Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
23.I/E MOBIL DAN SEKITARNYA - PAGI
Soleh tampak gusar di kursi tengah. Kakek Jiwo di kursi penumpang depan terlihat kalem.
Soleh menghempaskan tubunya ke kursi penumpang. Ia tahu tak bisa mendebat terlalu keras orang sudah dengan mudah memberikan ia uang ratusan juta.
Supir, pemuda kurus yang selalu klepas klepus sepanjang jalan tampak bingung dan melirik ke arah Kakek Jiwo.
Mendengar itu Soleh memejam pasrah. Kakek Jiwo tertawa terbahak.
CUT TO:
24.EXT. KAKI GUNUNG A - MALAM
Mobil terparkir di depan sebuah rumah sederhana. Soleh dengan enggan mengikuti Kakek Jiwo ke sebuah rumah yang pekat oleh berkabut, entah kabut alami atau pun asap kemenyan yang mengepul keluar dari dalam rumah.
Di pimpin Kakek Jiwo Soleh masuk ke dalam. Ia harus menunduk karena pintunya tak begitu tinggi, bahkan untuk ukuran rata-rata orang Indonesia seperti dirinya.
CUT TO:
25.INT. RUANG DUKUN GUNUNG A - MALAM
Mbah Dukun A terlihat tak jelas, karena berada di belakang asap dupa yang terus mengepul. Soleh terbatuk, sementara Kakek Jiwo dengan kalem duduk bersila di hadapan Mbah Dukun A. Soleh pun sambil menahan batuk meniru posisi duduk Kakek Jiwo.
Mbah Dukun manggut-manggut maklum, lalu menatap Soleh dengan penuh minat. Sementara Soleh kebingungan dengan arah pembicaraan dua orang tua ini.
Mbah Dukun A menatap Kakek Jiwo penuh tanya. Kakek Jiwo mengangguk mengiyakan. Dan tanpa dikomando meledaklah tawa dua orang yang sudah uzur tersebut.
Soleh merah padam, tak tahu harus bereaksi seperti apa.
Kakek Jiwo memberi isyarat pada Soleh untuk diam. Mbah mulai memejamkan mata, memperbanyak asap dupa dan merapal persyaratan dengan pengucapan seperti mantra.
Mbah tiba-tiba membuka matanya, menatap tajam ke arah Soleh.
Soleh terkejut, ia terbayang sucinya wajah Arumi yang basah terkena wudhu dan mengenakan mukena.
Dupa serentak ditutup oleh si Mbah. Seketika asap menghilang, suasana ruangan yang temaram berubah terang benderang.
Mbah Dukun A bicara ke Kakek Jiwo.
Soleh menghela napas lega, ruangan yang kini terang baru memperlihatkkan kalau ia bersimbah keringat.
26.INT. MOBIL - MALAM
Mobil melanjutkan perjalanannya. Soleh rebahan di kursi belakang. Jendela mobil depan dibuka karena Kakek Jiwo dan supir sama-sama merokok. Sambil setengah mengantuk Soleh bertanya penasaran pada Kakek Jiwo.
Soleh melihat foto Arum di hp-nya. ia pun memejamkan mata sambil tersenyum.
MATCH CUT TO:
27.INT. RUMAH, KAMAR TIDUR - MALAM YANG SAMA
Tampak Arum memejamkan matanya, berdoa sepenuh hati untuk orang yang fotonya terletak di tengah sajadah. Foto suaminya, Soleh Insani.
CUT TO:
28.I/E. MOBIL DAN SEKITARNYA - SENJA
Mobil terparkir di sisi sebuah rumah yang asri dengan halaman luas. Di dalam mobil, pak supir tidur mendengkur dengan nikmat.
CUT TO:
29.INT. RUMAH DUKUN B - SENJA
Di dalam, Soleh dan Kakek Jiwo tidak duduk di tikar melainkan di sofa kulit yang terawat. Yang di hadapan Soleh tidak terlihat seperti Dukun. Dukun B berkaus pol shirt, merokok vape, berpenampilan necis meski sudah usia setengah baya. Rambutnya hitam sepertinya hasil semir rambut. Sesajen di sudut-sudut ruangan dan kandang burung hantu di pintu masuklah yang menandakan ini rumah seorang Dukun, selebihnya separti rumah kelas menengah di perkotaan.
Dengan nikmat Dukun B menhembuskan asap vape dari mulutnya. Asap vape berbaur dengan asap bakaran dupa.
Dukun B menatap Soleh penuh minat. Ia mengipas-ngipaskan asap dupa ke arah hidungnya.
Dukun B melihat ke arah Soleh dengan penasaran.
Soleh tak menyembunyikan kekesalannya mendengar pertanyaan Mbah Dukun B.
Dukun B tidak menjawab hanya mengangguk penasaran.
Tidak ada tawa yang keluar. Dukun B mengangguk hikmat.
Soleh mengangguk setuju, dia tak menyangka jawaban bijak yang keluar bukan tertawaan. Kakek Jiwo senyum-senyum saja melihat hal itu.
Soleh menunduk, jelas merasa dimanfaatkan untuk kesekian kali dalam hidup. Dukun B menatap sambil mengangguk maklum.
Soleh menatap Dukun B, tertarik dengan kata-kata tersebut. Berarti ia dapat segera kembali dalam waktu yang lebih cepat.
Soleh menatap Dukun B penuh harap. Dukun B mengisap vape dan menghembuskan asapnya dengan nikmat, ia kemudian mengeluarka sebuah .. TAB!
Dikutak-katik sebentar tab tersebut, lalu diperlihatkan layarnya pada Soleh. Menampilkan tulisan “Katalog Pesugihan 2022”.
Soleh kebingungan, matanya menuntut penjelasan.
Dukun B menunjuk layar tab-nya.
Ada banyak pilihan di situ, ada Babi Ngepet, Tuyul, Monyet, Tali pocong, bulus jimbung.
Soleh menatap penuh tanya ke Dukun B.
Soleh menatap ngeri ke arah Dukun B. Soleh menggeleng kuat-kuat. Ia pun men-scroll puluhan pilihan pesugihan di Tab Dukun B.
Soleh menghela napas lega.
Soleh tak suka dengan arah pertanyaan ini. Dengan hati-hati ia menjawab.
Soleh ternganga, tak bisa berkata apa-apa. Dukun B mengklik tautan monyet di tab-nya.
Close up gambar di tab memperlihatkan dua bapak-ibu yang sedang mengelus seekor monyet, sementara puluhan monyet lainnya tak mengganggu.
Terlihat monyet yang dielus itu sedang makan pizza, tapi terlihat sedih bahkan seperti menangis. Dua bapak itu pun sangat sedih sambil mengusap sayang monyet tersebut.
Soleh pucat, di kepalanya berkelebat bayangan Rumi dan monyet berganti-ganti. Ia menggeleng kuat mengusir bayangan itu di kepalanya.