Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
EXT. RUMAH NENEK - PAGI HARI
Matahari baru saja terbit. Terdengar bunyi ayam berkokok. Kita melihat rumah nenek agak dari kejauhan.
DAMAR (V.O.)
Nek, Damar main ke rumah kardus dulu yaa bareng Nirmala.
NENEK (V.O.)
Lha, kan ada sekolah toh Damarwi!
DAMAR (V.O.)
Ini Sabtu, nek.
NENEK (V.O.)
O iya. Ya sudah. Makan siang pulang dulu ya.
DAMAR (V.O.)
Baik nek.
Damar terlihat berlari dari dalam rumahnya dengan semangat menuju kebun tandus di mana rumah kardusnya dengan Nirmala berada.
CUT TO
EXT. KEBUN TANDUS - KONTINU
Pada saat Damar mencapai rumah kardus, Nirmala telah membawa setumpukan kardus bekas yang baru dan mengeluarkannya dari gerobak.
NIRMALA
(mengeluarkan kardus yang terakhir)
Oh hai Damar! Kamu rajin sekali pagi-pagi gini sudah datang.
Damar tersenyum mendengar pujian Nirmala.
NIRMALA
(dengan sarkastik)
Huh. Gitu aja bangga. Aku udah dateng dari setengah jam yang lalu.
Senyum Damar pudar dan berubah menjadi rasa malu.
DAMAR
(mengganti topik)
Dapet kardus baru lagi dari mana? Kok gak ngajak-ngajak?
NIRMALA
Tante aku di rumah. Dus indomie bertahun-tahun gak pernah dia buang ternyata, beruntungnya kita.
Keduanya berkunci tatapan, saling tersenyum.
NIRMALA
(menatap tumpukan kardus baru)
Ayo, kerjaan kita numpuk nih.
Keduanya pun mulai bekerja untuk memperbagus dan memperbesar rumah kardus mereka dengan tumpukan kardus baru itu.
FLASH TO:
INT. RUANG OPERASI - SIANG HARI
Kembali di ruang operasi dengan Damar dewasa, ia menatap jauh ke dalam kedua bola mata perempuan yang ada di depannya.
DAMAR
Nirmala?
Perempuan itu tampak kecewa. Ia hanya dapat menundukkan kepalanya, sementara Damar terlihat bingung ia telah salah di mana.
FLASH TO:
EXT. KEBUN TANDUS - PAGI HARI
Renovasi rumah kardus Damar kecil dan Nirmala telah selesai, dan keduanya membersihkan telapak tangan mereka dengan menggosokannya satu dengan yang lain. Menatap hasil renovasi mereka yang lebih tinggi dan luas, keduanya tersenyum lebar, sebelum melakukan tos dengan penuh kegembiraan.
Di background, seorang pria mengendarai motor RX King terlihat menghampiri rumah Nenek dan parkir di depan rumah. Suara mesin motornya yang amat keras menangkap perhatian Damar, yang membalikkan badannya dan memandang sosok itu dengan kesal. Senyumnya tadi setelah beres merenovasi rumah kardusnya seketika pudar.
NIRMALA
(bingung, heran)
Damar? Itu... Siapa?
DAMAR
(mengembuskan napas)
Paman aku... Anaknya nenek, adiknya almarhum ibu aku.
CUT TO:
EXT. RUMAH NENEK - KONTINU
Pria bermotor RX King itu menghentikan mesin motornya, membuka helmnya dan turun dari motor.
DAMAR (V.O.)
Emang gayanya udah kaya preman dari dulu.
Ia mengenakan jaket kulit, tampangnya garang seperti preman, dan ia mengeluarkan sisir dari kantong jaketnya untuk menyisir rambutnya sambil melihat ke arah spion motornya, sebelum berjalan memasuki teras rumah nenek dan menggedor-gedor pintunya dengan keras.
CUT TO:
INT. DAPUR - KONTINU
Nenek yang sedang masak air di dapur mendengar gedor-gedor pintu depan dan wajahnya langsung berubah menjadi negatif. Akan tetapi ia tetap berjalan menghampiri pintu.
CUT TO:
EXT. RUMAH NENEK - KONTINU
PAMAN (27) menggendor-gendor pintunya lagi dengan tidak sabar, wajahnya emosi.
Nenek akhirnya membukakan pintu, dan Paman langsung ngeleos berjalan ke dalam melewati Nenek begitu saja.
DAMAR (V.O.)
Orangnya keras, kasar, ga tau sopan-santun.
Nenek tercengang di balik pintu, tetapi kemudian dengan penuh kemarahan menutup pintunya kembali dan berjalan masuk ke dalam, bersiap untuk menegur Paman.
CUT TO:
INT. RUANG MAKAN RUMAH NENEK - KONTINU
Paman melepas jaket kulitnya dan menaruhnya di senderan kursi meja makan yang kemudian ia duduki. Ia mengeluarkan rokok dan korek, menghisapnya.
Nenek terlihat menghampirinya sambil mengomel, melambai-lambaikan tangannya pertanda Paman tidak boleh merokok. Tetapi Paman terlihat dengan sengaja tidak mengindahkan larangan ibunya itu. Paman justru dengan tatapan tajam menunjuk ke arah Nenek, lalu menunjuk ke arah dapur.
DAMAR (V.O.)
Tiap minggu dateng ke rumah cuma buat nyakitin hatinya Nenek.
Dengan terpaksa dan dengan wajah sebal Nenek pun masuk ke dalam dapur.
CUT TO:
EXT. KEBUN TANDUS - KONTINU
Menghadap ke arah rumah nenek, Damar dan Nirmala duduk bersebelahan di depan rumah kardus mereka. Terlihat kesedihan di mata Damar. Nirmala tampak bersimpati.
NIRMALA
Terus ngapain paman kamu pake dateng segala kalo cuma buat nyakitin hati Nenek? Kenapa dia ga ninggalin kalian sendiri aja?
Damar menundukan kepalanya.
CUT TO:
INT. DAPUR RUMAH NENEK - KONTINU
Nenek keluar dari dapur membawa semangkuk sop ayam dan kopi, dan menyajikannya kepada Paman sebelum duduk di seberang Paman, memandangnya dari atas ke bawah dengan teliti, matanya berputar seperti baling-baling helikopter yang perlahan melambat. Tanpa sedikitpun memandang Nenek, Paman langsung makan begitu saja dengan lahap.
Ketika Nenek hendak membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu, Paman menatap Nenek dan mengangkat telunjuknya, pertanda Nenek tidak boleh bicara.
DAMAR (V.O.)
Dia dateng cuma buat makan. Rumah Nenek udah kaya restoran gratis buat dia. Dia bahkan ga mau ngebiarin Nenek ngomong apapun ke dia.
Nenek pun hanya bisa bungkam dengan penuh kekesalan dan duduk diam sambil menyaksikan Paman menyantap masakan buatannya.
CUT TO:
EXT. KEBUN TANDUS - KONTINU
Nirmala hanya dapat menarik dan mengembuskan napas mendengar cerita Damar. Damar yang tadinya tertunduk kini menolehkan kepalanya ke arah Nirmala.
DAMAR
Oh, dan ada satu lagi yang lebih buruk.
Nirmala pun menoleh dan melihat Damar.
CUT TO:
INT DAPUR - KONTINU
Paman beres makan, mengelap mulutnya dengan tissue dan membuangnya di atas mangkok kosong, dan membiarkannya begitu saja di atas meja.
Paman berdiri dari kursinya dan mendekati nenek yang duduk di seberangnya, membuat gesture menyuruh membayar dengan tangannya.
Nenek dengan kesal mengeluarkan tangannya dari bawah meja makan yang memegang sebuah amplop coklat.
Nenek membanting amplop itu ke atas meja, dan langsung diambil oleh Paman dengan kasar dan Paman pun dengan cepat berjalan menuju luar rumah.
DAMAR (V.O.)
Dia dateng cuma buat minta uang dari Nenek. Uang yang nenek dapet dari para pekerja di kebun. Sebagian besar uang itu dirampas sama Paman.
Nenek dengan agak pincang mencoba mengejar Paman keluar rumah, tetapi Nenek melihat dari jendela Paman sudah menunggangi motornya dan mengendarainya menjauh dari rumah.
Dengan amat sedih Nenek menyaksikan Paman yang dengan motornya terus menjauh dari rumah hingga hampir tidak terlihat.
CUT TO:
EXT. KEBUN TANDUS - KONTINU
Pandangan Damar kini terfokus pada Paman yang sedang menjauh dari rumah Nenek dengan motornya.
DAMAR
(mengepalkan tangannya; dengan emosional)
Aku harap Pamanku mati aja, biar ngga ada lagi yang bisa gangguin Nenek.
Nirmala meletakkan tangannya di atas tangan Damar yang terkepal di atas pahanya, hingga Damar menghentikan kepalannya itu.
NIRMALA
Kamu tau... Kita bisa bawa Nenek pergi jauh dari sini, ke suatu tempat di mana Pamanmu gak akan pernah bisa nemuin kita.
Damar menatap Nirmala, tersenyum
NIRMALA
Nanti... Rumah kita itu, kita bangunnya di sana. Di tempat yang jauh.
Damar menganggukan kepalanya, kini telah merasa lebih baik.
DAMAR
(membuat simbol setengah segitiga dengan salah satu tangannya)
Janji?
NIRMALA
(melengkapi simbol setengah segitiga Damar menjadi utuh)
Janji.
Mereka saling tersenyum dan melepaskan segitiga mereka.
NIRMALA
(mengeluarkan sesuatu dari kantong)
Aku punya ide.
Ternyata yang dikeluarkan dari kantong Nirmala adalah sebuah spidol. Nirmala meraih tangan Damar dan menggambarkan sebuah segitiga di atas punggung tangannya.
NIRMALA
Biar kamu selalu inget sama janji kita. Jangan sampe kehapus yaa. Kalo ilang abis mandi, gambar lagi sendiri. Awas lho kalo ngga!
Damar hanya tertawa kecil kemudian mengangguk.
NIRMALA
(menyerahkan spidolnya)
Sekarang kamu gambar di tangan aku.
Damar mengambil spidol itu, meraih tangan Nirmala, dan juga menggambarkan segitiga di atas punggung tangan Nirmala.
CUT TO BLACK.