Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Suatu Kehormatan
Suka
Favorit
Bagikan
3. Act 3 (Bagian 1)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

ACT 3


  1. EXT. PELATARAN TOKO ROTI - AGUSTUS 1945 - NIGHT

Trem berhenti di depan toko roti. Putra turun.

PUTRA

Kalian, turunkan karung-karung goni itu di depan toko!

ORANG PRIBUMI 4

Baik.

Orang-orang pribumi menurunkan karung-karung goni.

Marie keluar dari toko.

MARIE

Putra?

Putra menghampiri Marie.

PUTRA

Marie, Maaf memaksamu terjaga hingga selarut ini. Beberapa hari ke depan, kami sangat sibuk sehingga waktu paling memungkinkan untuk mengantar gula-gula pesananmu adalah malam ini.

MARIE

Bukan masalah, Putra. Lagi pula, aku dan beberapa karyawan lain sudah sering bekerja hingga larut malam untuk menyiapkan roti-roti yang akan dijual besok.

PUTRA

Begitu, ya? Namun, bukankah kau perlu lebih banyak istirahat?

MARIE

Aku tahu …. Kau menjadi cerewet sekarang.

PUTRA

Bukan begitu....

Putra tak sengaja menoleh ke sisi lain pelataran. Ada kotak-kotak.

PUTRA

Oh, ya, kotak-kotak itu apa?

MARIE

Oh, ini … baru saja datang sore tadi.

PUTRA

Apa isinya?

MARIE

Kurasa bantuan dari rekan Tuan Hadian, entah bahan baku atau keperluan toko lain. Pasalnya, kulihat semua toko mendapatkannya … dan kau tahu, bulan lalu aku bersama beberapa pemilik toko lain sempat mengeluh kepada Tuan Hadian tentang sulitnya perekonomian akhir-akhir ini.

PUTRA

Tuan Hadian … yang itu?

MARIE

Iya. Pimpinan di pabrik gula milikmu. Dia adalah satu-satunya ningrat di Purwoasri, bukan?

Putra mengangguk-angguk.

PUTRA

Baguslah apabila kalian mendapatkan dukungan.

Marie berbicara jahil.

MARIE

Ngomong-ngomong, Putra. Mengapa tidak kau saja yang memimpin Pabrik Gula Purwoasri? Lagi pula, tempat itu dulunya milik ayahmu. Bukankah menawan bila kau dipanggil Tuan Muda Kepala Pabrik?

Putra panik dan malu-malu.

PUTRA

Apa— Ini bukan saatnya untuk bercanda, tahu.

Marie tertawa.

MARIE

Baiklah, baiklah.

PUTRA

Tuan Hadian terlihat sangat ingin memimpin tempat itu dan aku juga tak suka melakukan tugas merepotkan seperti menduduki jabatan kepala pabrik. Menjadi pekerja kasar sudah cukup bagiku. Lagi pula ….

Putra menjadi serius.

PUTRA

Aku tak suka apabila orang-orang melihatku seolah menerima warisan dari Ayah.

Edie tiba-tiba datang.

EDIE

Kau yakin Geen mewariskan pabrik itu padamu?

PUTRA

Edie? Sejak kapan ….

Edie tersenyum enteng.

EDIE

Kau tak tahu bila aku membantu di tempat ini?

Marie tertawa.

MARIE

Semenjak Tuan Julio dan Pasukan Infanteri IX KNIL yang dipimpinnya meninggalkan Purwoasri, perumahan tempat tinggal para tentara Belanda itu kosong. Aku memanfaatkan sebagian kecil untuk membuka toko roti ini dan sisanya kuserahkan kepada Edie.

EDIE

Aku mengubahnya menjadi aset milik Tentara Sukarela.

PUTRA

Tentara Sukarela?

EDIE

Para pemuda yang kau kumpulkan hari itu. Mereka sekarang tinggal dan berkumpul di sini.

PUTRA

Kau memberi mereka nama Tentara Sukarela?

EDIE

Kurasa mungkin suatu saat kita masih membutuhkan tenaga mereka. Mengapa? Kau keberatan dengan nama itu?

PUTRA

Bukan begitu …. Lagi pula, aku siapa sampai harus repot-repot keberatan?

Edie tertawa kecil.

EDIE

Apa yang kau maksud siapa? Putra, bila bukan karena dirimu, para pemuda itu tak akan berkumpul.

Edie murung.

EDIE

Aku … tak yakin bisa melakukan hal yang sama seperti dirimu.

PUTRA

Namun, aku ….

MARIE

Sudahlah. Yang terpenting, kita sudah terlepas dari kekuasaan Nippon, bukan? Mereka semua juga sudah pergi dari sini usai dikalahkan oleh Tentara Sukarela.

Putra menatap Marie.

PUTRA

Memang iya, tetapi ….

Putra tiba-tiba kesal, lalu menatap Edie.

PUTRA

Apa kau gila? Kau hampir terbunuh gara-gara peperangan nekat itu!

Marie agak terkejut.

MARIE

Kudengar Edie terus berada di paling depan selama kalian berperang melawan Nippon. Itu benar?

Edie memalingkan wajah, tertawa aneh.

EDIE

Kurasa rumor itu berlebihan ….

PUTRA

Rumor itu memang benar! Bagaimana dengan lukamu? Kuharap kau mendapat tembakan di kepala dan tetap tak sadarkan diri hingga sekarang! Dasar … aku tak tahu apa yang ada di otakmu ….

Putra melirik Edie sinis.

MARIE

Putra, apabila seseorang mendapatkan tembakan di kepala, dia akan langsung mati, lho.

PUTRA

Oh … benar juga.

Marie berbicara jahil sambil melirik Putra.

MARIE

Namun … itu masih lebih baik daripada tidak ikut berperang sama sekali, bukan?

Putra terperanjat.

PUTRA

Apa? Kau tahu, aku bukan—

Edie tertawa cukup kencang.

EDIE

Sudah, hentikan, Marie. Lelaki ini akan selamanya menjadi anak kecil yang hanya bisa menonton segalanya dari belakang, termasuk dalam peperangan melawan Nippon hari lalu.

MARIE

Sungguh?

Edie tertawa.

EDIE

Tentu.

Edie menatap Putra.

EDIE

Mengapa? Kau tak suka?

Putra kesal dan serius.

PUTRA

Mengapa kau membawa-bawa topik ini sekarang?

EDIE

Aku akan bertanya lagi … mengapa? Kau tak ingin Marie mengetahuinya, bahwa kau hanyalah tempelan debu di tepi jendela dan bukanlah seorang lelaki yang dapat diandalkan?

Edie serius.

EDIE

Putra, aku mungkin sudah menyinggung tentang ini beberapa kali, tetapi bukankah sekarang saatnya kau berpikir lebih jauh?

Putra agak keheranan dan tertegun.

PUTRA

Apa maksudmu?

EDIE

Menurutmu, ayahmu membesarkanmu untuk menjadi apa? Pengecut? Tentu tidak, ‘kan? Kau sejatinya adalah pribumi, kau harus bertekad kuat dan membela tanah ini, sekali pun musuh terbesarmu adalah keluargamu sendiri. Lagi pula, alasan mengapa orang itu nyaris tidak menunjukkan kasih sayangnya … bukankah karena itu? Dia tak ingin terlalu dekat denganmu karena itu hanya akan membuatmu makin sulit untuk mengakhiri ini semua.

Edie menghela napas dan membuang muka.

EDIE

Yah … walau kurasa sudah terlambat untuk mengatakan itu, kita telah terlepas dari Pemerintahan Hindia Belanda maupun Nippon.

Putra murung.

PUTRA

Kau benar. Telah terlambat. Aku mengabaikan kesempatan untuk membuktikan siapa diriku, bahkan dua kali. Sesungguhnya … siapa yang tidak memiliki tempat di sini bukanlah seorang Indo-Belanda seperti Marie, melainkan diriku ….

Marie tak tega.

MARIE

Putra....

EDIE

Tak ada pilihan lain, bukan? Sekarang sudah—

Hadian datang mengendarai trem.

HADIAN

Oh! Syukurlah kau ada di sini, Putra. Aku perlu memberitahumu bahwa kita ada sedikit perubahan jadwal pengiriman untuk besok pagi-pagi sekali.

Hadian menghela napas lega.

HADIAN

Kupikir aku tidak akan sempat memberitahumu ….

PUTRA

Tuan Hadian?

Hadian mengeluarkan selembar kertas.

HADIAN

Ini detailnya. Lakukan dengan teliti, ya. Tak masalah meskipun pengirimannya tidak begitu cepat.

Putra menerima kertas, lalu membacanya sambil mengangguk.

PUTRA

Dimengerti.

Hadian tersenyum.

HADIAN

Marie juga ada di sini? Bagaimana kabarmu? Lama tidak berjumpa, ya.

Marie ceria dan terdengar hangat.

MARIE

Sangat baik. Tak ada apa pun yang aku khawatirkan lagi usai Tuan Hadian memberikan bantuan. Perekonomian bisnis pertokoan maupun masyarakat Purwoasri pasti akan segera membaik!

Hadian keheranan.

HADIAN

Apa maksudmu? Kami belum memutuskan apa pun, lho.

Marie terkejut.

MARIE

Lantas … kotak-kotak ini?

Hadian menatap Marie, Putra, dan Edie bergantian.

HADIAN

Kalian.... Apa aku terlihat seperti berbohong bila mengatakan tidak tahu apa pun tentang kotak-kotak itu?

Marie agak panik.

MARIE

Tuan Hadian. Kumohon … ini bukan saatnya untuk bercanda, semua toko kulihat mendapatkan kotak-kotak yang sama. Apa lagi bila itu bukan dari Anda—

Sesuatu di dalam trem yang dibawa Hadian bergerak.

Edie tanggap beranjak untuk berdiri di antara Marie dan trem yang dibawa Hadian.

EDIE

Marie, awas!

HADIAN

Barusan....

PUTRA

Penyusup?

Edie melirik kanan kiri, mencari sesuatu sebagai senjata.

EDIE

Kurasa begitu.

Marie diam-diam mengulurkan pistol kepada Edie, lalu berbisik.

MARIE

Tuan Julio pernah memberiku ini untuk berjaga-jaga ….

Edie mengangguk kecil, lalu menatap Hadian sinis, berbisik dengan tegas.

EDIE

Dasar, datang-datang membawa parasit ….

HADIAN

Aku juga tidak tahu bila—

Sesuatu di dalam trem bergerak lagi.

Edie menatap trem kembali, bersiap dengan pistol.

EDIE

Kena kau!

Edie melepaskan tembakan.

Putra terkejut.

PUTRA

Itu sungguh penyusup?

HADIAN

Putra!

Hadian memberi kode kepada Putra agar tetap waspada.

Edie masih bersiap dengan pistol.

EDIE

Melesetkah?

HANAKO

Tidak sama sekali. Lagi pula, sapaan macam apa itu?

Hanako kesal, keluar dari trem.

PUTRA

Hanako?

HADIAN

Seorang gadis Nippon?

Hanako melempar topi baret yang berlubang.

HANAKO

Dasar keji …. Kau hampir membunuhku, tahu. Bagaimana bila aku tak sempat menghindar?

Edie menurunkan pistol, tersenyum tanpa rasa bersalah.

EDIE

Maaf. Siapa suruh menyusup dan mengendap-endap seperti itu?

PUTRA

Mengapa kau ada di sini? Bukankah kau sudah pergi bersama Brigjen Masahiro dan pasukan kavalerinya tiga bulan lalu?

HANAKO

Benar. Namun, aku kembali.

PUTRA

Mengapa?

EDIE

Kalian tak cukup dengan kami hanya memojokkan pasukan kavaleri itu? Menginginkanku untuk benar-benar sampai menghabisi si brigjen? Atau apa, kau hendak memperingatkan kami tentang kelicikan atau pengkhianatan Nippon lagi, seperti dulu? Apa-apaan kau ini, seorang pengantar pesan dari surga? Oh, tidak juga, kurasa tempatmu berasal itu lebih cocok disebut sebagai jurang gelap tanpa dasar.

HANAKO

Itu benar.

Edie keheranan.

EDIE

Hah? Kau tak keberatan aku mengolok-olok negaramu?

PUTRA

Hanako, kau baru datang? Ini sudah tengah malam, kau punya tempat untuk beristirahat?

HANAKO

Aku tidak peduli tentang tempat untuk beristirahat … dan juga, aku datang sore tadi, bersamaan dengan kotak-kotak itu.

Marie senang.

MARIE

Jadi, kotak-kotak ini darimu, Hanako? Kalau begitu, aku bisa tenang.

HANAKO

Tidak, bukan dariku.

MARIE

Apa maksudmu?

Edie serius, kesal, sinis.

EDIE

Lantas, dari Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang?

HANAKO

Sayang sekali, itu juga bukan … secara tidak langsung.

Edie berbicara dengan makin mengerikan dan makin serius.

EDIE

Katakan semuanya.

Putra khawatir.

PUTRA

Tunggu sebentar. Hanako, kau pergi tanpa sepengetahuan ayahmu?

Hanako menatap Putra, mengangguk pelan.

HANAKO

Edie benar. Ayahku adalah orang keji aku tak ingin membiarkannya lebih lama aku. Aku lelah menjadi plin-plan. Bukan berarti aku berpihak kepada Nippon atau pun pribumi. Aku sekarang … akan hidup dengan caraku sendiri!

Hanako menatap Edie.

HANAKO

Itulah mengapa aku datang kemari.

EDIE

Orang itu merencanakan sesuatu?

Hanako mengangguk tegas.

HANAKO

Orang itu penuh kelicikan. Usai dikalahkan oleh kalian, dia tak mungkin terima dan tinggal diam begitu saja. Minggu lalu, Ayah berbicara kepada KNIL, mengatakan bahwa orang-orang Belanda yang tersisa di Purwoasri dipaksa menjadi budak oleh para pribumi.

Hadian kesal.

HADIAN

Apa?

EDIE

Tak masuk akal.

MARIE

Kurasa … tak ada seorang pun yang menjadi budak di sini.

PUTRA

Itu fitnah!

HANAKO

Ya, itu memang fitnah.

EDIE

Maksudmu … Brigjen Masahiro mengadu domba, ingin membuat KNIL kesal dengan kami?

Hanako menatap kotak-kotak di toko.

HANAKO

Benar. Lalu, itu adalah respons KNIL.

PUTRA

Sesungguhnya apa isi kotak itu, bom?

HANAKO

Aku tak tahu pasti. Namun, kudengar Belanda sempat menyebutkan tentang Londo Ambon.

EDIE

Londo Ambon?

PUTRA

Apa itu?

HADIAN

Makanan?

MARIE

Semacam bikang ambon?

HADIAN

Artinya, mereka memasukkan racun ke dalam bikang ambon yang dikirim melalui kotak-kotak ini?

Putra menoleh memandang kotak-kotak bersamaan dengan Marie, Edie, Hadian, dan Hanako, lantas menatap Hanako.

PUTRA

Benar … begitu?

HANAKO

Kubilang, aku tak tahu banyak.

EDIE

Hanya itu?

Hanako mengangguk, lalu tiba-tiba agak terbelalak.

HANAKO

Oh … kurasa, ada yang sempat mengatakan sesuatu tentang pukul satu pagi. Namun, aku tak yakin apakah itu penting.

Hadian melihat jam tangan.

HADIAN

Pukul satu pagi? Sepuluh menit lagi

PUTRA

Tak terdengar istimewa. Agaknya … itu memang bukan hal penting, kurasa.

Edie tiba-tiba agak tersentak, lalu menatap kanan kiri, berbicara sendiri.

EDIE

Aku butuh sesuatu ....

MARIE

Edie, ada apa?

Edie mengambil bambu runcing di ujung pelataran toko.

EDIE

Aku tahu kau mungkin tak akan mengizinkanku melakukan ini, tetapi … aku sudah siap memberikan kompensasi apabila ini sia-sia.

Edie berjalan mendekati kotak-kotak.

EDIE

Lagi pula, aku sendiri juga hampir tak memiliki keyakinan akan hal ini.

Marie mengamati Edie.

MARIE

Apa maksudmu?

EDIE

Mari kita lihat.

Edie mengangkat bambu runcing, lalu menusukannya ke dalam salah satu kotak.

PUTRA

Tunggu—

HANAKO

Apa yang kau lakukan?

HADIAN

Kau hanya merusak apa yang ada di dalamnya.

Marie agak kesal dan kecewa.

MARIE

Edie....

Edie menghela napas.

EDIE

Dasar, hanya menghabiskan tenaga …. Sudah kuduga hanya—

Darah merembes dari dalam kotak.

HANAKO

Mustahil!

HADIAN

Bagaimana bisa?

Edie membuka kotak, lalu terkejut.

EDIE

Kau!

PUTRA

Letkol de Capellen?

Marie sangat terpukul, menutup mulut menggunakan tangan.

MARIE

Mengapa?
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar