Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Suatu Kehormatan
Suka
Favorit
Bagikan
1. Act 1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

ACT 1


  1. EXT. HALAMAN DEPAN PERUMAHAN LOJI BELANDA - TAHUN 1942 - DAY

Dua anak Belanda berjalan dari gerbang halaman Perumahan Loji Belanda, mendahului Putra, seorang remaja berdarah murni pribumi, tetapi dirawat oleh seorang Belanda sejak kecil.

ANAK BELANDA 1

Putra? Bukanlah seharusnya kau diberi nama Zoon? Kau tahu, perumahan ini hanya untuk para Belanda!

ANAK BELANDA 2

Alih-alih nama, bukankah seharusnya mukamu itu yang diubah agar sesuai untuk berada di sini?

Putra berjalan menuju rumah begitu saja.

PUTRA

Jangan bertingkah seolah kau berada di rumahmu, padahal hanya menempati kediaman yang baru saja dirampok oleh orang tuamu.

Anak-anak Belanda kesal.

ANAK BELANDA 1

Apa kau bilang?

ANAK BELANDA 2

Jangan berlagak hanya karena ayahmu adalah seorang kepala pabrik! Lagi pula, kau hanya anak angkat!

Edie datang dan mendorong pelan dua anak Belanda agar pergi.

EDIE

Sudahlah, sudahlah. Kalian juga segeralah pulang ke rumah, ya....

Putra berhenti berjalan saat sampai di depan rumahnya, kemudian menghadap Edie.

PUTRA

Mengapa kau ada di sini? Kau bukan penduduk yang tinggal di perumahan ini, ‘kan?

Capellen berjalan dari gerbang Perumahan Loji Belanda, berjalan ke arah Edie dan Putra. Putra melirik Capellen di kejauhan.

EDIE

Sudah berkali-kali aku berkunjung kemari, mengapa kau selalu saja kasar padaku? Lagi pula, bukankah sikap kasar itu seharusnya kau tunjukkan di depan seseorang yang lebih sesuai, pria di sana, misalnya?

Putra melirik Edie dengan sinis.

PUTRA

Berisik, kau.

Edie menirukan gaya bicara Putra untuk meledek.

EDIE

Aku tak bisa melakukan itu.... Lebih tepatnya itu yang kau katakan?

Putra murung.

PUTRA

Bila sudah tahu, mengapa kau masih bertanya? Kau tahu, hal itu... bila aku melakukannya... sama saja seperti aku mengkhianati ayahku.

Edia agak kesal kepada Putra dan memalingkan wajah tanda tak suka.

EDIE

Kalau begitu, teruslah hidup seperti itu. Berada di dalam kotak yang disebut Ayah, dengan corak berwarna Belanda... dan selamanya tak akan bisa pergi ke mana pun.

Putra mengabaikan Edie untuk menoleh sambil mengangguk kecil ke Capellen yang berjalan menghampiri mereka.

PUTRA

Selamat siang.

Capellen melirik Edie dengan sinis.

CAPELLEN

Siang dan... aku sungguh tak menyangka seseorang seperti putra dari Kepala Pabrik Gula, Johannes van Geen, bersedia untuk bertemu dengan orang semacam ini.

Edie menatap Capellen, bersikap dan berbicara sopan, tetapi sarkas.

EDIE

Benar juga! Suatu kehormatan bagiku untuk bertemu Anda ... Tuan yang terhormat, Komandan Batalyon Infanteri IX KNIL, Letnan Kolonel Julio Samuel de Capellen.

Capellen membalas dengan sopan, tetapi sarkas pula.

CAPELLEN

Oh! Kau memanggilku terlalu berlebihan. Lalu, apa itu artinya mungkin aku bisa memanggilmu Tuan Pengkhianat?

Putra menatap Edie dengan terkejut.

PUTRA

KNIL? Petinggi termuda?

Capellen sedikit mendekat ke Edie, mengintimidasi.

CAPELLEN

Memang benar bila pribumi dapat andil dalam pasukan KNIL, tetapi umumnya jabatan tertinggi yang dapat mereka duduki adalah letnan kolonel. Namun, orang ini ... tercatat pernah menjadi seorang—

Edie tersenyum sok ramah.

EDIE

Kurasa ini saatnya bagi Anda untuk kembali bertugas.

CAPELLEN

Kau mengkhianati tanahmu sendiri dengan bergabung dengan KNIL, kemudian kau ganti mengkhianati Hindia Belanda! Apa yang kau pikirkan dengan kembali kemari dan bertingkah seolah-olah seorang pemuda baik-baik yang mengidamkan kedamaian? Kau kira, setelah semua orang tahu asal-usulmu, mereka mau menerimamu? Kau mungkin terlihat sedang tidak melakukan apa-apa sekarang, tetapi bagaimana bila kau kembali berkhianat lagi?

EDIE

Itu—

CAPELLEN

Yah, tetapi bukan itu yang ingin kubicarakan.

Capellen menatap Putra.

CAPELLEN

Putra, aku ingin kau menyampaikan sesuatu kepada ayahmu.

PUTRA

Pesan?

CAPELLEN

Tamu... sepertinya kami akan segera kedatangan tamu.
PUTRA
Tentu, saya akan menyampaikannya.

CAPELLEN

Bagus, kalau begitu-

Capellen tiba-tiba menoleh ke arah gerbang perumahan.

PUTRA

Letkol?

Putra mengikuti arah pandang Capellen.

Beberapa orang Nippon mendekat.

PUTRA

Apa ini artinya... saya sudah tidak perlu menyampaikan kabar itu kepada Ayah?

CAPELLEN

Aku justru lebih senang bila kau bergegas mengabarinya saat ini juga.

Masahiro menghampiri dan mengulurkan tangan kepada Capellen.

MASAHIRO

Letnan Kolonel de Capellen? Saya Masahiro Tadasaburo.

Capellen menjabat tangan Masahiro.

CAPELLEN

Selamat datang. Pasti perjalanan panjang yang melelahkan. Ada yang bisa saya bantu?

MASAHIRO

Mungkin belum... saya masih ingin berkeliling lebih banyak lagi.

CAPELLEN

Anda yakin para pribumi akan menyambut kedatangan Nippon?

MASAHIRO

Tentu.

Masahiro menatap Edie.

MASAHIRO

Seorang pribumi? Berkenan menjadi pemandu?

Putra menatap Edie dengan ekspresi tegang.

Edie mengabaikan Putra.

EDIE

Dengan senang hati.

Edie, Masahiro, dan orang-orang Nippon, kecuali Hanako, berjalan pergi bersama.

Capellen menatap Masahiro yang perlahan menjauh.

CAPELLEN

Saya sarankan Anda untuk berhati-hati....

Putra memandang Capellen dengan tak percaya.

PUTRA

Dia bisa saja berkhianat lagi?

Putra memandang Edie di kejauhan dengan miris dan penuh harap.

PUTRA

Sesuatu seperti itu, tak mungkin-

CAPELLEN

Tuan van Geen ada di dalam, bukan? Aku perlu segera berbicara dengannya.

Cappelen langsung masuk ke dalam rumah Putra.

Putra memandang Capellen yang menghilang di balik pintu dengan agak bingung.

PUTRA

Iya....

HANAKO

Kau... tak ingin segera masuk ke rumahmu?

Putra menatap Hanako.

EDIE

Apa? Kau... siapa?

HANAKO

Mengapa kau justru bertanya? Orang itu selalu tak menyukai bila aku berbicara terlalu banyak, tetapi yah ... kurasa kau hanya anak manja yang tak bisa apa-apa, jadi tak masalah.

Putra kesal.

PUTRA

Apa kau bilang?

HANAKO

Orang itu, Brigadir Jenderal dari Brigade Kavaleri VII Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, Masahiro Tadasaburo ... aku adalah putrinya, Masahiro Hanako.

PUTRA

Putrinya? Mengapa kau ikut dengan para tentara itu datang kemari?

HANAKO

Para tentara? Dari orang-orang yang datang barusan, ayahku adalah satu-satunya anggota tentara.

PUTRA

Begitu, ya? Sepertinya kalian benar-benar berniat untuk berkunjung ....

HANAKO

Beri saja anggapan sesukamu.

Hanako mengamati sekitar.

PUTRA

Kenapa? Di sini benar-benar berbeda dibandingkan dengan tempatmu berasal?

Hanako masih mengamati.

HANAKO

Benar.

PUTRA

Kalau begitu, beradaptasilah dahulu. Oh, ya, mengapa seorang pimpinan kavaleri seperti ayahmu datang kemari? Bukankah dia memiliki tugas-tugas yang lebih penting?

HANAKO

Itu karena-

Belasan gagak terbang melintas sambil bersuara memekik.

HANAKO

Sepertinya sudah dimulai.

Hanako menyibak jubah panjang dan mengeluarkan senapan, mengarahkan ke pintu rumah Putra yang terbuka.

Putra panik.

PUTRA

Hanako! Apa yang kau lakukan?

HANAKO

Aku sudah memintamu untuk masuk rumah, bukan? Bila Ayah mengetahui bahwa kau berada di sini saat ini, aku tak tahu apa yang akan orang itu lakukan.

Hanako melepas tembakan.

ORANG BELANDA 1

Meneer, oppassen!

Orang Belanda 1 mendorong van Geen sehingga dirinya sendiri tertembak.

Putra menatap Hanako dengan wajah sangat tak percaya.

PUTRA

Kau....

HANAKO

Kau lahir di tengah perang, aku lahir di tengah Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Kehidupan kita... sama sekali berbeda. Kau berjuang untuk membela tanah airmu, sedangkan aku tumbuh menjadi seseorang yang akan merebutnya.

Putra ragu.

PUTRA

Itu...

HANAKO

Hmm? Apa-apaan wajah itu? Kau tidak membela tanah ini? Kalau begitu, setelah melihat apa yang terjadi barusan, kau tidak perlu khawatir ayahku akan—

PUTRA

Aku! Aku seorang pribumi ... aku—

HANAKO

Simpan kata-kata itu untuk dirimu sendiri. Aku hanya ingin mengatakan bahwa Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang menerima anggota dengan minimal usia tujuh belas tahun, sedangkan aku dua tahun lebih muda dari batasan itu. Aku berada di sini ... adalah untuk bekerja dalam bayang-bayang, melakukan hal-hal kotor.

CAPELLEN

Nippon!

Capellen berlari ke pintu dan menodongkan senapan ke Hanako, wajahnya sangat marah.

CAPELLEN

Apa yang kau lakukan?

Hanako mengangkat tangan dengan wajah datar.

HANAKO

Kau sungguh melakukan ini?

Terdengar suara teriakan tegas Orang Jepang 1 dari agak kejauhan.

ORANG JEPANG 1

Jauhkan senjatamu darinya!

Pasukan Brigade Kavaleri VII Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang telah datang, berhenti di dekat gerbang Perumahan Loji Belanda.

Orang Jepang 1 berada di paling depan dari pasukan lain.

ORANG JEPANG 1

Ojou-sama, anshin shite kudasai! Ima wa mou daijobu desu!

Masahiro datang.

MASAHIRO

Halo, Letkol de Capellen! Saya kembali, tetapi bukan lagi untuk berkeliling... melainkan untuk mengambil alih tempat ini.

Capellen terkejut, tetapi berusaha terlihat tenang.

CAPELLEN

Bukankah barusan Anda menemui para pribumi?

MASAHIRO

Benar sekali! Tebak apa yang mereka katakan pada kami. Mereka ingin kami ... mengusir kalian.

Capellen sangat kesal.

CAPELLEN

Jangan bercanda! Jelas-jelas gadis ini—

MASAHIRO

Oh? Sungguh? Saya rasa tak ada apa pun yang terjadi.

Masahiro melirik Putra.

MASAHIRO

Benar, bukan?

Putra mematung, terdiam sesaat.

PUTRA

Brigjen Masahiro, saya—

Masahiro menggandeng Hanako.

MASAHIRO

Mari kita pulang, Nak. Kau pasti ketakutan berada di sini.


Masahiro berjalan menuju tentara Nippon lain. Lalu berhenti dan berbalik menghadap Capellen.

Beberapa tentara Belanda datang.

ORANG BELANDA 2

Letkol!

Capellen waspada. Berbicara melalui walkie-talkie.

CAPELLEN

Pasukan Infanteri IX KNIL, berkumpul d Perumahan Loji sekarang juga! Setengah pasukan di sini tak akan cukup!We hebben ee probleem hier!"

Masahiro mengangkat sebelah tangan.

MASAHIRO

Pasukan Kavaleri VII Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang....

Masahiro menurunkan tangan.

MASAHIRO

Totsugeki!

Tentara Jepang menyerang.

ORANG JEPANG 1

Ikou!

CAPELLEN

Val aan!

Tentara Belanda menyerang.

ORANG BELANDA 2

Kom op!

Capellen menarik Putra lalu mendorongnya ke dalam rumah.

CAPELLEN

Putra, masuklah! Bila sesuatu terjadi padaku, tolong jaga Marie.

PUTRA

Tunggu—

CAPELLEN

Aku mengandalkanmu!

Capellen menutup pintu kencang.

Putra sangat terkejut.

PUTRA

Tidak....

GEEN

Putra.

Putra menoleh belakang.

PUTRA

Ayah?

Geen berjalan menuju pintu, hendak membuka pintu.

GEEN

Mereka menginginkanku.

PUTRA

Ayah, tunggu!

GEEN

Mengapa? Kau sungguh... menghentikanku? Bukan diam-diam berharap aku terbunuh oleh mereka?

Putra ragu.

PUTRA

Itu....

GEEN

Putra, ingatlah siapa dirimu. Hingga kau menemukan keyakinan, bersembunyilah dahulu.

Geen membuka pintu, lalu pergi.

Putra tersentak, lalu melangkah mundur beberapa kali.

PUTRA

Aku ini siapa? Aku jelas-jelas seorang pribumi! Aku ingin tanah ini segera bebas dari bangsa asing. Namun ... ayahku ... aku, tak bisa mengkhianatinya. Aku harus bagaimana?

Terdengar suara peperangan di halaman perumahan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar