Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Alfred melihat ke arah Angel dan teman-temannya.
ALFRED
(berbicara pelan)
Kita bisa pake mereka.
ELISA
(berbicara pelan)
Maksudnya?
ALFRED
(berbicara pelan)
Kalau apa yang dibilang Angel tentang sifat Nita itu benar. Dia pasti bakal cari temannya dulu sebelum keluar hutan cari pertolongan. Kalau dia susuri jalan setapak, dia pasti bakal nemuin Villa ini, dengan teman-temannya yang udah ada di dalam. Kita bisa pake mereka sebagai sandera buat dapetin Nita.
ELISA
(berbicara pelan)
Terserah. Pokoknya saya pengen semuanya bersih. Besok berita yang muncul harus "Hilangnya seorang pengusaha besar di tengah hutan.", bukan "Seorang isteri berkomplot dengan pembunuh bayaran untuk menghabisi suaminya demi harta!" ingat itu!
ALFRED
(tertawa)
Kamu tenang saja.
ELISA
(berbicara pelan)
Semua gara-gara hujan sialan ini! ada orang numpang ke Villa, ada orang kesasar ke dalam hutan, ugh! (menghisap rokok)
ALFRED
(berbicara pelan)
Kita tidak bisa lawan kehendak alam! Lagipula kenapa kamu biarkan anak-anak itu ada di sini sejak awal?
Elisa menaikan bahu.
ALFRED
(berbicara pelan)
Sekarang anak-anak ini sudah jadi potential witness. Sama dengan seorang temannya di luar sana. Kalo polisi menangkap kami, anak-anak ini bakal jadi saksi kalau kita pernah kontak. You pun bakal terlibat. Kita gak bisa nutupin.
ELISA
(berbicara pelan)
Itu pun kalau temannya di luar sana ngeliat kejahatan kamu terus ngelapor.
ALFRED
(berbicara pelan)
Kita rencanakan yang terburuk saja. Sekarang, kita tahan mereka di sini sebagai sandera, sampai si Nita keluar buat selametin mereka. Itu lebih mudah ketimbang harus cari secara membabi buta ke dalam hutan. Bisa kabur dia kalo liat kita nanti. Dan kalo dia berhasil keluar hutan terus ngelapor, habis kita. Jadi kita tangkap nanti si Nita, kumpulkan bersama teman-temanya, terus kita interogasi. Apa yang bakal terjadi? tergantung, apa yang mereka tahu tentang kita?
ELISA
(berbicara pelan, gestur tak setuju)
Harus ngebunuh bocah lagi?
ALFRED
(berbicara pelan)
Enam mahasiswa dan satu pengusaha hilang di hutan saat terjadi badai. Itu lebih meyakinkan daripada cuma satu pengusaha yang hilang.
ELISA
(berbicara pelan)
Terserah terserah. Itu tugas kalian. Pokoknya beresin semua. Saya kasih uangnya. Terus udah, kita gak pernah ketemu lagi selamanya.
ALFRED
Ya, tentu! tentu saja.
Terdengar suara pintu Villa di gedor. Semua melihat ke arah pintu.
ELISA
Siapa lagi sekarang?
ALFRED
Kamu diam. Biar saya yang usir tamu kita ini.
Alfred berjalan ke arah pintu, meminta kunci ke mahasiswa.
ALFRED
Kunci pintu, tolong lempar!
NICO
Tangkap kek!
Nico MELEMPAR kunci pintu, Alfred MENANGKAPNYA.
Alfred menggunakan kunci untuk membuka pintu. Kita melihat seorang pria gagah, ROY (L/40) dan isterinya yang tampak sakit, LORA (P/35). Roy tersenyum kepada Alfred.
ALFRED
Ada yang bisa saya bantu?
ROY
Maaf, boleh kami berteduh di sini? Isteri saya mendadak sakit karena kehujanan.
Alfred melihat sang isteri yang lemas, bersandar di bahu suaminya.
ALFRED
Maaf tapi kami sedang menunggu tamu di sini. Kami khawatir nanti tempatnya jadi sesak.
ROY
Tolong, biarkan isteri saya istirahat. Kami tidak makan banyak tempat. Cuma satu kamar, untuk saya, isteri saya, dan anak saya ini...
Berjalan dari balik badan ayahnya, seorang gadis kecil cantik bernama VERITA (P/7). Alfred sangat lemah pada anak kecil. Ia pun berlutut.
ALFRED
Siapa nama kamu nak?
Verita malu-malu.
ROY
Ayo, bilang ke kakek nya.
VERITA
Verita...
ALFRED
Verita... nama yang cantik...
Verita bersin. Alfred segera berdiri.
ALFRED
Masuk, ayo masuk. Di luar dingin!
ROY
Terima kasih! Terima kasih banyak!
ALFRED
Ya ya, ayo.
Roy dan keluarganya masuk Villa. Mereka tersenyum pada Angel dan teman-temannya yang duduk di sofa.
Elisa melihat hal itu dan berdecak sebal.
ELISA
Goblok. Malah di bawa masuk.
Alfred menaikan bahu, memberi bahasa tubuh, "Mau gimana lagi?"
ALFRED
Ehm... saya Alfred, dan wanita cantik yang duduk di meja makan sana, dia Elisa. Pemilik Villa mewah ini.
Elisa tersenyum lalu mendekati Roy. Mereka berjabat tangan.
ROY
Saya Roy. Ini isteri saya, Lora dan anak saya, Verita.
ELISA
Hey cantik... (ke Verita, lalu melihat Lora), ...Ehm, Lora kayaknya gak sehat.
ROY
Iya, tiba-tiba dia mual dan pusing. Badannya juga panas. Gara-gara kehujanan kayaknya.
ELISA
Di atas ada kamar. Pake aja buat istirahat.
ROY
Wah makasih banyak. Kami sangat tertolong.
ELISA
Ya, ya gak apa-apa. Senang bisa membantu.
Rou memamapah Lora ke lantai atas. Verita ikut di belakangnya. Elisa melirik tajam Alfred. Mereka kembali ke meja makan. Kunci pintu di simpan di atas meja makan.
ELISA
(bicara pelan)
Kamu udah gila?!
ALFRED
(bicara pelan)
Mau gimana lagi? Saya lemah sama anak-anak. Di tambah dia mirip cucu saya yang sudah meninggal.
ELISA
(bicara pelan)
Itu urusan pribadi kamu. Harusnya kamu bersikap lebih profesional!
ALFRED
(bicara pelan)
Itu satu-satunya kelmahan saya. Maaf.
Elisa tampak kesal. Tompel dan Tonggos hanya menghela nafas.
Bima dari tadi memerhatikan mereka dari sofa, mulai curiga. Sedangkan Nico sedang asyik menonton sesuatu di smartphone nya.
BIMA
(ke Angel dan Jenny)
Daritadi mereka bicaranya bisik-bisik. Kenapa ya?
Angel dan Jenny melihat ke arah meja makan.
BIMA
(berbisik)
Jangan diliat!
ANGEL
Udahlah itu urusan mereka. Kita cuma numpang di sini. Kalau hujan udah reda kita lanjut jalan, bangun tenda.
BIMA
Apa kalian gak curiga? Suaminya si Tante belum pulang daritadi.
ANGEL
Terus kenapa? Si Rian sama si Nita juga sama. Mungkin mereka lagi berteduh di suatu tempat gara-gara hujan gede. Kalo reda kita cari mereka bareng-bareng.
JENNY
Iya, kebanyakan nonton film kriminal nih Bima.
BIMA
Yah, setelah hujan reda kita langsung cabut. Perasaan aku udah gak enak sejak Om Alfred dan kawan-kawannya datang.
ANGEL
Ya, tenang aja.
Angel mengengam tangan Bima. Mereka tersenyum. Jenny melihat hal itu, cemberut.
Nico mengeluarkan sebuah celana dalam dari saku kimono, dan merentangkannya di depan wajahnya.
NICO
...ini adalah trophy nya. Oh tante Elisa...
Nico menghirup dalam-dalam celana dalam Elisa itu. Angel dan Jenny menjadi jijik. Mereka langsung pindah duduk menjauh dari Nico.
JENNY
Udah parah si Nico. Parah, parah.
Alfred dan yang lain melihat hal itu.
ALFRED
(menggeleng kepala)
Anak jaman sekarang... tidak tahu etika.
TONGGOS
(bicara pelan)
Dia udah ketawain saya. Kalo boleh, saya abisin dia sekarang.
ALFRED
(bicara pelan)
Jangan-jangan. Kita ubah rencana. Kita gak bisa bunuh semua orang di Villa ini. Ada anak kecil, dan saya akan tembak, siapapun yang menyakiti anak kecil itu. Jadi kita bersabar sampai hujan reda. Kita tahan nanti mahasiswa-mahasiswa itu, bilang kita bakal cari sama-sama, si Thomas dan teman mereka di dalam hutan. Kita pancing si Nita yang sedang cari teman-temannya keluar dari hutan. Diam-diam kita kejar, buru, dan bunuh dia. Mau dia tahu atau tidak tahu kejahatan kita. kita bunuh. Saya tidak mau ambil resiko yang akan membuat kita semua hancur. Setelah itu kita kubur mayat dia nanti sama pacarnya. Clear? ancaman terbesar kita saat ini adalah si Nita, teman mereka itu. Dia bisa jadi saksi kunci.
Tompel dan Tonggos mengganguk.
Roy turun dari lantai dua, menuju meja makan. Ia berusaha bersikap ramah.
ROY
Terima kasih, semuanya. Berkat kalian isteri saya tertolong.
ALFRED
Ya, ya sebagai sesama manusia kita harus saling membantu. Mari duduk, kita mengobrol.
Roy duduk di pinggir meja makan.
ROY
Jadi... saya lihat mungkin... pak Alfred ini... suaminya bu Elisa?
ELISA
(tertawa kecil)
Bukan, dia ayah saya.
ROY
Oh?
ALFRED
Tidak-tidak, dia bercanda. Saya ini rekan bisnis suami Elisa.
ROY
Oh, di mana suami anda kalau begitu?
ELISA
Dia ada di luar sana. Lagi berteduh mungkin.
ROY
Hmm... memang hujannya sangat deras, pohon juga banyak yang tumbang waktu perjalanan saya ke sini.
ALFRED
Ah, selama perjalanan bung ke sini, apa bung melihat seorang gadis? Usianya sama seperti mereka (menunjuk ke Angel dan teman-teman).
Roy menggeleng kepala.
ROY
Tidak, kami tidak bertemu siapapun sepanjang jalan. Selain itu hujan nya terlalu deras. Sulit untuk melihat kondisi sekitar.
ALFRED
Ya... ya...
ROY
Memang nya kenapa? dia hilang?
ALFRED
Ya. Dia terpisah dengan rombongan teman-temannya.
ROY
Kalau begitu saya bisa bantu nanti, kebetulan saya bertugas di unit khusus orang hilang.
ALFRED
Unit khusus?
ROY
Ya, saya anggota polisi.
Alfred dan yang lain saling menatap. Roy merasakan atmosfir yang berbeda.
ROY
Tapi sekarang saya sedang bebas tugas. Jadi...
ALFRED
Ya, ya... kami paham.
ROY
Saya hanya ingin bersenang-senang dengan keluarga saya. Siapa sangka bakal turun hujan deras seperti ini.
ALFRED
Kami pun sama. Tadinya ingin berburu, tapi malah hujan badai.
ROY
(tertawa kecil)
Hujan datang, bubar semua.
ALFRED
Hahaha!
Tompel dan Tonngos terdiam kaku. Roy melihat penampilan Tompel yang mencurigakan dengan tato di wajahnya.