIN
Gampang lah, itu nanti bisa diatur.
Gantian, gantian. Gue mau cerita,
di kerjaan gue, pernahnya ada
yang kabur bawa duit.
ALEN
Serius?
ROBIN
Iya, tapi itu sudah lama banget
sih. Parah banget deh waktu itu,
Malah enggak ketangkep pula
orangnya sampai sekarang. Jadi
enggak bisa nyewa jasa lo deh, Jo.
Robin tertawa.
JONATAN
Lo pastiin dulu bisa bayar gue.
ROBIN
Eh, berapa emangnya hah?
Robin menarik keluar dompetnya dengan gaya menantang. Semua teman-temannya mulai menggodanya.
Tetapi, yang dia keluarkan dari dompetnya malah sebuah KARTU PLASTIK, mirip kartu kredit.
ROBIN (CONT'D)
Ini gue ada kartu diskon gede
seminggu full buat makan di
restoran mahal.
DELON
Yaelah, kirain.
Kini Jonatan yang tertawa.
ROBIN
Ini trik psikologi. Gue bangun ekspetasi lo pakai
kartu yang mirip kartu kredit. Siapa lagi
yang kena selain Delon?
ALEN
Gila, sejak kapan lo belajar psikologi?
Padahal yang gila kan lo.
Semua tertawa. Erin masih tampak kurang nyaman, dia memaksakan tawa, Jonatan lalu melanjutkan.
JONATAN
Kalau gue, pernah rugi banyak
karena sudah terlanjur ngebantuin
orang lain, sehari sebelum lawannya
nawarin gue harga tinggi.
KARA
Kenapa enggak pindah pihak lo?
JONATAN
Nggak boleh, ada kode etiknya, bisa
dipecat gue.
DELON
Ngomong-ngomong, lo tinggal di
rumah kayak gini kok nggak pake
CCTV ya?
JONATAN
Keluarga gue nggak pernah percaya
sama CCTV, On. Parno. Pernah ada
perusahaan CCTV yang ngelanggar
privasi konsumen, siapa yang tahu
kan apa yang dicolong?
KARA
Lawan lo?
JONATAN
Bukan. Justru gue yang nyelamatin
dia. Tapi, sejak hari itu, keluarga
gue nggak ada yang mau masang CCTV.
Delon menatap Kara dengan tatapan 'sudah gue bilang'. Kara
menyadarinya, tetapi kemudian mengalihkan perhatian.
DELON
Terus, kenapa lo bela kalau salah, Jo?
Kara kembali menatap Delon, dia melotot. Keadaan kembali
menjadi agak tidak nyaman, Jonatan tertawa dengan canggung.
JONATAN
Soalnya itu kerjaan gue.
DELON
Buat ngebela yang salah?
JONATAN
Buat ngebela yang bayar. Ini
kerjaan, gue dibayar buat kerja.
DELON
Walaupun klien lo ngebunuh orang?
Senyum di wajah Jonatan menghilang. Seluruh tamu kini tampak
benar-benar tidak nyaman.
JONATAN
On, ada yang namanya bukti, saksi,
banyak faktornya. Gue cuma ngebela
pihak yang gue yakin bakalan
menang.
DELON
Jadi lo maunya nggak pernah kalah?
Robin mengangkat tangannya sedikit, berusaha menenangkan Delon. Dia menggeleng-geleng.
JONATAN
Lo gimana? Toko lo masih jadi
sarang preman?
DELON
Lo kapan ke toko gue?
JONATAN
Gue menjarain salah satu preman
daerah sana.
Jonatan memasang tampang mengancam. Delon akhirnya diam. Erin tiba-tiba melanjutkan.
ERIN
Kerjaan lo gimana, On?
Delon tampak agak terkejut ketika ditanya, dia lalu menegakkan duduknya.
DELON
Toko gue oke oke saja, sudah mau
ekspansi, buka cabang.
ALEN
Gaya lo.
ROBIN
Weh, lain kali mampir boleh dong.
Percakapan terus berlangsung. Kara menatap teman-temannya, suara di sekelilingnya seakan pudar.
Kara menyadari semua teman-temannya memasang wajah senang yang palsu. Robin dan Delon masih berbicara, Kara menatap onatan yang menyimak pembicaraan sambil memotong daging di piringnya.
Potongannya rapi, terhitung, dan hati-hati.
INT. RUMAH MEWAH - RUANG TAMU - NIGHT
Orang-orang berkumpul di sekitar sofa. Televisi di ruang tamu sudah menyala, dan meja kayunya kini penuh oleh makanan dan minuman ringan.
Jonatan duduk seorang diri, terpisah, tampak sedang memperhatikan sesuatu di dalam ruangan itu.
Delon menuang sereal ke dalam mangkuk besar, Robin menatapinya dengan ekspresi aneh.
ROBIN
Lo sadar enggak ada yang makan itu
malem-malem kan?
DELON
Kata siapa? Gue makan nih.
Delon meremas bungkus aluminium serealnya yang sudah kosong.
ROBIN
Aneh banget.
DELON
Kebiasaan nelen apa saja ya gini
ini.
ROBIN
(ke Jonatan)
Kenapa lo ngeluarin sereal jadi
snack sih?
JONATAN
Lho, emang itu bukan snack?
Delon mengangkat mangkoknya, mengambil segenggam besar sereal itu, lalu memasukkannya penuh-penuh ke dalam mulutnya sambil menatap Robin yang masih memperhatikannya.
Jonatan ternyata terfokus pada Erin yang kini sedang berbicara dengan Alen, suara mereka tidak sepelan yang mereka bayangkan.
ERIN
Len, toilet dimana ya?
ALEN
Lo masuk lewat dapur habis itu
lurus saja, toiletnya di kiri.
Erin tersenyum dan berlalu, mata Jonatan memandangi setiap langkahnya. Ketika Erin melangkah lewat, menuju ke arah dapur, Jonatan berdiri dengan gerak yang pelan dan tenang.
INT. RUMAH MEWAH - KORIDOR DAPUR - NIGHT
Erin berjalan dengan santai melewati koridor yang membatasi dapur dan ruangan lain. Jonatan mengintai di belakangnya, seperti bayangan yang tidak diinginkan.
JONATAN
Toilet?
Erin terkejut, dengan seketika membalik badannya.
ERIN
Jangan ngagetin gue kayak gitu, Jo.
JONATAN
Sori.
(beat)
Toilet cuma maju lagi dikit,
pintu yang itu.
Jonatan menunjuk sebuah pintu dengan tangannya yang memegang gelas. Erin menatap pintu itu, dia terlihat tidak nyaman lagi.
ERIN
Makasih.
Erin hendak berbalik, tetapi Jonatan berbicara.
JONATAN
Sebelum lo ke sana...
Jonatan melangkah mendekat, Erin mengambil langkah kecil untuk mundur, dia menelan ludah.
JONATAN (CONT'D)
Gue mau nanya sesuatu.
ERIN
Nggak bisa nanti saja?
JONATAN
Bentar doang.
ERIN
Apa?
Jonatan bergerak semakin dekat.
JONATAN
Gue penasaran,
Erin berusaha untuk berdiri diam.
JONATAN (CONT'D)
Kara pernah nggak sih ngomongin
soal Delon sama lo? Lo berdua kan
deket.
Erin berkedip, hampir tidak percaya apa yang baru didengarnya.
ERIN
Enggak, kenapa?
JONATAN
Beneran? Soalnya gue lihat dia
terus-terusan ngelihatin Kara.
Erin menatap Jonatan, dia sadar apa yang sedang terjadi.
ERIN
Lo cemburu? Jangan bilang lo suka
sama Kara.
Jonatan mengusap bagian belakang kepalanya, dia tersenyum, tampak malu untuk waktu yang sangat singkat.
JONATAN
Gue percaya sama lo.
Jonatan berbalik, dia hendak melangkah kembali ke ruang tamu ketika Erin tiba-tiba meninggikan suaranya, terdengar marah.
ERIN
Enggak usah nyoba-nyoba.
Jonatan berhenti.
ERIN (CONT'D)
Gue lebih mending Kara sama siapa
saja dari pada sama pembunuh kayak
lo.
Jonatan tampak terganggu, tetapi dia menahannya. Dia lalu berbalik menghadap Erin.
JONATAN
Gue bukan pembunuh.
ERIN
Oh ya?
JONATAN
Kenapa lo semua ngira gue bisa
ngelakuin hal kayak gitu?
ERIN
Lo tahu jelas kenapa.
JONATAN
Terserah lo, Rin.
Jonatan berbalik.
ERIN
Gue kenal orang yang lo lindas, Jo.
Jonatan berdiri diam, tidak bergerak, tidak sedikitpun. Erin melangkah agak mendekat.
ERIN (CONT'D)
Gue enggak tahu dia ngapain lo. Dia
klien lama gue, jadi gue tahu jelas
seberapa jauh dia bisa bikin orang
enggak tahan sama dia. Meskipun
kita nggak suka sama dia, bukan gue
yang bunuh dia.
Pause. Jonatan terdiam selama beberapa detik.
JONATAN
Gue nggak ngelindas siapa-siapa.
Tanpa menunggu respon, Jonatan meninggalkan ruangan itu.
INT. RUMAH MEWAH - RUANG TAMU - NIGHT
Jonatan melangkah ke dalam ruang tamu, semua menyadari kehadirannya, tidak ada yang berkomentar.
ROBIN
(Ke Delon)
Sumpah, kita jelek banget dulu.
Robin menunjukkan ponselnya kepada Delon. Delon mengerang, Robin tertawa.
ROBIN (CONT'D)
Ini kenapa make celananya tinggi
banget?
DELON
Lo ngapain masih nyimpen foto
gituan sih?
ROBIN
Idih, mentang-mentang sudah keren sekarang,
aib mau dihilangin semua.
Kara menatap televisi sambil meminum sodanya. Alen kemudian menyadari sesuatu begitu melihat ke arah ponselnya.
ALEN
Ini ada yang salah sama tivi nya
atau hape gue yang salah?
ROBIN
Kenapa lagi, BRO?
ALEN
(Ke Robin)
Stop, ya.
(ke semua orang)
Harusnya countdown tahun barunya
sudah mulai, ini semenit lagi jam
dua belas.
DELON
Yakin jam di hape lo bener Len?
Orang-orang menarik keluar ponsel mereka. Erin masuk ke dalam ruangan.
DELON (CONT'D)
Iyap, jamnya sama.
KARA
Telat paling channel yang ini.
Kara meraih remot, dia lalu mengganti channel di televisi itu. Tidak ada yang memberitakan pergantian tahun, tidak ada yang menghitung mundur.
ERIN
Kenapa?
PONSEL JONATAN: jam di layar berubah menjadi 23:60.
JONATAN
Apa-apaan?
Kara dan yang lain kembali melihat ponsel mereka.
KARA
Kok bisa jadi enam puluh?
ERIN
Apaan sih?
ROBIN
Cek hape lo, Rin.
ERIN
Hape gue di tas.
Erin berjalan ke samping Kara untuk melihat ponselnya.
ERIN (CONT'D)
Eh, kok bisa gini?
Jonatan melesat ke jendela rumah, dia membuka tirainya, menatap keluar jalanan. Sepi.
JONATAN
Enggak ada yang heboh juga di luar.
Tivi tadi juga enggak beritain ini
kan? Cek internet coba.
KARA
Ini, ini, ada beritanya beberapa
hari lalu. Katanya... Katanya ada
fenomena "Lompatan Detik", langka,
dan... kejadiannya hari ini.
Kara menunjukkan layar ponselnya yang penuh oleh artikel
yang dibukanya kepada seisi ruangan.
ALEN
Tapi, ini menit, bukan detik.
ROBIN
Guys, ini enggak berhenti-berhenti.
DELON
Kayaknya gue pernah
dengar soal ini sebelumnya, ini
kejadian soalnya bumi berotasinya
jadi lebih pelan, kita dulu pernah
dapat tambahan satu detik pas
tahun... gue lupa kapan.
JONATAN
Ada kejadian apa waktu itu?
DELON
Kayaknya enggak ada apa-apa,
soalnya cuma sedetik. Tapi
kayaknya, perusahaan yang ada
hubungannya sama internet harus
ngurus biar enggak keganggu
sistemnya.
ERIN
Ini sudah lebih dari dua menit.
Nggak bakalan ada apa-apa kan?