Capellen berjalan keluar dari kotak dengan sempoyongan, lalu berdiri menyandar dinding toko, khawatir.
CAPELLEN
Semua itu... pasti bohong, 'kan?
Edie tegas dan kesal.
EDIE
Jawab pertanyaanku terlebih dahulu!
CAPELLEN
Marie … kau dan teman-temanmu … sama sekali tak menjadi budak, ‘kan?
Marie menggeleng berkali-kali.
MARIE
Tidak … sama sekali tidak, Tuan ….”
Capellen tersenyum.
CAPELLEN
Sudah kuduga. Kalau begitu, aku bisa menjadi jauh lebih tenang. Juga … setelah sekian lama, aku sangat senang bisa melihatmu lagi.
Edie menatap sesaat kotak-kotak lain yang sedikit bergerak.
EDIE
Sepertinya aku tak bisa sepemikiran, mengingat apa yang kau bawa serta kemari.
Edie menatap Marie dan mengembalikan pistol.
EDIE
Bawa ini kembali. Bersembunyilah di dalam.
Edie mendorong Marie masuk toko.
Capellen tertawa kecil miris.
CAPELLEN
Untuk terakhir kalinya, kupikir aku bisa melihat Marie kembali, tetapi ... sepertinya aku memang tak pantas untuk mendapatkan itu.
EDIE
Hei, sesungguhnya sederhana, bukan? Bila kau ingin merasa pantas untuk mendapatkan itu, maka tebuslah apa yang sudah kau lakukan. Kotak-kotak yang lain berisi tentara KNIL, ‘kan? Lantas usir mereka dari sini.
Capellen tertawa kecil.
CAPELLEN
Sayang sekali, tetapi mereka bukanlah Pasukan Infanteri IX KNIL yang kupimpin. Seseorang sepertiku tak akan didengarkan.
EDIE
Apa kau bilang?
CAPELLEN
Misi ini ... tidak diberikan kepadaku, melainkan salah satu pasukan khusus milik KNIL. Mereka beranggotakan orang-orang yang berasal dari Ambon.
Hanako terkejut.
HANAKO
Itu!
PUTRA
Londo Ambon!
Edie menatap Hadian.
EDIE
Panggil Tentara Sukarela! Katakan pada mereka, aku memerintahkan untuk berjaga di seluruh Purwoasri, ini situasi darurat!
HADIAN
Aku tahu!
Hadian langsung pergi.
Edie menatap Capellen.
EDIE
Aku pernah mendengar para petinggi KNIL membahas mengenai taktik penyusupan menggunakan kotak-kotak, tetapi aku tak terlalu peduli lantaran itu terdengar seperti rencana yang bodoh.
Edie tertawa miris.
EDIE
Siapa sangka mereka sungguh melakukannya sekarang.
Capellen tertawa lirih.
CAPELLEN
Informasi yang dimiliki oleh mantan petinggi termuda KNIL memang tak bisa diremehkan.
Edie kesal.
EDIE
Itu bukan sesuatu yang ingin kudengar darimu. Sebuah kesalahan besar aku membiarkan mereka membahas rencana itu ketika masih menjadi petinggi. Lantas, sekarang, ketika telah menuai apa yang ditanam ... saatnya bagiku untuk menebusnya.
CAPELLEN
Sungguh mulia.
EDIE
Kaurasa begitu? Oh, karena kau terluka, mungkin aku akan memberikan pengecualian.
Edie mengambil minyak, lalu menyiramkannya ke atas kotak-kotak.
CAPELLEN
Apa maksudmu?
EDIE
Hanya sebuah pencegahan.
Edie membakar kotak-kotak.
Putra khawatir.
PUTRA
Edie, apa yang kau lakukan?
EDIE
Sudah kubilang bukan, tindakan pencegahan.
PUTRA
Jangan bercanda! Ada seseorang di dalamnya!
EDIE
Lalu, apa? Kau ingin membiarkan mereka keluar dan mengalahkan pribumi? Mengambil alih kekuasaan kembali? Kaulah yang jangan bercanda!
PUTRA
Namun, itu berlebihan.
Edie menggeleng keheranan, lalu menatap sekitar.
EDIE
Aku harus memberitahu Tentara Sukarela agar mereka juga—
Ada suara gaduh di sekitar.
HANAKO
Sudah pukul satu pagikah?
EDIE
Sial! Sudah terlambat!
HANAKO
Terjadi peperangan kembali ....
Putra ketakutan.
PUTRA
Tak mungkin. Mengapa harus .... Padahal kupikir kita telah bebas ....
EDIE
Hanako, bagaimana denganmu?
HANAKO
Aku sudah tidak ada hubungannya, bukan? Aku hanya datang untuk memberitahu—
EDIE
Kau serius? Sungguh hanya itu yang kau inginkan? Kau sudah merasa cukup?
HANAKO
Aku ... aku tahu apa yang kau maksud, tetapi ... aku seorang Nippon! Setelah apa yang ayahku lakukan pada kalian, sungguh kau bersedia menerima bantuan dariku?
EDIE
Tak penting, meskipun kau Nippon, Belanda, atau apa pun. Aku hanya menginginkan seseorang yang bersedia membela tanah ini dengan senang hati. Kau tahu, para pribumi tak memiliki senapan sama sekali, tetapi kau memilikinya. Jadi, aku ingin mau menjadi penembak jitu—
Londo Ambon menembak dari kejauhan.
HANAKO
Putra!
Hanako beranjak melindungi Putra sehingga justru tertembak.
Putra terperanjat.
PUTRA
Hanako! Oh tidak....
EDIE
Sial!
Edie merebut senapan Hanako, lalu menembak balik Londo, lalu menatap Hanako.
EDIE
Bertahanlah!
Hanako merintih.
HANAKO
Maaf ... tetapi sepertinya kau harus mempertimbangkan ulang tawaranmu.
Edie khawatir.
EDIE
Aku tahu. Masuklah ke toko, Marie bisa menjagamu.
HANAKO
Baiklah.
Hanako pergi.
PUTRA
Hanako, aku juga akan—
EDIE
Apa-apaan kau? Hendak kabur lagi?
PUTRA
Bukan begitu! Pasalnya, Hanako—
EDIE
Hanako telah melindungimu! Lalu ... kau hendak menyia-nyiakan pengorbanannya begitu saja? Lagi pula, apa-apaan, kau tidak melihat sekitar?
PUTRA
Mereka....
Putra melihat pemuda-pemuda yang berperang melawan Londo Ambon dengan mudah.
EDIE
Pemuda yang kau kumpulkan, Tentara Sukarela, bekerja dengan baik. Tuan Hadian pasti memanggil mereka di saat yang tepat. Kita juga unggul dalam hal jumlah pasukan. Lalu, kau masih saja kabur dan bersembunyi, bahkan di peperangan yang sudah jelas menjadi kemenanganmu? Kau senang akan itu?
PUTRA
Kurasa....
Putra menggeleng.
EDIE
Lantas katakan padaku, siapa dirimu?
PUTRA
Pribumi!
EDIE
Apa yang harus kau lakukan sekarang?
PUTRA
Berperang!
Edie tersenyum bangga, lalu melemparkan bambu runcing ke depan Putra.
EDIE
Kalau begitu, cobalah.
PUTRA
Tentu.
Putra mengambil bambu runcing.
EDIE
Bagus. Aku yakin kau pasti—
Edie tiba-tiba tertembak di punggung atas, dari belakang sehingga langsung jatuh.
PUTRA
Edie!
LONDO AMBON
Aku mendapatkan pimpinan kalian!
Londo Ambon menginjak punggung Edie dan menodongkan senapan ke belakang kepalanya.
LONDO AMBON
Para pribumi, turunkan senjata kalian atau dia taruhannya!
EDIE
Sial....
Edie merintih kesakitan.
EDIE
Dasar kalian....
Edie agak terbelalak, menatap Putra.
EDIE
Putra, ingat apa yang kukatakan dulu ... tentang Brigjen Masahiro?
PUTRA
Catur?
EDIE
Benar.
LONDO AMBON
Siapa yang mengizinkan bicara! Hentikan obrolan kalian berdua!
Londo Ambon mengangkat kaki, lalu menginjak punggung Edie makin kencang.
Putra menatap beberapa Londo Ambon di sekitar.
PUTRA
Siapa pimpinan kalian?
LONDO AMBON
Hah? Apa yang kau katakan?
Putra tegas.
PUTRA
Aku ingin berhadapan dengan pimpinan kalian!
LONDO AMBON
Kubilang untuk diam!
Geen datang.
GEEN
Saya ... pimpinan mereka.
Edie megangkat alis miris dan meringis.
EDIE
Demi Tuhan ... ini mengerikan.
Putra terkejut, bingung, dan menjadi sedikit ragu.
PUTRA
Ayah?
Geen berjalan mendekati Putra perlahan.
GEEN
Putra... putraku....
PUTRA
Ayah....
Geen tersenyum haru.
GEEN
Kau baik-baik saja rupanya.
Putra mengangguk kecil berkali-kali sambil tersenyum sendu.
PUTRA
Tentu ... tentu aku baik-baik saja, Ayah.
GEEN
Syukurlah, Ayah kemari untuk—
Orang pribumi mengunci leher Geen dari belakang dan menyilangkan bambu runcing di depan dadanya.
ORANG PRIBUMI 1
Jauhkan senapanmu darinya atau pimpinan kalian yang akan mendapatkan balasannya!
GEEN
Tunggu sebentar.
ORANG BELANDA 1
Kau juga diamlah, dasar Belanda!
Londo Ambon kesal.
LONDO AMBON
Menjadi saling memojokkan? Menyebalkan!
Edie tertawa.
EDIE
Kau kira akan selamanya unggul?
Londo Ambon makin kesal, lalu menatap Putra.
LONDO AMBON
Hei, kau! Di mana kau akan berpihak? Kulihat kau seorang pribumi, tetapi barusan kudengar kau mengakui orang Belanda itu sebagai ayahmu.
Edie tertawa kian kencang dengan sarkas.
EDIE
Lantas, bagaimana dengan dirimu sendiri? Kurasa Ambon masihlah bagian dari wilayah yang dijajah Hindia Belanda dan kau seharusnya juga pribumi. Megapa justru berpihak kepada bangsa asing?
LONDO AMBON
Diamlah!
EDIE
Kau tak malu berpaling dari tanah kelahiran? Tak merasa aneh ataupun bersalah untuk menghabisi saudara sendiri? Oh, maaf! Kau pasti tak menyadari bahwa Hindia Belanda hanya memanfaatkanmu.
LONDO AMBON
Dasar! Bukankah aku menyuruhmu untuk diam?!
Londo Ambon memukul kepala Edie dengan senapan.
Edie merintih kesakitan sambil melirik orang pribumi di belakang Geen, membisik sangat lirih.
EDIE
Lakukan ....
Orang pribumi menjatuhkan senapan milik Geen, lalu menendangnya ke arah Putra.
ORANG PRIBUMI 1
Putra!
Londo Ambon menembak orang pribumi di belakang Geen sehingga terluka di pundak.
LONDO AMBON
Lancang!
Orang pribumi merintih kesakitan, tetapi masih cukup kuat untuk tetap mengunci leher Geen.
ORANG PRIBUMI 1
Dasar ... bukanlah kau tahu pimpinanmu ada di tanganku?
LONDO AMBON
Apa yang kau terima setimpal dengan tindakanmu barusan! Kau tak paham situasinya? Kedua pihak sekarang—
EDIE
Putra! Ini kesempatanmu! Semua … belumlah berakhir. Di sini, buktikanlah … siapa dirimu!
Londo Ambon tersentak sesaat, lalu menatap Putra.
LONDO AMBON
Anak Muda, kusarankan jangan. Sekali kau mengarahkan senapan itu kepada Tuan Geen, peluru juga akan bersarang di kepala lelaki ini.
EDIE
Lakukan, Putra! Lakukan! Jangan pedulikan aku!
PUTRA
Edie, aku tak bisa membiarkanmu ....
LONDO AMBON
Ya, itu benar, Anak Muda.
Londo Ambon mengarahkan laras senapan ke belakang kepala Edie.
LONDO AMBON
Lebih baik kau menjauh dari senapan itu.
EDIE
Dengarkan aku! Hanya kau yang bisa melakukannya! Kami membutuhkanmu! Putra! Kumohon!
Putra tiba-tiba mengambil senapan, mengangkat dan melepaskan tembakan ke arah Geen.
PUTRA
Masih sulit bagiku untuk melihatmu terluka, tetapi ... kau tak perlu khawatir, Edie, bila tentang yang satu ini, aku telah memutuskannya sejak tadi.
Londo Ambon menghela napas.
LONDO AMBON
Pilihan yang buruk.
Edie menoleh belakang.
Londo Ambon hendak menembak Edie.
EDIE
Sial—
LONDO AMBON
Sampai jumpa.
Londo Ambon melepaskan tembakan.
Hanako bediri di ambang pintu toko, pundaknya diperban, megangkat senapan dengan kesakitan dan kesulitan, menembak lengan Londo Ambon sehingga pelurunya meleset dari kepala Edie.
HANAKO
Ya Tuhan ... syukurlah ....
Hanako menjatuhkan senapan.
Marie berdiri di belakang Hanako, menatap mereka tak tega.
MARIE
Kalian....
PUTRA
Pimpinan kalian telah ...
Putra tak tega melanjutkan kata-kata.
PUTRA
Dengan begini, peperangan selesai! Pergilah dari tanah kami, KNIL, Belanda!
Londo Ambon memegangi pergelangan tangan yang berdarah.
LONDO AMBON
Hah? Apa kau bilang? Ini bukan permainan, tahu! Tak peduli apa pun, selama pasukan masih tersisa, peperangan belum berakhir!
Londo Ambon menatap sekitar.
LONDO AMBON
Kalian semua, serang!
Putra terkejut.
PUTRA
Namun—
CAPELLEN
Hentikan!
Londo Ambon kesal.
LONDO AMBON
Apa? Baiklah, saya akan jujur. Anda bahkan bukan siapa-siapa—
CAPELLEN
Ini adalah perintah Sang Letnan Kolonel! Pimpinan kalian telah dikalahkan dan aku akan mengambil alih kepemimpinan!
LONDO AMBON
Kami tak ingin dipimpin olehmu!
CAPELLEN
Kalian tak memiliki alasan untuk mengelak! Kita mundur sekarang juga! Tuduhan itu terbukti palsu! Pribumi Purwoasri tak bersalah! Kita tak memiliki alasan untuk melanjutkan misi ini!
Capellen pergi.
Londo Ambon menatap Capellen pergi dengan tak percaya, lalu menyusul pergi bersama Londo Ambon lain.
LONDO AMBON
“Dasar, apa-apaan ini?”
Capellen tetap berjalan menjauh sambil menoleh belakang menatap Marie dengan wajah sangat sendu.
CAPELLEN
Marie.
Marie sedih.
MARIE
Tuan Julio....
Capellen berbicara sangat lirih.
CAPELLEN
Maaf karena aku tak bisa menjagamu lebih lama lagi ....
Capellen menatap depan kembali.
Marie menangis.
MARIE
Jangan bercanda .... Hingga kelak kembali kemari lagi, aku tak akan memaafkan Anda ....
HANAKO
Marie.
Hanako memeluk Marie.
ORANG PRIBUMI 1
Pergi! Mereka sungguh pergi!
ORANG PRIBUMI 2
Kita bebas! Kita bebas!
ORANG PRIBUMI 3
Merdeka!
Putra menghampiri Geen.
PUTRA
Ayah....
Geen tergeletak di tanah, penuh darah.
GEEN
Ayah senang … kau baik-baik saja, Putra ….
PUTRA
Ayah, bertahanlah.
Geen tertawa lirih miris.
GEEN
Apa yang kau katakan, Nak? Itu bukan kalimat yang sesuai setelah kau menembak seseorang.
PUTRA
Ayah ... maafkan, aku.
GEEN
Kau melakukannya demi saudara-saudaramu, bukan? Itu bagus sekali. Terima kasih … telah menjadi putraku yang dapat dibanggakan.
PUTRA
Ayah ....
GEEN
Aku menyayangimu ....
Geen menutup mata.
Putra memeluk Geen.
PUTRA
Membunuh Anda untuk memenangkan tanah ini … adalah suatu kehormatan, Ayah. Terima kasih karena telah membesarkanku sebagai seorang Putra Indonesia!