Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pesugihan Putih
Suka
Favorit
Bagikan
6. #6

33.INT. KANTOR, RUANG PAK AMAN - PAGI

Pak Aman dan Bu Diah melihat Soleh dengan penuh hormat.

PAK AMAN
Selamat bergabung kembali dengan Aman & Ah. Sekali lagi kami secara pribadi dan atas nama perusahaan mohon maaf atas kekeliruan keputusan memecat saudara Soleh.
BU DIAH
Sesuai pembicaraan tadi. Saudara akan kami naikkan jabatan sebagai Direktur operasional.
SOLEH
Maaf, apa tidak terburu-buru Bu, Pak. Saya di posisi yang lama juga tidak masalah, kok.
PAK AMAN
Jangan! Anda banyak diminta oleh klien. Kami baru sadar, anda adalah aset berharga perusahaan.
SOLEH
Baik, tapi boleh saya minta syarat?

Pak Aman tampak tidak menduga Soleh akan berkata seperti itu, tapi ia tak kuasa menyanggah karena Bu Diah sudah mengangguk setuju.

BU DIAH
Tentu saja. Kalau syaratnya reasonable dan masuk akal tentu akan kami pertimbangkan.
SOLEH
Baik. Saya sama sekali tidak mau berurusan dengan manipulasi laporan keuangan atas nama permintaan klien atau permintaan atasan.
BU DIAH 
Tentu saja. Di sini tidak ada permainan seperti itu. Ya, kan?

Bu Diah menengok ke arah Pak Aman. Pak Aman tak siap, ia tampak kaget dan segikit gugup sebelum berhasil menguasai diri dan mengangguk meyakinkan.

PAK AMAN
Tentu saja tidak pernah ada. Never!

Bu Diah tidak begitu saja percaya, kali ini ia menengok ke arah Soleh.

BU DIAH
Ya, Kan Pak Soleh?

Soleh mengingat lagi kata-kata Kakek Jiwo yang bagai bergema di ruangan tersebut.

KAKEK JIWO (V.O.)
Kamu harus selalu mengatakan apa yang ada di pikiran dan hati, tidak boleh dipendam.

Soleh menatap lurus ke arah Pak Aman yang menggeleng dengan tatap mata mengancam. Soleh tidak takut, ada pesugihan putih yang melindunginya.

SOLEH
Sayangnya ada, Bu. Saya yakin, alasan saya dikeluarkan karena berulang kali tidak mau kongkalikong, bekerja sama dengan mereka untuk memanipulasi laporan.

Mata Bu Diah memerah menatap suaminya, lalu kembali menatap Soleh.

BU DIAH
Mereka? Pak Soleh, saya percaya dengan Anda. Sebutkan siapa saja yang terlibat.

Bu Diah menoleh ke samping tepat ke arah Pak Aman, suaminya.

BU DIAH
Pak Soleh nggak usah takut!

CUT TO BLACK.

34.INT. KANTOR, RUANG KARYAWAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

BRAK. Pintu ruangan Pak Aman terbuka kasar dari dalam. Petugas kemanan yang siaga di depan pintu kebingungan melihat Pak Aman keluar dengan lesu. Soleh yang kalem tanpa ekspresi dan Bu Diah yang mukanya merah ada di belakangnya. Bu Diah berkata dengan lantang hingga bisa didengarkan seluruh karyawan yang hanya bisa ternganga.

BU DIAH
Kamu dulu aku angkat dari comberan jadi seorang pangeran pewaris perusahaan Papi. Tapi ternyata kamu itu cuma lintah yang bikin nama perusahaan rusak.

Pak Aman yang dipegangi dua satpam yang canggung menengok ke arah istrinya sekaligus rekan usaha.

PAK AMAN
Kamu lebih percaya si muka dua itu daripada suamimu sendiri, Ma?
BU DIAH
Asal kamu tahu, sejak tahun lalu aku sudah pasang cctv di ruangan kamu. Tapi aku selalu menolak melihat videonya, aku takut kalau kecurigaanku benar. Kamu berani jamin kalau rekamannya aku serahkan ke polisi, kamu akan bersih?

Wajah Pak Aman pucat dan lunglai, ia pasrah dibawa oleh Satpam kantor. Diiringi tatapan karyawan yang penuh rasa ingin tahu.

BU DIAH
Oh ya, aku langsung kirimkan pengacara untuk megurus perceraian kita. Jangan mempersulit kalau kamu tidak mau jadi gelandangan.

Pak Aman tak menjawab. ia terus menunduk, dipapah menjauh dari istrinya. Bu Diah sudah mulai tenang, ia memandang seluruh karyawan yang segera saja pura-pura kerja, pura-pura tidak tahu ada kejadian yang menghebohkan.

CUT TO:

35.INT. KANTOR, RUANG MEETING KARYAWAN - SORE

Soleh dengan sangat dingin memimpin jalannya rapat dadakan Aman & Ah. Para karyawan yang tahu reputasi Soleh sebagai karyawan yang jujur dan relijius menatapnya penuh harap, tapi ada beberapa karyawan yang menatapnya penuh ketakutan, Pak Sam dan Yudi adalah dua di antaranya.

SOLEH
Restrukturisasi jabatan lapangan sudah diserahkan langsung oleh Bu Diah pada saya. Saya tahu permainan kotor di kantor ini. Pilihannya sederhana, resign atau berubah. Misi saya mengembalikan kebanggaan nama kantor ini, Aman & Ah, kantor auditor yang memegang teguh AMANAH.

Para karyawan yang merasa sejalan memberi tepuk tangan riuh, segera saja diikuti seluruh karyawan biar tidak dikira tak setuju. Termasuk Pak Sam dan Yudi yang tepuk tangan dengan muka lemas.

CUT TO:

36.INT. KANTOR, RUANG PAK SAM/SOLEH

Terlihat papan nama di pintu diganti oleh HRD kantor dari Pak SAM menjadi Pak SOLEH. Kamera masuk ke dalam memperlihatkan Soleh ada di bangku empuk, yang tadinya kursi pak Sam, menatap dingin Pak Sam yang mukanya merah padam menunduk, Yudi di sampingnya juga tak kalah gelisah. Hanya Nita yang terlihat senang ada di ruangan tersebut.

PAK SAM
Maaf, Leh.. Eh, Pak Soleh. Saya mohon cctv-nya nggak usah dibuka ke polisi. Saya minta maaf pada Pak Soleh secara pribadi dan perusahaan.
YUDI
Iya,Pak. Saya juga minta maaf. Saya hanya menjalankan perintah ..

Mata Yudi menghindari tatapan mendelik Pak Sam padanya.

YUDI
.. atasan.

Soleh dengan dingin bertepuk tangan.

SOLEH
Hebat. Solid banget kalian. Oke, saya akan yakinkan Bu Diah untuk tidak membuka cctv dan tidak memperpanjang masalah.
PAK SAM
Terima kasih. Terima kasih banyak Pak Soleh.

Pak Sam membungkukkan badannya berkali-kali sebagai tanda terima kasih diikuti oleh Yudi.

SOLEH
Tapi, kamu yakinkan juga saya kalau Pak Sam bisa mengundurkan diri secara baik-baik, jelek Pak kalau di-CV Bapak ada cap PHK-nya, Ya kan?

Pak Sam menatap marah tapi tak bisa berbuat apa-apa, hanya mulutnya saja yang membuka tak percaya tanpa mengeluarkan suara.

SOLEH
Dan kamu, Yudi. Yakinkan saya kamu bisa bekerja sebagai ..bawahan Nita.

Yudi pasrah dan mengangguk setidaknya nasibnya lebih baik dari Pak Sam. Sementara Nita mengucap terima kasih berkali-kali dengan tatapan kagum pada Soleh.

CUT TO:

37.INT. GEDUNG RESEPSI PERNIKAHAN, MEJA PRASMANAN - MALAM

Soleh dan Arum yang hamil mengantri di meja prasmanan. Soleh menyendok lauk sedikit- sedikit saja. Ia diingatkan suara Kakek Jiwo.

KAKEK JIWO (V.O.)
..puasa setiap ada undangan acara bahagia seperti sunatan, pernikahan, syukuran..

Soleh dan istrinya duduk sambil makan di kursi dekat taman. Arum makan dengan ceria, sementara Soleh sedari tadi hanya seolah-olah makan saja, sendok garpunya sibuk memotong ayam berkali-kali.

Ada kenalan Arum yang datang menghampiri, mereka pun sibuk cipika cipiki dan beramah tamah. Kesempatan itu digunakan Soleh untuk membuang makanan dari piringnya ke gerumbulan semak di taman tersebut.

CUT TO:

38.INT. KANTOR, RUANG PAK SOLEH - PAGI

Soleh memulai paginya dari ruangan pribadinya, dinding kaca memungkinkan ia bisa mengawasi semua gerak-gerik karyawan yang kini kelihatan hormat kepadanya. Dengan puas ia menghirup kopi dan meneruskan pekerjaannya di laptop.

KAKEK JIWO
Permisi Pak, mau antar kopi.

Soleh tidak mengangkat matanya dari laptop, ia terlalu serius dengan pekerjaannya.

SOLEH
Sudah ada. Terima kasih.
KAKEK JIWO
Kalo kopi dengan racikan bunga sampeyan belum pesan, kan?

Soleh mengangkat matanya dengan panik. Di depan pintu kaca sudah berdiri seorang berusia lanjut yang berbalut kemeja berdasi dan jas rapi. Meski rambut putih sebahunya sudah dipotong pendek, ia hapal betul siapa orang ini.

SOLEH
Pak.. Eh, Kek Jiwo?

Soleh memberi isyarat dengan tangannya agar Kakek Jiwo segera masuk. Soleh dengan ketakutan melihat ke arah para karyawan. Ia segera mengatur agar dinding kaca kantornya buram, tak kelihatan dari luar.

SOLEH
(Berbisik)
Kakek ngapain di sini?
KAKEK JIWO
Kan, saya sudah bilang. Saya akan menjaga sampeyan selama pesugihan putih masih betah di diri sampean.
SOLEH
Tapi bakal aneh nggak sih? Kalau kakek tiba-tiba ada di sini?
KAKEK JIWO
Lah, makanya sampeyan bikin jadi nggak aneh. Kan sampean sudah punya kuasa.
SOLEH
Kakek nggak bisa nyupir?
KAKEK JIWO
Ck.. Ck.. majikan terakhir saya saja, Pak Gondo, menjadikan saya konsultan. Mosok udah rapih begini jadi supir, sih.
SOLEH
Bagaimana bisa saya memasukkan Kakek tiba-tiba sebagai konsultan kalau tidak punya kualifikasi jabatannya?
KAKEK JIWO
Itu masalah sampeyan, bukan saya. Tidak penting saya bisa kerja atau tidak, yang penting saya bisa menjaga sampeyan hidup nyaman dengan pesugihan.

CUT TO:

39.INT. KANTOR, RUANG BU DIAH - SIANG

Soleh dan Kakek Jiwo duduk menghadap Bu Diah.

SOLEH
Akhirnya saya bisa menemukan asisten pribadi untuk saya, Bu. Semoga Bu Diah berkenan dengan pilihan saya.

Bu Diah agak mengernyit menatap pilihan Soleh yang terlalu tua untuk ukuran asisten pribadi.

BU DIAH
Seperti saya bilang ke Pak Soleh. Untuk level Direktur keputusan anggota tim adalah hak prerogatif Anda. Selama Anda nyaman dan percaya saya setuju-setuju saja. Tapi ..

Bu Diah bingung mau mengungkapkan pendapat tepat di depan Kakek Jiwo.

KAKEK JIWO
Usia saya memang terlalu tua ya, Bu, Hehe. Percayalah, Soleh ini cukup mumpuni dalam pekerjaannya, jadi saya hanya mengingatkan soal kejujuran saja kok, Bu. Lebih tepatnya saya ini bukan aspri, tapi penasihat spiritual. Untuk menjaga etika moralnya di pekerjaan.

Jawaban Kakek Jiwo yang supel membuat Bu Diah yang tadinya ragu jadi tersenyum, lalu mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Kakek Jiwo.

BU DIAH
Bagus! Kami butuh orang seperti Anda untuk menjaga aset terbaik perusahaan ini. Selamat bergabung Pak Jiwo.

Soleh terlihat lega karena pertemuan ini berjalan lebih lancar dari yang diduganya.

CUT TO:

40.I/E. RUMAH BARU - PAGI

Soleh sedang menikmati udara yang segar di halaman rumah barunya yang berhalaman luas lengkap dengan taman yang asri. Halamannya jika diisi mobil, bisa memuat hingga empat atau lima mobil. Saat ini yang terparkir hanya satu, mobil inventaris kantor Soleh.

Kamera tour ke dalam rumah yang mempunyai tiga kamar tidur dan satu kamar mandi.  Di sana-sini masih terlihat tumpukan kardus yang belum sempat dibuka.  

Arum terlihat sedang mengagumi dapurnya yang mempunyai kitchen set idamannya. Sementara Rumi sibuk memilih kamar untuk dirinya.

RUMI
Ini kamal Lumi yaa.. Ini kamal Lumiii..

Soleh yang sedang menikmati indahnya taman tiba-tiba dipeluk dari belakang oleh Arumi yang datang diiringi Rumi yang berseri-seri.

ARUM
Terima kasih, Kang. Rumahnya bagus banget.  
RUMI
Iya, kamal aku juga besaaal sekali. Alhamdulillah.

Belum sempat Soleh menjawab, tiba-tiba datang sebuah mobil bercap komplek perumahan tersebut. Turun seorang lelaki berpolo shirt dengan logo perumahan tersebut membawa sebuah map.

LELAKI PERUMAHAN
Selamat pagi, Bapak-Ibu.

Arum melepas pelukan pada suaminya. Soleh menatap petugas perumahan tersebut penuh tanya.

SOLEH
Pagi, mas. Ada apa, ya?
LELAKI PERUMAHAN
Bapak dan Ibu merasa beruntung nggak hari ini?

Soleh mengerutkan kening, sementara Arumi tampil lebih ramah.

ARUM
Alhamdulillah, mas. Rumahnya bagus.

Lelaki tersebut mengangguk senang, ia mengeluarkan isi map.

LELAKI PERUMAHAN
Selamat! Rumah yang Anda beli adalah rumah ke-100 dari proyek perumahan kami. Dan kami ada program undian, bahwa rumah ke-100 akan mendapat hadiah sebuah mobil. 

Arum ternganga tak percaya, Rumi bingung belum begitu paham apa yang terjadi. Soleh tersenyum maklum, pesugihan putihnya berjalan sangat lancar.

CUT TO:

41.EXT. RUMAH, HALAMAN DEPAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Soleh, Arum dan Rumi berfoto dengan penuh kegembiraan memegang sebuah papan besar bergambar mobil bertuliskan Rumah ke-Seratus dapat hadiah Mobil Maknyuss!

CUT TO:

42.I/E. RUMAH-MOBIL - PAGI

Terlihat sudah ada dua mobil terparkir di halaman rumah. Satu mobil kantor, satu lagi mobil baru, di dalamnya sudah ada Soleh, Arum dan Rumi.

SOLEH
Jalan-jalan pakai mobil baru, yuk!

Soleh memencet klakson dua kali. Sfx : DIN! DIN!

Rumi ribut ingin ikut memencet klakson. Arum geleng kepala melihat bapak-anak berebut, anaknya ingin memencet klakson meniru ayahnya. Sementara sang ayah mencegah agar satu komplek tidak keberisikan.

ARUM
Sudah, sudah. Yang penting kita berdoa dulu. Yuk, Akang doa sebelum bepergian. Rumi belum Neng ajarin.
SOLEH
Bismi .. 
(Seperti ingat sesuatu)
Eh, lupa Akang. Yang mana ya, Neng?
ARUM
Iih Akang, mah. Bismillahi tawakkaltu alaullah. La haula walakuwata ilabillahil aliyil’adziim.

Soleh menarik napas lega, melirik ke arah spion ternyata istrinya juga menatap arah yang sama. Bedanya mata istrinya menatap penuh kecurigaan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar