Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Short Film Script Volume III
Suka
Favorit
Bagikan
4. Tanah Yang Di Janjikan 1

INT. RUMAH PAK KADES - SIANG

TIGA ORANG LAKI-LAKI, duduk ditengah Rumah. Rumah sederhana dari kayu.

Seorang dari mereka, melihat kertas-kertas di tangannya, memperhatikan seksama. Tak terlihat dengan jelas wajahnya.

Dua Orang di depannya, PAK KADES dan ANTO, menunggu. Terutama Anto yang terlihat cemas. Pak Kades hanya melihat dengan datar.

Seseorang itu meletakkan kertas-kertas itu di meja, FAIZAL, kemudian meminum kopi di depannya --

FAIZAL

Kopi Pak Kades memang gak ada yang lawan.
(meletakkan cangkir)
Ini udah semuanya?

ANTO

Udah pak, udah semuanya.

Jelas ada perasaan hormat dari Anto kepada Faizal. Walaupun Faizal terlihat lebih muda dibanding mereka berdua.

Faizal mengambil sesuatu dalam tas di sampingnya, ia mengeluarkan sebuah amplop coklat, tebal.

Ia meletakkan diatas meja --

FAIZAL

Sesuai dengan perjanjian kita.

Anto mengambil amplop itu, ia melihatnya, tersenyum --

ANTO

Makasih pak, makasih pak.

Pak Kades datar melihat apa yang terjadi saat ini, Faizal menyadarinya --

FAIZAL

Bapak juga dapat bagiannya bapak. Bapak tetap lakuin seperti kemarin-kemarin, bantuin Nenek.

Ada jeda diantara mereka.

PAK KADES

Bagaimana dengan Mandor?

FAIZAL

Dia anak buah saya, saya yang urus.

Ada jeda diantara mereka.

FAIZAL

Rima, cucu Nenek?

Anto melihat Pak Kades, Faizal juga menunggu jawab dari Pak Kades.

PAK KADES

Saya akan bilang ke dia, lagipula saya yang bilang masalah ini ke dia.

Faizal meminum kopinya lagi --

FAIZAL

(menunjuk kertas-kertas)
Dia gak tahu ini kan. Dia hanya tahu tanah itu sengketa dan memang di pengadilan sekarang, kita biarin gitu.
(meletakkan cangkir di meja)
Saya akan ke pengadilan dan kasih surat ini. Kita bilang putusan pengadilan sudah keluar, masalah selesai.

Ada jeda diantara mereka.

FAIZAL

(melihat Anto)
Atau Bapak yang bicara dengan anak bapak sendiri?

Ia diam, melihat ke Pak Kades.

FAIZAL

(heran)
Kenapa kalian, ha?

Anto dan Pak Kades hanya diam.

Faizal memasukkan kertas-kertas diatas meja ke dalam amplop, ia berdiri --

FAIZAL

Selamat Bapak-bapak, kalian bisa beli apa yang kalian inginkan.

Pak Kades melihat Faizal pergi, sementara Anto tersenyum melihat amplop tebal di tangannya.

EXT. DEPAN RUMAH PAK KADES - PAGI

Seseorang berjalan menuju rumah Pak Kades.

Dari belakang, terlihat sebuah benda berada dibelakang baju seseorang itu, berbentuk panjang dan ada pegangan di atasnya, sebuah Parang dan sarungnya.

INT. RUMAH PAK KAFDES - PAGI

Seorang Perempuan membaca kertas di depannya, RIMA, melihat dengan serius kertas-kertas di meja.

Pak Kades di depannya, memperhatikan.

Rima meletakkan kertas itu diatas meja.

PAK KADES

Gak ada yang bisa kita lakukan lagi.kita lakukan lagi.

Rima masih memperhatikan kertas-kertas di depannya.

PAK KADES

Mereka akan kerumah, bawa surat itu.

Rima masih melihat kertas-kertas itu.

PAK KADES

Kamu bicarakan ini dengan Nenek, lebih cepat lebih baik.

Ada jeda diantara mereka.

RIMA

Apa Bapak saya tahu tentang ini?

Mereka saling melihat, Rima menunggu jawaban Pak Kades.

PAK KADES

Tidak, dia gak tahu.

Ada jeda diantara mereka.

Rima berdiri dan berjalan kearah pintu --

RIMA

Makasih bantuannya, pak.

Ia berjalan keluar rumah Pak Kades.

Pak Kades hanya melihat semua itu dalam diam. Ia tidak bergerak dari kursinya.

EXT. DEPAN RUMAH NENEK - SIANG

Terdengar suara alat berat yang bergerak, sebuah Traktor berjalan didepan kita, debu-debu berterbangan disekitarnya.

Sebuah Ekskavator sedang merobohkan rumah, di belakangnya beberapa orang berkumpul, membicarakan sesuatu, sebuah Truk berada tak jauh disana.

Dari kejauhan, Rima melihat semua itu dari depan rumahnya, ia mengambil kerupuk-kerupuk yang di keringkan dan memasukkan kedalam Wadah.

NENEK, di sebelahnya, berjalan melewati Rima menuju rumah, juga membawa wadah.

Rima ikut di belakangnya --

Sebuah mobil dari kejauhan, melewati alat berat yang bekerja dan berhenti didepan rumah.

Tiga orang turun dari mobil, satu orang menjaga di sekitar mobil, dua orang berjalan menuju rumah.

Nenek berhenti, melihat mereka.

Seorang Laki-laki, MANDOR, melihat Nenek, memberi hormat. Faizal berdiri di belakang mandor.

Mereka tidak bicara, Nenek masuk kedalam rumah, di ikutinya keduanya.

Rima melihat orang yang berjaga didepan mobil, kemudian ia berjalan menuju rumah, sambil membawa wadah.

INT. RUANG TAMU - RUMAH NENEK - SIANG

Nenek melihat kertas-kertas di depannya dengan serius. Disebelahnya ada Rima, datar melihat kertas-kertas itu.

Mandor dan Faizal di depan mereka, menunggu jawaban --

MANDOR

Hasil putusannnya sudah keluar Nek... Kami yang menang.

Ada jeda diantara mereka.

NENEK

Saya gak bisa baca tulis.
(memastikan)
Bener Rima?

Rima hanya mengangguk.

MANDOR

(melihat Rima)
Kami juga kasih suratnya ke Pak Kades, dia sudah kasih tahu kamu kan?

Rima hanya mengangguk.

FAIZAL

Kami tidak akan menuntut kalian buat ganti rugi, kami cuma mau kalian pergi dari rumah ini secepatnya.

Nenek bangun dan membawa wadah di ke belakang.

Rima tidak bereaksi, ia melihat ke arah lain, Mandor melihat Nenek pergi, Faizal menatap datar Nenek.

FAIZAL

Kami hanya ingin kalian keluar tanpa kami paksa, dan kami berhak memanggil polisi untuk memaksa kalian keluar dari sini.

Ada jeda diantara mereka.

MANDOR

Kamu dan Nenek bisa keluar kapan saja, kami akan menunggu, tapi tidak lama.

Rima tidak menjawab.

FAIZAL

Menurut Hukum, kamu dan Orang tua itu harus keluar dari rumah ini dalam tiga puluh hari dari keluarnya putusan, sekarang sisa waktu kalian duapuluh delapan hari.

Ada jeda diantara mereka.

FAIZAL

Lebih baik kalian cepat cari tempat baru.

Rima hanya melihat Faizal dengan datar.

FAIZAL

Aku hanya kasih tahu yang sebenarnya.

Ada jeda diantara mereka.

FAIZAL

Aku punya kuasa atas kalian, dan kami punya hukum di tempat ini.

Rima tidak terpancing, ia melihat datar Faizal.

EXT. DEPAN RUMAH NENEK - PAGI

Mandor pergi menuju mobil, Faizal mengikutinya di belakang.

Mandor berhenti --

MANDOR

Jangan bicara hukum, apapun bisa terjadi disini, pak. Disini bukan tanah kita.

Mandor membuka pintu mobil --

MANDOR

Sebaiknya hati-hati kalau bicara. Semua bisa terjadi diluar perkiraan bapak.

Mandor masuk kedalam mobil.

Faizal melihat Mandor yang didalam mobil sekarang, kemudian ia melihat Rumah Nenek di depannya. Dingin.

INT. DAPUR - RUMAH NENEK - SIANG

Nenek sedang meniup api, kepulan asap berterbangan kesegela arah, Nenek mengambil kayu dan memasukkan ke tungku api, kemudian meniupnya lagi.

Dari arah pintu, Rima muncul dan duduk di sana, melihat Nenek --

RIMA

Biar Rima aja Nek.

Nenek tidak menjawab, masih melihat tungku api.

NENEK

Cuma ini yang kita punya, Rima.

Ada jeda diantara mereka.

NENEK

Cuma ini peninggalan Kakek kamu.

Rima hanya melihat Nenek.

INT. RUANG TAMU - RUMAH NENEK - SIANG

Rima duduk di ruang tamu, ia melihat kertas-kertas yang ada di depannya, ia mengambil selembar kertas itu.

Ia melihatnya, seksama --

Baris kalimat disana, bertuliskan:

"ASTUNI, umur 70 tahun, pekerjaan Ibu rumah tangga. Sebagai tergugat"

Rima melihat ke bagian bawah, bertuliskan:

"LAWAN"

MUCHTAR, umur 50 tahun, pekerjaan Wiraswasta. Sebagai Penggugat"

Rima membuka halaman selanjutnya, ia melihat baris kalimat disana, bertuliskan:

"Memperhatikan dan menerima keadaan-keadaan mengenai duduknya perkara ini sebagaimana..."

Ia melihat kebagian lain.

Ada baris kalimat disana, bertuliskan:

"Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebahagian;

1. Menyatakan Sah Setifikat Hak Milik No.1256, tertanggal 14 Maret 2010 yang dikeluarkan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional...

2. Menyatakan bahwa Penggugat adalah pemilik sah atas tanah terperkara

3. Menghukum Tergugat untuk mengembalikan/mengosongkan tanah terperkara kepada Penggugat dalam keadaan baik dan kosong tanpa ganti rugi..."

Rima membalikan kertas itu dan meletakkan kembali diatas meja. Ia melihat kertas itu dengan datar.

EXT. DEPAN RUMAH RUSAK - MALAM

Rima melihat bangunan di depannya, bangunan yang sudah tidak berbentuk itu, ia melihat sekelilingnya.

Ia melihat rumah lainnya dalam kondisi yang sama. Ia melihat alat-alat berat yang berhenti bekerja di sudut bangunan.

Ia melihat material bangunan yang berada di tanah, dengan datar.

Rima mengambil sesuatu dari celananya, sebuah Handphone, ia memencet sesuatu disana, dari layar handphone, bertuliskan:

"Bapak".

Rima melihat layar handphone dengan datar, ia menelepon bapaknya.

Ia menunggu --

Tidak ada jawaban.

Ia menelepon lagi --

Tidak ada jawaban lagi.

Ia menelepon lagi --

Tidak ada jawaban lagi.

Rima melihat datar sekelilingnya, kemudian, ia berjalan menuju rumahnya.

EXT. DEPAN RUMAH PAK KADES - MALAM

Sebuah mobil berhenti didepan sebuah rumah.

Faizal berjalan kearah rumah Pak Kades.

Ia mengetok pintu rumah.

Pintu rumah terbuka, di balik pintu, Pak Kades muncul --

FAIZAL

Saya mau bicara tentang Nenek.

Pak Kades melihat Faizal dengan datar.

INT. KAMAR NENEK - RUMAH NENEK - MALAM

Nenek duduk di tempat tidur, ia memegang sesuatu, melihatnya.

Dari luar, Rima berjalan di depan kamar Nenek, melihatnya --

Ia masuk kedalam kamar, duduk di sebelahnya.

Ia melihat Nenek memegang sebuah Foto, Nenek dan Kakek di foto itu, saat masih muda.

NENEK

Pertama kali rumah ini selesai, ada orang yang fotoin kami.

Ada jeda diantara mereka.

NENEK

(melihat sekitar)
Kami bangun rumah ini pelan-pelan.

Rima memegang tangan Nenek.

RIMA

Rima coba telepon Bapak... gak diangkat.

NENEK

Nenek gak bisa lindungin rumah kita, Rima. Orang tua ini gak bisa. Bahkan dia dibodohi orang lain.

RIMA

Nek... Nek... Nenek, Nenek gak bodoh, gak ada yang bisa kita lakuin lagi. Nenek gak bodoh.

NENEK

(menggelengkan kepala)
Nenek bodoh Rima, Anak Nenek sendiri tinggalin keluarganya dan bodohin kita semua.

Rima menahan tangisnya. Ia menggeleng.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar