ACT 2
- EXT. HALAMAN SAMPING PABRIK GULA - PERTENGAHAN TAHUN 1945 - DAY
Marie duduk di sebelah Putra.
MARIE
Begitu, ya? Jadi, selama kau berada di dekatku hanya untuk memenuhi janji dengan orang itu.
PUTRA
Benar
Putra tiba-tiba menyadari sesuatu, lalu terkejut.
PUTRA
Tidak! Oh ... iya! Eh, bukan begitu ... maksudku—
Marie tertawa.
MARIE
Putra ... mengapa kau tiba-tiba sepanik itu?
Putra memalingkan wajah.
PUTRA
Habisnya... kau murung. Kupikir, aku membuatmu kecewa atau semacamnya.
MARIE
Putra, aku tahu ... sekalipun kau memiliki sebuah janji, bukan berarti hanya itu alasanmu selama ini terus menjagaku.
Putra tersenyum.
PUTRA
Terima kasih.
MARIE
Saat-saat terakhir orang itu berada di sini ... kuharap aku juga bisa melihatnya.
PUTRA
Kurasa dia pasti menginginkan hal sebaliknya.
Putra menatap lekat Marie.
PUTRA
Marie, tentang Letkol de Capellen ... menurutmu dia jahat atau tidak?
MARIE
Jahat dan tidak itu tergantung dari kita, kau tahu.
PUTRA
Yah ... kurasa memang begitu—
MARIE
Namun, setidaknya di hadapanku ... Tuan Julio adalah orang yang baik. Selain kau, hanya dialah yang mau menjagaku. Kau tahu, habisnya aku ini seorang Indo-Belanda.
Marie tertawa miris.
MARIE
Pribumi menganggapku sebagai bangsa asing, sedangkan Hindia Belanda menganggapku bagian dari pribumi. Kedua orang tuaku bahkan sudah pergi entah ke mana. Bagi anak yang tak punya tempat di mana pun sepertiku, memiliki seseorang yang mau menerima ... itu sangat berharga.
Putra menunduk.
PUTRA
Dia sama sekali tak melawan ... tiga setegah tahun lalu, ketika Nippon berhasil mengalahkan Pasukan Infanteri IX KNIL dan mengusir para Belanda yang berpengaruh, dari Purwoasri. Dia bahkan ... tampak murung.
Putra kesal sendiri.
PUTRA
Apa-apaan itu? Padahal dia adalah orang asing yang merebut tanah ini, mengapa dia harus pergi dengan tatapan seolah-olah hendak meninggalkan tanah kelahiran yang dicintainya?
MARIE
Mungkin tanah kelahiran adalah istilah yang kurang tepat, tetapi kurasa memang ada sesuatu semacam itu dalam dirinya.
Marie menatap Putra.
MARIE
Seperti yang kukatakan, bukan? Tuan Julio adalah orang yang baik.
Putra tersenyum, terdiam sesaat.
PUTRA
Andai saja dia juga bersikap demikian kepada para pribumi, mungkin kedua bangsa dapat hidup berdampingan.
MARIE
Itu mustahil.
Marie tertawa miris.
MARIE
Lagi pula, Tuan Julio kebanyakan bertindak di bawah perintah Komandan KNIL. Menunjukkan sikap baik kepada pribumi, hanya akan membuatnya kesulitan menyelesaikan tugas.
Putra terdiam sesaat.
PUTRA
Takdir yang keji.
Putra terkejut melihat seseorang datang.
PUTRA
Hanako?
Hanako berdiri tak jauh dari Putra dan Marie
HANAKO
Kau tak bergerak? Sebelum terlambat.
PUTRA
Apa yang kau katakan?
HANAKO
Apa kau terlalu bodoh untuk memahami apa yang sudah mulai terjadi saat ini? Putra, aku akan balik bertanya, apa kau tidak keheranan melihatku masih berada di sini?
MARIE
Nippon berjanji untuk menguasai Purwoasri selama tiga setengah tahun sebagai balasan usai menerima permintaan dari pribumi untuk mengusir Belanda.
Hanako menatap Marie.
HANAKO
Itu yang Brigjen Masahiro katakan tiga setengah tahun lalu.
MARIE
Jangan bilang, kalian ... akan mengingkari janji?
HANAKO
Asal kau tahu, aku bukan bagian yang orang-orang yang barusan kau sebut sebagai 'kalian', aku hanya mengikuti perintah ayahku.
Hanako berbalik, hendak pergi.
HANAKO
Yah, karena kalian hanya anak manja yang tidak bisa melakukan apa-apa, bukan masalah bila aku banyak bicara. Ada baiknya lagi, berpura-puralah tak mendengar apa pun.
Edie tiba-tiba datang.
EDIE
Aku tak akan berpura-pura dan tak akan berterima kasih atas peringatanmu.
Putra terkejut.
PUTRA
Edie? Kau kembali?
Edie tersenyum.
EDIE
Aku sudah mencoba mengkhianati ketiga pihak dan mengkhianati tanah ini adalah yang paling buruk! Aku tak akan mengulanginya ….
Hanako berbalik lagi, menatap Edie.
HANAKO
Kurasa ... kau adalah orang yang bekerja untuk Brigjen Masahiro?
EDIE
Kurasa kau adalah anak yang berada di bawah pihak Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang?
HANAKO
Itu salah.
EDIE
Apa yang kau pikirkan tentangku juga salah.
HANAKO
Hmm.
Edie menatap Putra.
EDIE
Putra, kumpulkan para pemuda pribumi!
HANAKO
Kalau begitu, saatnya bertugas.
Hanako mendorongkan senapan ke arah Edie, lalu menembak.
Putra menghampiri Edie, khawatir.
PUTRA
Edie!
MARIE
Tak mungkin....
Edie jatuh duduk, kesakitan.
EDIE
Kau....
HANAKO
Apa yang kau katakan memang benar. Aku tidaklah berada di pihak Kekaisaran Jepang, aku sama sekali tak peduli terhadap apa yang akan terjadi kepada Nippon, sekali pun kau berkhianat.
Hanako terdiam sejenak.
HANAKO
Namun, Ayah memerintahkanku untuk membersihkan alat yang sudah tidak berguna, lebih lagi yang merepotkan.
Edie menyindir dan meremehkan.
EDIE
Apa? Artinya ... kau bukan lagi seorang manusia? Bila orang Nippon itu sungguh memerintahkanmu demikian, seharusnya kau sudah melakukan harakiri sejak dulu!
EDIE
Setelah membiarkan Putra melihatmu menyerang Belanda lebih dahulu tiga setengah tahun lalu, sekarang aku membocorkan rencana ingkar janji Nippon? Apa yang ada di pikiranmu? Kau adalah pengkhianat? Tidak, kata-kata itu bahkan masih terlalu indah apabila ditulis beriringan dengan namamu. Kau sesungguhnya kawan dan lawan bagi siapa? Di mana kau berpijak? Ke mana kau memandang? Siapa yang berada di atas pundakmu? Siapa yang kau lindungi?
Edie geram.
EDIE
Satu bocah plin-plan sudah membuatku muak, jangan memperparah keadaan!"
Hanako tiba-tiba murung, menurunkan senapan, lalu pergi.
HANAKO
Damare!
Edie makin kesakitan.
EDIE
Sial....
Putra khawatir.
PUTRA
Kau tak apa?
MARIE
Harus segera mendapatkan perawatan ….
Edie menggeleng.
EDIE
Tak ada waku untuk itu! Putra, kau ingat apa yang kukatakan barusan?
Putra menatap Edie dengan nanar.
PUTRA
Mengumpulkan para pemuda? Ini bukan waktunya untuk memikirkan itu—
Edie memelas.
EDIE
Kumohon.... Aku sudah pernah berkhianat pada tanah ini satu kali. Jadi, biarkan aku menebusnya ….
PUTRA
Namun, Edie, kau—
Edie berlagak meremehkan.
EDIE
Jangan katakan kau sungguh masihlah bocah plin-plan?
Putra ragu.
PUTRA
Aku....
Edie bangkit susah payah.
EDIE
Tak apa. Aku tak memaksamu untuk mengambil keputusan saat ini juga dan terlibat pasti dalam salah satu pihak. Hanya saja, aku menginginkan bantuanmu untuk membentuk pasukan … dengan sukarela. Kau bisa melakukannya, bukan?
Putra sedikit terbelalak, tidak siap.
PUTRA
Aku?
EDIE
Tak apa, aku yang akan memimpin pasukan.
PUTRA
Namun, Edie, kau terluka ….
EDIE
Lalu, kau mau mereka berperang tanpaku? Atau kau saja yang memimpin?
Putra tersentak.
PUTRA
Bukan begitu....
Edie tertawa kecil.
EDIE
Kau tahu, Putra. Dalam catur, ketika sang raja mati, tak peduli berapa banyak prajuritnya yang masih tersisa, permainan akan berakhir. Kehidupan ... adalah seperti itu pula. Maksudku, kita tidak perlu berperang habis-habisan. Target kita adalah Brigjen Masahiro. Selama orang itu sudah terbunuh, maka semua selesai. Jadi, bagaimana?
Marie tegas.
MARIE
Putra, jangan memaksakan diri. Aku tahu, berada di tengah perang bukanlah sesuatu yang mudah untukmu—
PUTRA
Marie.
Marie sangat terkejut.
MARIE
Putra?
Putra berbicara dengan nada bersahabat sekaligus miris.
PUTRA
Maaf, ya....
Putra berdiri membelakangi Marie.
PUTRA
Sepertinya aku tak bisa menjagamu lebih lama. Letkol de Capellen pasti akan datang entah dari mana untuk memukulku, apabila aku membiarkan sesuatu terjadi padamu. Maka karena itu, Marie, tolong pulanglah dan jangan pergi ke mana pun hingga situasi kelak kembali membaik. Janji?
Putra menoleh ke Marie.
MARIE
Namun—
PUTRA
Marie … aku ingin kau melakukannya untukku … kumohon.
MARIE
Putra....
Marie berat hati, tetapi kemudian pergi.
MARIE
Aku akan menunggumu.
Edie melihat Marie menjauh, lalu tertawa.
EDIE
Itu terdengar berat.
Edie menatap Putra.
EDIE
Kau yakin bisa membayarnya?
PUTRA
Bila keadaan benar-benar sampai akan memburuk, sama saja aku mengingkari janji dengan Letkol de Capellen.
Edie agak berpaling, lalu tertawa.
EDIE
Jadi, pada akhirnya ini semua kembali ke orang itu? Sungguh mengerikan.
Edie menatap Putra kembali.
EDIE
Lalu, bagaimana dengan bantuan yang kuinginkan darimu?
Putra berjalan menuju bagian depan pabrik.
PUTRA
Malam paling gelap adalah sesaat sebelum fajar. Kalau begitu, hari paling terang adalah sesaat sebelum senja. Langit yang kita pandang masih memberikan cahaya jingga, tetapi tanah yang kita pijak telah gelap sepenuhnya. Kebanyakan orang tak menyadarinya karena terus memandang ke atas. Namun, kami yang berada di bawah, pasti akan langsung menyadarinya!
Putra berhenti, sampai di halaman depan pabrik.
PUTRA
Tak perlu khawatir, Edie. Memanggil para pemuda itu tidak diperlukan. Pasalnya … bila ada satu yang sudah berdiri di depan, maka yang lain pasti akan datang.
Ada kericuhan di depan pabrik.
Putra melihat kericuhan tersebut.
ORANG PRIBUMI 1
Apa? Kalian seharusnya tak bisa mengelak!
ORANG JEPANG 2
Untuk sementara, kami memang masih memegang kendali!
ORANG PRIBUMI 2
Kemarin adalah hari terakhir! Sekarang seharusnya Nippon sudah pergi dan pabrik ini menjadi sepenuhnya milik kami!
ORANG JEPANG 3
Segera, kami akan mempersiapkan pergantian pemegang jabatan tinggi di pabrik!
ORANG PRIBUMI 3
Jangan bercanda! Kalian hanya mengulur waktu, bukan? Pergi sekarang juga dan biarkan kami mengelola pabrik ini, dasar Nippon pengkhianat!
Para tentara Jepang kesal.
ORANG JEPANG 4
Apa kau bilang? Apa kau tidak ingat siapa yang membantu kalian lepas dari kekuasaan Hindia Belanda? Mana rasa terima kasih kalian?
Masahiro datang bersama pasukannya yang lain.
MASAHIRO
Sudahlah, sudahlah, kalian semua ….
Edie tersenyum miring dengan miris.
EDIE
Wah wah, kurasa siapa gerangan yang terpanggil datang sedikit keliru.
PUTRA
Brigjen Masahiro, katakan kepada saya, apakah Anda berniat pergi dari sini setelah tiga setengah tahun?
MASAHIRO
Bukankah saya sudah berkata demikian sejak dahulu?
PUTRA
Apakah … Anda akan menepatinya?
MASAHIRO
Kau bisa melihatnya.
PUTRA
Waktu tiga setengah tahun yang Nippon janjikan telah berakhir tepat kemarin. Lantas, katakan kepada saya!
Putra makin serius.
PUTRA
Apakah … Anda benar-benar akan pergi dari setelah tiga setengah tahun?
MASAHIRO
Bila … saya mengatakan tidak, maka bagaimana?
PUTRA
Kalau begitu....
Putra meraih bambu dan pisau di dekat pabrik, lalu memotong salah satu ujung bambu sehingga lancip.
PUTRA
Itu sudah sangat cukup!
Putra memegang bambu dengan tangan kanan, lalu menurunkan sisi tumpul ke tanah dengan kencang.
Edie manatap kanan kiri tak percaya.
EDIE
Kalian....
Beberapa pemuda pribumi datang membawa bambu runcing, sebagian memberi kode kepada lainnya agar ikut.
ORANG PRIBUMI 1
Ternyata, sesuai dugaan, ya ….
ORANG PRIBUMI 2
Baik Hindia Belanda maupun Kekaisaran Jepang, sama-sama mengecewakan!
ORANG PRIBUMI 3
Aku tak akan biarkan bangsa asing memerintah tempat ini lagi!
Masahiro terkejut.
MASAHIRO
Oh. Kalian cukup cepat mempersiapkan serangan, rupanya. Sedikit aneh. Yah … saya menjadi tertarik … kira-kira siapa yang membocorkannya sehingga berakhir seperti ini?
Masahiro agak melirik Hanako di belakang.
MASAHIRO
Hanako-chan, nani ka shitten no ka?
Hanako gugup.
HANAKO
Iie …. Chichiue, watashi—
PUTRA
Aku yang melakukannya … karena sudah bosan terlalu lama berada di pihak Anda.
MASAHIRO
Begitu....
Masahiro menatap Edie, pura-pura tertarik dengan berlebihan.
MASAHIRO
Jadi, sekarang kau berpindah … lagi?
PUTRA
Kembali! Edie sekarang telah kembali … ke tempat di mana dia seharusnya memang berada!
Masahiro menatap Putra.
MASAHIRO
Oh!
Masahiro tertawa berlebihan.
MASAHIRO
Menarik....
EDIE
Brigjen Masahiro—
MASAHIRO
Tunggu sebentar, Anak Muda.
Masahiro beralih dari Putra ke Edie.
MASAHIRO
Edie, melihatmu berdiri di sana, aku menjadi menyadari sesuatu. Bukankah aku pernah melihat wajahmu di suatu tempat yang lain? Seorang ….
Masahiro menyipitkan mata.
MASAHIRO
Mayor Jenderal KNIL, bahkan yang termuda, kurasa?
Edie terpukul.
EDIE
Brigjen Masahiro, itu—
Putra tegas.
PUTRA
Itu adalah kisah lama! Bukankah saya sudah berkata bahwa Edie kini telah kembali?
MASAHIRO
Kau berpura-pura tegar, padahal sesungguhnya juga terkejut … bukan?
PUTRA
Saya mungkin akan mengakuinya, tetapi saya tidak lagi seterkejut itu. Letkol de Capellen sudah pernah sedikit memberitahu tentang itu.
MASAHIRO
Capellen? Oh … Belanda tak berguna itu. Yah, aku tak peduli. Lalu … artinya apa? Para tentara pribumi dipimpin oleh seorang mantan petinggi termuda KNIL? Mengapa tidak sekalian kalian berpihak kepada Hindia Belanda? Kau sendiri bahkan dibesarkan oleh seorang Belanda, bukan?
Putra tersentak.
PUTRA
Namun, saya....
Edie melangkah sekali agar berada di depan Putra.
EDIE
Aku tidak peduli dengan bocah plin-plan ini. Namun, Anda salah tentangku, Brigjen Masahiro. Aku tidak berpihak kepada Hindia Belanda atau pun pribumi. Aku … akan melindungi apa yang ingin kulindungi, tak peduli itu seorang pribumi, Belanda, atau Nippon sekali pun!
Masahiro agak memiringkan kepada dan menyeringai.
MASAHIRO
Kalau begitu, tunjukkan.
Masahiro memberi kode menggunakan tangan kepada pasukannya agar maju perlahan.
Putra gemetaran memegang bambu runcing.
PUTRA
Dimulai....
Edie bersiap dan waspada, lalu melirik Putra.
EDIE
Kembalilah. Marie benar, berada di tengah perang masih terlalu berat untukmu.
PUTRA
Namun—
EDIE
Putra, apa kau memercayaiku?
Putra tertegun.
PUTRA
Itu....
EDIE
Katakan padaku apa yang ingin kaulindungi. Aku akan berusaha untuk menjaganya pula.
Putra terkejut.
PUTRA
Edie....
Putra tertegun, lalu tampak yakin dan serius.
PUTRA
Tanah ini … tolong jangan kauberikan kepada siapa pun!
Edie tersenyum.
EDIE
Tentu.
Edie merebut bambu runcing Putra, lalu menatap Masahiro.
EDIE
Brigjen Masahiro, Anda berencana tetap di sini bahkan setelah lebih dari tiga setengah tahun, ‘kan?
Edie bersiap dengan bambu runcing.
Masahiro menatap Edie dengan makin tertarik, lalu agak melirik Hanako.
MASAHIRO
Hanako-chan … ie ni modotte, kimi no shigoto wa koko made owari.
HANAKO
Hai....
Hanako menatap Putra sesaat dengan ekspresi becampur aduk, lalu pergi.
MASAHIRO
Nah, sekarang … saatnya orang dewasa untuk serius.
Masahiro mengangkat senapan dan mengarahkan larasnya ke langit.
MASAHIRO
Pasukan Kavaleri VII Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, dalam aba-aba, hancurkan pabrik itu ….
Masahiro melepas tembakan.
MASAHIRO
Totsugeki!
Edie mendorong Putra mundur, lalu berbicara dengan tegas.
EDIE
Bukankah sudah kubilang untuk mundur?
Edie ganti menatap depan.
EDIE
Maju!
Edie dan para pemuda berlari maju.
PUTRA
Edie—
Satu tembakan Nippon mengenai tumpukan karung goni berisi gula di sebelah Putra.
Putra bergegas menghindar dengan makin mundur.
Peperangan pecah, situasi sangat kacau.
Putra berlari pergi.
PUTRA
Menyerang sebuah tentara kavaleri dengan pasukan seadanya? Dia benar-benar gila ….