ACT 3
- EXT. PELATARAN TOKO ROTI - AGUSTUS 1945 - NIGHT
Trem berhenti di depan toko roti. Putra turun.
PUTRA
Kalian, turunkan karung-karung goni itu di depan toko!
ORANG PRIBUMI 4
Baik.
Orang-orang pribumi menurunkan karung-karung goni.
Marie keluar dari toko.
MARIE
Putra?
Putra menghampiri Marie.
PUTRA
Marie, Maaf memaksamu terjaga hingga selarut ini. Beberapa hari ke depan, kami sangat sibuk sehingga waktu paling memungkinkan untuk mengantar gula-gula pesananmu adalah malam ini.
MARIE
Bukan masalah, Putra. Lagi pula, aku dan beberapa karyawan lain sudah sering bekerja hingga larut malam untuk menyiapkan roti-roti yang akan dijual besok.
PUTRA
Begitu, ya? Namun, bukankah kau perlu lebih banyak istirahat?
MARIE
Aku tahu …. Kau menjadi cerewet sekarang.
PUTRA
Bukan begitu....
Putra tak sengaja menoleh ke sisi lain pelataran. Ada kotak-kotak.
PUTRA
Oh, ya, kotak-kotak itu apa?
MARIE
Oh, ini … baru saja datang sore tadi.
PUTRA
Apa isinya?
MARIE
Kurasa bantuan dari rekan Tuan Hadian, entah bahan baku atau keperluan toko lain. Pasalnya, kulihat semua toko mendapatkannya … dan kau tahu, bulan lalu aku bersama beberapa pemilik toko lain sempat mengeluh kepada Tuan Hadian tentang sulitnya perekonomian akhir-akhir ini.
PUTRA
Tuan Hadian … yang itu?
MARIE
Iya. Pimpinan di pabrik gula milikmu. Dia adalah satu-satunya ningrat di Purwoasri, bukan?
Putra mengangguk-angguk.
PUTRA
Baguslah apabila kalian mendapatkan dukungan.
Marie berbicara jahil.
MARIE
Ngomong-ngomong, Putra. Mengapa tidak kau saja yang memimpin Pabrik Gula Purwoasri? Lagi pula, tempat itu dulunya milik ayahmu. Bukankah menawan bila kau dipanggil Tuan Muda Kepala Pabrik?
Putra panik dan malu-malu.
PUTRA
Apa— Ini bukan saatnya untuk bercanda, tahu.
Marie tertawa.
MARIE
Baiklah, baiklah.
PUTRA
Tuan Hadian terlihat sangat ingin memimpin tempat itu dan aku juga tak suka melakukan tugas merepotkan seperti menduduki jabatan kepala pabrik. Menjadi pekerja kasar sudah cukup bagiku. Lagi pula ….
Putra menjadi serius.
PUTRA
Aku tak suka apabila orang-orang melihatku seolah menerima warisan dari Ayah.
Edie tiba-tiba datang.
EDIE
Kau yakin Geen mewariskan pabrik itu padamu?
PUTRA
Edie? Sejak kapan ….
Edie tersenyum enteng.
EDIE
Kau tak tahu bila aku membantu di tempat ini?
Marie tertawa.
MARIE
Semenjak Tuan Julio dan Pasukan Infanteri IX KNIL yang dipimpinnya meninggalkan Purwoasri, perumahan tempat tinggal para tentara Belanda itu kosong. Aku memanfaatkan sebagian kecil untuk membuka toko roti ini dan sisanya kuserahkan kepada Edie.
EDIE
Aku mengubahnya menjadi aset milik Tentara Sukarela.
PUTRA
Tentara Sukarela?
EDIE
Para pemuda yang kau kumpulkan hari itu. Mereka sekarang tinggal dan berkumpul di sini.
PUTRA
Kau memberi mereka nama Tentara Sukarela?
EDIE
Kurasa mungkin suatu saat kita masih membutuhkan tenaga mereka. Mengapa? Kau keberatan dengan nama itu?
PUTRA
Bukan begitu …. Lagi pula, aku siapa sampai harus repot-repot keberatan?
Edie tertawa kecil.
EDIE
Apa yang kau maksud siapa? Putra, bila bukan karena dirimu, para pemuda itu tak akan berkumpul.
Edie murung.
EDIE
Aku … tak yakin bisa melakukan hal yang sama seperti dirimu.
PUTRA
Namun, aku ….
MARIE
Sudahlah. Yang terpenting, kita sudah terlepas dari kekuasaan Nippon, bukan? Mereka semua juga sudah pergi dari sini usai dikalahkan oleh Tentara Sukarela.
Putra menatap Marie.
PUTRA
Memang iya, tetapi ….
Putra tiba-tiba kesal, lalu menatap Edie.
PUTRA
Apa kau gila? Kau hampir terbunuh gara-gara peperangan nekat itu!
Marie agak terkejut.
MARIE
Kudengar Edie terus berada di paling depan selama kalian berperang melawan Nippon. Itu benar?
Edie memalingkan wajah, tertawa aneh.
EDIE
Kurasa rumor itu berlebihan ….
PUTRA
Rumor itu memang benar! Bagaimana dengan lukamu? Kuharap kau mendapat tembakan di kepala dan tetap tak sadarkan diri hingga sekarang! Dasar … aku tak tahu apa yang ada di otakmu ….
Putra melirik Edie sinis.
MARIE
Putra, apabila seseorang mendapatkan tembakan di kepala, dia akan langsung mati, lho.
PUTRA
Oh … benar juga.
Marie berbicara jahil sambil melirik Putra.
MARIE
Namun … itu masih lebih baik daripada tidak ikut berperang sama sekali, bukan?
Putra terperanjat.
PUTRA
Apa? Kau tahu, aku bukan—
Edie tertawa cukup kencang.
EDIE
Sudah, hentikan, Marie. Lelaki ini akan selamanya menjadi anak kecil yang hanya bisa menonton segalanya dari belakang, termasuk dalam peperangan melawan Nippon hari lalu.
MARIE
Sungguh?
Edie tertawa.
EDIE
Tentu.
Edie menatap Putra.
EDIE
Mengapa? Kau tak suka?
Putra kesal dan serius.
PUTRA
Mengapa kau membawa-bawa topik ini sekarang?
EDIE
Aku akan bertanya lagi … mengapa? Kau tak ingin Marie mengetahuinya, bahwa kau hanyalah tempelan debu di tepi jendela dan bukanlah seorang lelaki yang dapat diandalkan?
Edie serius.
EDIE
Putra, aku mungkin sudah menyinggung tentang ini beberapa kali, tetapi bukankah sekarang saatnya kau berpikir lebih jauh?
Putra agak keheranan dan tertegun.
PUTRA
Apa maksudmu?
EDIE
Menurutmu, ayahmu membesarkanmu untuk menjadi apa? Pengecut? Tentu tidak, ‘kan? Kau sejatinya adalah pribumi, kau harus bertekad kuat dan membela tanah ini, sekali pun musuh terbesarmu adalah keluargamu sendiri. Lagi pula, alasan mengapa orang itu nyaris tidak menunjukkan kasih sayangnya … bukankah karena itu? Dia tak ingin terlalu dekat denganmu karena itu hanya akan membuatmu makin sulit untuk mengakhiri ini semua.
Edie menghela napas dan membuang muka.
EDIE
Yah … walau kurasa sudah terlambat untuk mengatakan itu, kita telah terlepas dari Pemerintahan Hindia Belanda maupun Nippon.
Putra murung.
PUTRA
Kau benar. Telah terlambat. Aku mengabaikan kesempatan untuk membuktikan siapa diriku, bahkan dua kali. Sesungguhnya … siapa yang tidak memiliki tempat di sini bukanlah seorang Indo-Belanda seperti Marie, melainkan diriku ….
Marie tak tega.
MARIE
Putra....
EDIE
Tak ada pilihan lain, bukan? Sekarang sudah—
Hadian datang mengendarai trem.
HADIAN
Oh! Syukurlah kau ada di sini, Putra. Aku perlu memberitahumu bahwa kita ada sedikit perubahan jadwal pengiriman untuk besok pagi-pagi sekali.
Hadian menghela napas lega.
HADIAN
Kupikir aku tidak akan sempat memberitahumu ….
PUTRA
Tuan Hadian?
Hadian mengeluarkan selembar kertas.
HADIAN
Ini detailnya. Lakukan dengan teliti, ya. Tak masalah meskipun pengirimannya tidak begitu cepat.
Putra menerima kertas, lalu membacanya sambil mengangguk.
PUTRA
Dimengerti.
Hadian tersenyum.
HADIAN
Marie juga ada di sini? Bagaimana kabarmu? Lama tidak berjumpa, ya.
Marie ceria dan terdengar hangat.
MARIE
Sangat baik. Tak ada apa pun yang aku khawatirkan lagi usai Tuan Hadian memberikan bantuan. Perekonomian bisnis pertokoan maupun masyarakat Purwoasri pasti akan segera membaik!
Hadian keheranan.
HADIAN
Apa maksudmu? Kami belum memutuskan apa pun, lho.
Marie terkejut.
MARIE
Lantas … kotak-kotak ini?
Hadian menatap Marie, Putra, dan Edie bergantian.
HADIAN
Kalian.... Apa aku terlihat seperti berbohong bila mengatakan tidak tahu apa pun tentang kotak-kotak itu?
Marie agak panik.
MARIE
Tuan Hadian. Kumohon … ini bukan saatnya untuk bercanda, semua toko kulihat mendapatkan kotak-kotak yang sama. Apa lagi bila itu bukan dari Anda—
Sesuatu di dalam trem yang dibawa Hadian bergerak.
Edie tanggap beranjak untuk berdiri di antara Marie dan trem yang dibawa Hadian.
EDIE
Marie, awas!
HADIAN
Barusan....
PUTRA
Penyusup?
Edie melirik kanan kiri, mencari sesuatu sebagai senjata.
EDIE
Kurasa begitu.
Marie diam-diam mengulurkan pistol kepada Edie, lalu berbisik.
MARIE
Tuan Julio pernah memberiku ini untuk berjaga-jaga ….
Edie mengangguk kecil, lalu menatap Hadian sinis, berbisik dengan tegas.
EDIE
Dasar, datang-datang membawa parasit ….
HADIAN
Aku juga tidak tahu bila—
Sesuatu di dalam trem bergerak lagi.
Edie menatap trem kembali, bersiap dengan pistol.
EDIE
Kena kau!
Edie melepaskan tembakan.
Putra terkejut.
PUTRA
Itu sungguh penyusup?
HADIAN
Putra!
Hadian memberi kode kepada Putra agar tetap waspada.
Edie masih bersiap dengan pistol.
EDIE
Melesetkah?
HANAKO
Tidak sama sekali. Lagi pula, sapaan macam apa itu?
Hanako kesal, keluar dari trem.
PUTRA
Hanako?
HADIAN
Seorang gadis Nippon?
Hanako melempar topi baret yang berlubang.
HANAKO
Dasar keji …. Kau hampir membunuhku, tahu. Bagaimana bila aku tak sempat menghindar?
Edie menurunkan pistol, tersenyum tanpa rasa bersalah.
EDIE
Maaf. Siapa suruh menyusup dan mengendap-endap seperti itu?
PUTRA
Mengapa kau ada di sini? Bukankah kau sudah pergi bersama Brigjen Masahiro dan pasukan kavalerinya tiga bulan lalu?
HANAKO
Benar. Namun, aku kembali.
PUTRA
Mengapa?
EDIE
Kalian tak cukup dengan kami hanya memojokkan pasukan kavaleri itu? Menginginkanku untuk benar-benar sampai menghabisi si brigjen? Atau apa, kau hendak memperingatkan kami tentang kelicikan atau pengkhianatan Nippon lagi, seperti dulu? Apa-apaan kau ini, seorang pengantar pesan dari surga? Oh, tidak juga, kurasa tempatmu berasal itu lebih cocok disebut sebagai jurang gelap tanpa dasar.
HANAKO
Itu benar.
Edie keheranan.
EDIE
Hah? Kau tak keberatan aku mengolok-olok negaramu?
PUTRA
Hanako, kau baru datang? Ini sudah tengah malam, kau punya tempat untuk beristirahat?
HANAKO
Aku tidak peduli tentang tempat untuk beristirahat … dan juga, aku datang sore tadi, bersamaan dengan kotak-kotak itu.
Marie senang.
MARIE
Jadi, kotak-kotak ini darimu, Hanako? Kalau begitu, aku bisa tenang.
HANAKO
Tidak, bukan dariku.
MARIE
Apa maksudmu?
Edie serius, kesal, sinis.
EDIE
Lantas, dari Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang?
HANAKO
Sayang sekali, itu juga bukan … secara tidak langsung.
Edie berbicara dengan makin mengerikan dan makin serius.
EDIE
Katakan semuanya.
Putra khawatir.
PUTRA
Tunggu sebentar. Hanako, kau pergi tanpa sepengetahuan ayahmu?
Hanako menatap Putra, mengangguk pelan.
HANAKO
Edie benar. Ayahku adalah orang keji aku tak ingin membiarkannya lebih lama aku. Aku lelah menjadi plin-plan. Bukan berarti aku berpihak kepada Nippon atau pun pribumi. Aku sekarang … akan hidup dengan caraku sendiri!
Hanako menatap Edie.
HANAKO
Itulah mengapa aku datang kemari.
EDIE
Orang itu merencanakan sesuatu?
Hanako mengangguk tegas.
HANAKO
Orang itu penuh kelicikan. Usai dikalahkan oleh kalian, dia tak mungkin terima dan tinggal diam begitu saja. Minggu lalu, Ayah berbicara kepada KNIL, mengatakan bahwa orang-orang Belanda yang tersisa di Purwoasri dipaksa menjadi budak oleh para pribumi.
Hadian kesal.
HADIAN
Apa?
EDIE
Tak masuk akal.
MARIE
Kurasa … tak ada seorang pun yang menjadi budak di sini.
PUTRA
Itu fitnah!
HANAKO
Ya, itu memang fitnah.
EDIE
Maksudmu … Brigjen Masahiro mengadu domba, ingin membuat KNIL kesal dengan kami?
Hanako menatap kotak-kotak di toko.
HANAKO
Benar. Lalu, itu adalah respons KNIL.
PUTRA
Sesungguhnya apa isi kotak itu, bom?
HANAKO
Aku tak tahu pasti. Namun, kudengar Belanda sempat menyebutkan tentang Londo Ambon.
EDIE
Londo Ambon?
PUTRA
Apa itu?
HADIAN
Makanan?
MARIE
Semacam bikang ambon?
HADIAN
Artinya, mereka memasukkan racun ke dalam bikang ambon yang dikirim melalui kotak-kotak ini?
Putra menoleh memandang kotak-kotak bersamaan dengan Marie, Edie, Hadian, dan Hanako, lantas menatap Hanako.
PUTRA
Benar … begitu?
HANAKO
Kubilang, aku tak tahu banyak.
EDIE
Hanya itu?
Hanako mengangguk, lalu tiba-tiba agak terbelalak.
HANAKO
Oh … kurasa, ada yang sempat mengatakan sesuatu tentang pukul satu pagi. Namun, aku tak yakin apakah itu penting.
Hadian melihat jam tangan.
HADIAN
Pukul satu pagi? Sepuluh menit lagi
PUTRA
Tak terdengar istimewa. Agaknya … itu memang bukan hal penting, kurasa.
Edie tiba-tiba agak tersentak, lalu menatap kanan kiri, berbicara sendiri.
EDIE
Aku butuh sesuatu ....
MARIE
Edie, ada apa?
Edie mengambil bambu runcing di ujung pelataran toko.
EDIE
Aku tahu kau mungkin tak akan mengizinkanku melakukan ini, tetapi … aku sudah siap memberikan kompensasi apabila ini sia-sia.
Edie berjalan mendekati kotak-kotak.
EDIE
Lagi pula, aku sendiri juga hampir tak memiliki keyakinan akan hal ini.
Marie mengamati Edie.
MARIE
Apa maksudmu?
EDIE
Mari kita lihat.
Edie mengangkat bambu runcing, lalu menusukannya ke dalam salah satu kotak.
PUTRA
Tunggu—
HANAKO
Apa yang kau lakukan?
HADIAN
Kau hanya merusak apa yang ada di dalamnya.
Marie agak kesal dan kecewa.
MARIE
Edie....
Edie menghela napas.
EDIE
Dasar, hanya menghabiskan tenaga …. Sudah kuduga hanya—
Darah merembes dari dalam kotak.
HANAKO
Mustahil!
HADIAN
Bagaimana bisa?
Edie membuka kotak, lalu terkejut.
EDIE
Kau!
PUTRA
Letkol de Capellen?
Marie sangat terpukul, menutup mulut menggunakan tangan.
MARIE
Mengapa?