Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. LANTAI DUA VILLA - CONTINUOUS - HUJAN
Jenny melihat pintu kamar ditutup, ia pun berteriak.
JENNY
NICO!
NICO
APA?!
JENNY
ADA SI OM NYA!!
NICO
HAH?!
JENNY
SI OM NYA PULANG!!
NICO
IYA TERUS!!
JENNY
Hah? terus?
NICO
GANGGU AJA!! GUE TURUN KALO DAH BERES!!
Jenny menghela nafas.
INT. VILLA - CONTINUOUS - HUJAN
Jenny turun dari tangga.
BIMA
Mana si Nico?
JENNY
Aku malah dimarahin. Pintunya di kunci.
BIMA
Anjing tuh anak.
Pintu terus digedor.
ANGEL
Udah, buka dulu aja.
Bima mengambil kunci di meja depan sofa, lalu membuka pintu. Ternyata di luar adalah Alfred, Tompel dan Tonggos.
ALFRED
(teriak)
LAMA AMA--
Alfred kaget yang membuka pintu bukan Elisa. Tapi Bima, Angel dan Jenny.
ALFRED
Hey. Siapa kalian?
BIMA
Ehm... saya Bima om.
ANGEL
Angel.
JENNY
Jenny.
ALFRED
Oh. Saya Alfred.
Alfred berjabat tangan ke masing-masing orang di depannya.
ALFRED
Kemana pemilik villa ini?
ANGEL
Tante Elisa? Ehm...
ALFRED
Ya Tante Elisa--boleh kita masuk? Di sini dingin.
BIMA
Oh iya, tentu om. Tentu.
Mereka semua masuk Villa. Pintu dikunci lagi. Kuncinya di simpan di atas meja depan sofa.
ALFRED
Jadi... dimana Tante Elisa?
BIMA
Dia...
ALFRED
Di atas jangan-jangan?
Alfred hendak pergi ke atas. Tonggos dan Tompel ke perapian menghangatkan badan. Bima berusaha menghalangi..
BIMA
Ehm... Om... Tante Elisa nya...
ALFRED
Tante Elisanya kenapa? Lagi sex di kamar?
Bima terdiam. Alfred tertawa kecil lalu pergi ke atas.
INT. LANTAI DUA VILLA - CONTINUOUS - HUJAN
Alfred berjalan ke pintu kamar yang di tutup. Ia mendengarkan desahan Elisa.
ALFRED
ELISA!
Desahan berhenti.
ELISA
ALFRED?! GIMANA?!
ALFRED
BERES!
ELISA
GOOD!
ALFRED
CEPAT SELESAIKAN! ADA BANYAK YANG HARUS KITA BICARAKAN! KITA INGIN PERGI SEBELUM GELAP!
ELISA
IYA-IYA! NANTI SAYA TURUN!
Alfred menyeringai, lalu pergi ke lantai bawah.
INT. VILLA - CONTINUOUS - HUJAN
Tompel dan Tonggos duduk di pinggir meja makan. Tompel terus memperhatikan Angel yang sedang memotong buah di dapur. Angel jadi risih. Ia pun berbisik kepada Bima.
ANGEL
Itu yang botak ngeliatin aku terus.
Bima melihat Tompel. Lalu ia pun berdiri di belakang Angel, menghalangi pandangan Tompel. Tompel tampak kecewa.
BIMA
Tenang aku jagain.
Angel senyum.
Alfred turun dan bergabung duduk dengan Tompel dan Tonggos.
ALFRED
(ke Bima)
Jadi, kalian mahasiswa?
BIMA
Iya pak, kita kelompok pecinta alam.
ALFRED
Pecinta alam. Kalau begitu kita sama. Bapak pun pecinta alam. Suka naik gunung.
BIMA
Saya juga. Bulan kemarin baru dari Rinjani.
ALFRED
Rinjani! Haha... udah berkali-kali bapak trekking di sana. Danau sama Edelweiss nya indah. Apalagi kalau matahari terbit.
BIMA
Iya, saya baru pertama kali ke sana. Indah, indah banget.
ALFRED
Kalo luar negeri pernah? Elbrus? Atau Everest mungkin?
BIMA
Wah, saya belum... siap kalo itu. Saya masih pemula.
ALFRED
Suatu hari kamu harus ke sana. Sekali seumur hidup lah. Rugi kalo enggak.
BIMA
Iya, bakalan. Saya bakalan ke sana.
ALFRED
Good. Selagi masih muda, lakukan apa yang bisa anak muda lakukan. Jangan sampai menyesal seperti saya nanti. Setelah tua baru sadar, apa yang harusnya dilakukan saat muda dulu.
BIMA
Ehm... emang bapak profesinya apa? Kalo boleh tau?
ALFRED
Saya rekan bisnis Thomas. Dan dua orang ini (menunjuk Tompel dan Tonggos). Dia supir (menunjuk tonggos) dan dia (menunjuk Tompel)... dia bodyguard.
BIMA
Bodyguard? Jago berantem kalo gitu?
ALFRED
Ya... dia... apa aliran bela diri kamu Pel? (ke Tompel)
TOMPEL
Boxing. MMA.
ALFRED
Boxing. MMA.
BIMA
Kalau saya silat. Dan udah sabuk hitam di taekwondo.
ALFRED
Oh.
Bima dan Tompel adu tatap.
ANGEL
Ehm... ngomong-ngomong, Om Alfred bukannya berburu keluar sama Om Thomas ya? Suaminya Tante Elisa?
ALFRED
Kata siapa?
ANGEL
Tante Elisa...
ALFRED
Oh, iya, ya! Tapi... kita kepisah tadi. Gede banget hujannya. Kita gak bisa dengar satu sama lain. Tapi tenang aja, hutan ini udah kaya pekarangan buat Thomas.
ANGEL
Iya hujannya gede, kita juga jadi kepisah sama temen kita.
ALFRED
Oh, siapa?
ANGEL
Rian...
ALFRED
Rian... hmm...
ANGEL
Sama pacarnya, Nita.
Alfred, Tompel dan Tonggos kaget.
ALFRED
Pacarnya? Jadi dia gak kesasar sendirian?
ANGEL
Enggak, mereka ketinggalan berdua di belakang. Kita tungguin gak muncul-muncul... jadi kayaknya kesasar. Semoga aja mereka gak apa-apa.
ALFRED
Ya, semoga mereka gak apa-apa... tapi si Nita ini, orang kayak gimana dia?
ANGEL
Nita? Dia agak tomboy... anak tentara sih.
ALFRED
Oh, anak tentara?
ANGEL
Iya... dia paling suka gitu ke hutan, survival, kayak apa yang suka diajarin ayahnya...
ALFRED
Hmm... begitu... lalu, apa dia--peduli dengan teman-temannya?
ANGEL
Nita yang paling care sama kita! Apalagi sama temen-temen perempuannya. Dia juga pernah duel satu lawan satu, sama orang yang udah jambret hape saya.
ALFRED
Dan...?
ANGEL
Dia menang. Walau tangannya luka sama giginya rontok sih.
ALFRED
Pemberani sekali ya, Nita ini.
ANGEL
Iya, dia itu anak satu-satunya, Om. Dari kecil udah dididik kayak militer sama ayahnya.
ALFRED
Hmm... oke, semoga mereka baik-baik saja...
ANGEL
Makasih.
Alfred cemas. Nita bisa saja melihat kejadian tadi saat ia membunuh Rian. Dan sekarang ia bebas di luar sana. Tompel dan Tonggos saling memandang cemas. Alfred tampak berpikir serius.
Angel mengantarkan piring penuh buah-buahan ke meja makan.
ANGEL
Ini pak, buah nya.
ALFRED
Hm? Oh, ya, ya... terima kasih.
Angel dan Bima kembali duduk di sofa depan tv, bersama Jenny yang masih asyik main hape.
TOMPEL
(berbisik)
Gimana nih bos?
ALFRED
(berbisik)
Kalian gak liat orang lain waktu itu?
Tompel dan Tonggos menggeleng kepala.
Nico dan Elisa turun dari lantai dua. Mereka memakai kimono tidur. Elisa bergabung di meja makan dengan Alfred dan gengnya. Nico buka kulkas, meminum sebotol bir. Dan memakan apa yang ada di sana. Ia melihat gigi tonggos si Tonggos dan tertawa kecil. Tonggos menatapnya gusar.
Bima menggeleng kepala melihat Nico.
Elisa menyematkan sepuntung rokok di bibirnya.
ELISA
Ada korek?
Tonggos menyalakan korek kepada Elisa.
Elisa merokok.
ELISA
(bicara pelan agar tak terdengar para mahasiswa)
Kayak gimana dia, waktu mau mati?
ALFRED
(bicara pelan)
Minta ampun seakan saya Tuhan dia.
Elisa mendengus.
ELISA
(bicara pelan)
Laki-laki superior, dominan kayak dia, minta ampun? Aku jadi pengen liat wajahnya.
ALFRED
(bicara pelan)
Wajahnya kayak anak kecil yang merengek. Jadi sempat kasian saya lihatnya.
ELISA
(bicara pelan)
Tapi kalian udah kerjain tugas kalian. Sesuai deal. Saya bayar nanti, cash.
ALFRED
(bicara pelan)
Dimana uangnya?
ELISA
(bicara pelan)
Sabar sayang. Uangnya ada di suatu tempat. Saya kasih kalau bocah-bocah itu udah pergi.
Alfred terdiam.
ELISA
(bicara pelan)
Ada apa?
ALFRED
(bicara pelan)
Kita udah habisin teman mereka. Dan satu lagi masih ada di luar sana.
ELISA
(bicara pelan)
Habisin? Gila! Lu habisin bocah?
ALFRED
(bicara pelan)
Dia udah liat mayat Thomas. Dia bisa jadi ancaman buat kita.
Elisa menghisap rokoknya dalam-dalam.
ELISA
(bicara pelan)
Terus temennya yang satu lagi, gimana?
ALFRED
(bicara pelan)
Kita masih belum tau. Tapi kamu tenang aja, kita yang urus nanti.
ELISA
(bicara pelan)
Aku gak akan kasih uang sebelum semua kerjaan kamu beres. No witness!
Alfred terdiam kesal.
Nico mendekati teman-temannya yang duduk di sofa, merentangkan tangganya yang sedang memegang sebotol bir.
NICO
HEY! TEMAN-TEMAN!
BIMA
(kesal)
Parah lu Jing.
Nico duduk dekat Bima. Merangkulnya.
NICO
Kenapa bro, iri? Gel, iri dia.
Angel memutar mata. Bima melepaskan rangkulan Nico.
BIMA
Kita cuma numpang di sini! Lu udah kayak tuan rumah nya aja.
NICO
Hey, hey... si Tantenya yang pengen... bukan gue, gue udah nahan daritadi.
BIMA
Sama aja, lu juga pengen!
NICO
(mendengus)
Lu juga kan'? Siapa cowok yang gak mau tidur ama tante cantik kayak dia? Hah? masa muda itu nikmatin aja brow.
BIMA
Gak bagus Nic, kebiasaan lo itu.
JENNY
Iya tar kalo udah nikah jadi sering main lu di luar. Kebiasaan dari muda udah jadi fakboi!
NICO
Ya jangan ketauan sama isteri lah! SMART. (menunjuk kepalanya)
JENNY
Ih jijik banget gue. Gimana Gel, kalo lo punya suami kayak dia?
ANGEL
Idih bayangin nya aja ogah!
NICO
Lho, ko' kalian malah pada pengen jadi isteri gue?
JENNY
Siapa yang pengen! Najis!
Nico hanya tertawa.