Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pesugihan Putih
Suka
Favorit
Bagikan
5. #5

30.I/E. MOBIL DAN SEKITARNYA - MALAM

Soleh shock, dari dalam mobil ia menengok ke arah rumah Dukun B yang makin menjauh dengan ngeri. Kakek Jiwo kalem mengeluarkan tangannya di jendela menjentikkan abu rokok bagaikan supir angkot kawakan. Supir juga santai merokok tanpa bicara. Saking emosinya, Soleh tergagap menyusun kata-katanya.

SOLEH
Kenapa? Eh.. Kenapa banyak sekali cara mencari harta yang mengerikan kayak gitu?
KAKEK JIWO
Karena mencari yang halal itu susah. Sampeyan saja yang imannya kuat bisa sampai sini, toh? Lagian sampeyan ini katanya kangen keluarga, tapi puluhan cara pesugihan tadi masak iya gak ada satu pun yang sampeyan pilih?

Soleh berpikir keras sambil meremas rambutnya. Lalu ia berkata penuh harap.

SOLEH
Kalau ada.  
(Menghela napas berat)
Kalau ada pesugihan yang bukan mencuri uang orang lain, tidak mengorbankan orang lain dan juga KELUARGA saya .. Dan .. 
(Berbisik pelan)
..sesuai syariat.

Kakek Jiwo membuang puntung dari jendela mobil, segera menegakkan tubuhnya, dengan mata berbinar ia mengengok ke belakang, berkata lugas ke arah Soleh.

KAKEK JIWO
Tidak mencuri orang lain, ADA.
Tidak mengorbankan orang lain? Hmm, Tapi sampeyan bersedia mengorbankan diri sendiri?
SOLEH
Siap, itu resiko yang saya harus saya ambil sebagai kepala keluarga.

Kakek Jiwo mengangguk puas dengan jawaban Soleh.

KAKEK JIWO
Oke, kalau yang begitu, ADA.
Sesuai syariat? 
(Berkata dengan sinis)
Sampean nyari pesugihan apa pesanren kilat? TIDAK ADA. Sampai kiamat pun tidak ada. Itu sama saja Anda mau berenang tapi tidak mau basah, mustahil.

Di kursi tengah Soleh mengangguk, ia tahu permintaannya akan syariat itu berlebihan. Berkelebat gambar Arum dengan perut besarnya. Rumi dengan seragam sekolah swasta terbaik. Dan dihancurkan dengan adegan para debt collector menagih ke rumahnya.

Soleh sekali lagi menatap penuh harap ke arah Kakek Jiwo.

SOLEH
Ya, paling nggak yang tidak terlalu haram. Sedikit dosanya. Saya tidak perlu uang terlalu banyak juga, kok. Asal cukup untuk keluarga. 

Kakek Jiwo menahan diri untuk tidak mengeluarkan reaksi yang mengejek atas pernyataan naif dari Soleh.

SOLEH
Ada kan, Kek, pesugihan yang kayak gitu?
KAKEK JIWO
Ada.  
(Bicara ke arah supir)
Sur, kita ke tempat yang biasa.
SUPIR
Nggih (Iya), Mbah.

Mobil pun berbelok membelah malam, diiringi harapan di mata Soleh, semantara Kakek Jiwo malah memilih tidur tak tertarik meneruskan pembicaraan.

CUT TO:

31.INT. PONDOK DI GUNUNG C - SIANG

Soleh dan Kakek Jiwo berada di rumah berdinding bilik. Tak ada perabot berarti di dalamnya. Hanya tikar pandan terhampar. Gulungan kasur palembang diletakkan mepet di dinding dekat meja kecil, di atas meja itu ada kendi dan tiga cangkir belimbing.  

Di belakang rumah adalah ruangan beratap tapi berlantai tanah. Di situ ada sumur pompa, juga ada kompor minyak tanah. Tergantung satu panci dan wajan yang pantatnya sudah menghitam. Piring kaleng dan sendok yang tak sampai setengah lusin mengisi rak dari kayu yang diletakkan dekat sumur pompa. Ada juga bilik sempit dekat pompa, mungkin itu kamar mandi merangkap toilet.

KAKEK JIWO
Sampeyan silakan duduk dulu.

Kakek Jiwo menuang air dari kendi ke gelas belimbing, lalu menaruh dua gelas berisi air kendi tersebut di hadapan Soleh yang bingung.

KAKEK JIWO
Nggak usah bingung. Ini rumah saya.

Kakek Jiwo menyandarkan punggungnya ke bilik hingga menimbulkan bunyi keriut dinding pagar yang sudah rapuh. Dengan telaten ia meracik tembakau lalu menghisapnya dengan nikmat. Sementara pak supir menghilang di balik pintu kamar yang hanya dibatasi korden, tak lama terdengar dengkuran dari dalam.

SOLEH
Jadi, kita akan istirahat dulu di sini?

Kakek Jiwo menghembuskan asap rokoknya, bibirnya yang menghitam tersenyum.

KAKEK JIWO
Pesugihan dengan syarat-syarat yang kamu cari ada di sini. Kecuali yang soal syariat, ya.

Soleh menegakkan duduknya, menengok kiri kanan lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal untuk memudarkan rasa gugupnya.

SOLEH
(Agak berbisik)
Terus, di mana Mbah dukunnya, Kek?
KAKEK JIWO
Hehehe.. saya sendiri.

Soleh tampak ternganga menatap Kakek Jiwo kemudian wajahnya kelihatan kesal ingin protes.

KAKEK JIWO
Ya, saya perlu menguji niat sampeyan sampai sejauh mana. Siapa tau ada pesugihan lain yang bisa meruntuhkan niat kamu berpegang dengan syariat.

Mata Soleh berbinar.

SOLEH
Ja.. jadi ada pesugihan yang sesuai syariat?
KAKEK JIWO
Saya tidak pernah bilang begitu. Lebih baik saya jelaskan ritual dan syaratnya saja. Setelah itu terserah sampeyan, mau lanjut atau tidak. Namanya pesugihan putih.

Soleh terpesona mendengar nama yang begitu kontradiktif. Ia mengangguk sambil menunggu penjelasan lebih lanjut dari Kakek Jiwo.

SOLEH
Pesugihan putih?

Kakek Jiwo tersenyum melihat reaksi Soleh.

KAKEK JIWO
Hehe, bagaimana? Namanya sangat sesuai syariat, kan?
SOLEH
Syaratnya, bagaimana?

Kakek Jiwo tidak menjawab. Dikeluarkan bungkusan dari kantongnya. ia mengeluarkan racikan kelopak bunga dari bungkusannya. Racikan yang berasal dari bermacam jenis bunga tersebut ditaburkan ke salah satu gelas belimbing yang ada di hadapan Soleh, sementara gelas yang lain dibiarkan tetap berisi air bening. Mulut Kakek Jiwo terlihat komat-kamit membaca manra dan jampi-jampi. Gelas yang satunya, ayng berisi air bening diletakkan di tengah asap kemenyan.

Lalu Kakek Jiwo menyerahkan gelas berisi air bening tanpa taburan bunga itu kepada Soleh.

KAKEK JIWO
Minum itu sampai habis kalau mau tahu jawabannya. Ingat, jangan baca basmalah, dalam hati pun jangan atau ini akan gagal.

Soleh ragu sejenak, tapi ia memberanikan dirinya minum air tersebut dalam sekali teguk. Kakek Jiwo terlihat puas.

KAKEK JIWO
Pesugihan putih ini mensyaratkan sampeyan puasa setiap ada undangan acara bahagia seperti sunatan, pernikahan, syukuran. Pokoknya sampeyan harus puasa saat ada acara yang melibatkan makanan dan kegembiraan. Sanggup?
SOLEH
Sanggup! Itu saja?

Kakek Jiwo geleng-geleng kepala melihat kenaifan Soleh.

KAKEK JIWO
Tentu saja belum. Syaratnya masih ada beberapa lagi. Selain puasa yang tadi, sampean juga harus puasa setahun dua kali tepat di hari idul fitri dan idul adha.

Soleh kaget dengan syarat yang disebutkan. Ia mencoba membantah.

SOLEH
Tapi di hari itu agama saya mengharamkan buat puasa, Kek?
KAKEK JIWO
Ya kalau mudah bukan syarat namanya. Tapi ini tidak akan menyakiti anak dan istri sampeyan, kan? Sanggup?!

Soleh menunduk, merenung sesaat. Ia menghela napas berat sebelum menjawab.

SOLEH
Sanggup, Kek.

Kakek jiwo tersenyum.

KAKEK JIWO
Syarat selanjutnya gampang, sampeyan dilarang mengucapkan kata berunsur agama dalam kegiatan sehari-hari. Karena Anda muslim, tidak boleh mengucapkan salam, basmalah, hamdalah, istighfar dan yang lainnya. Tidak boleh mengucapkan doa-doa, doa mau bepergian, mau tidur, mau makan. Untuk mengajari anak anda pun tidak boleh.

Soleh terbayang Rumi yang cadel melafalkan doa mau makan.

RUMI (V.O.)
Allahumma baliklana fima lojaktana wakinaa..
KAKEK JIWO 
Sanggup?

Soleh keluar dari lamunannya.

SOLEH
Tapi sholat kan ada doa-doanya, juga? Kalo sholat juga nggak boleh, nggak apa-apa saya batal saja pesugihannya.

Kakek Jiwo wajahnya kaget juga dengan kekerasan hati Soleh memegang sisa ajaran agama yang masih bisa ia pertahankan.

KAKEK JIWO
Tenang, kamu masih boleh sholat, kok. Itu satu-satunya pengecualian. Di luar itu tidak boleh! Sanggup?

Soleh mengangguk lemah, tak punya pilihan.

KAKEK JIWO
Baik, syarat yang terakhir.

Soleh memandang Kakek Jiwo penuh harap.  

KAKEK JIWO
Sampeyan sama sekali tidak boleh berbohong.

Hening. Soleh mencoba mencerna kata-kata Kakek Jiwo.

SOLEH
Tidak boleh berbohong?
KAKEK JIWO
Betul. Sampeyan harus berkata jujur apa pun yang terjadi. Sampeyan harus menyuarakan isi hati dan kepala tanpa harus nggak enak hati. Itu syarat utama dan terakhir. Sanggup?
SOLEH
Maaf. Saya takut salah paham. Jadi saya tidak boleh berbohong ya? Bukannya saya tidak boleh jujur?
KAKEK JIWO
Betul sekali. Orang jujur sesuai syariat, kan? Sesuai harapan sampeyan. Sanggup?

Soleh merenung sesaat, dia takut ada siasat dalam syarat terakhir tersebut.

KAKEK JIWO
Dan harus diingat, diam tidak sama dengan jujur. Kamu harus selalu mengatakan apa yang ada di pikiran dan hati sampeyan, tidak boleh dipendam. Masih sanggup?

Soleh menghembuskan napas dengan keras, memantapkan hatinya.

SOLEH
Sanggup!
KAKEK JIWO
Bagus. Sampeyan nggak perlu takut. Saya akan selalu mendampingi sampeyan selama menjalani ritual ini.

Kakek Jiwo pun menyodorkan gelas belimbing berisi air bening yang sudah diberi taburan beragam kelopak bunga.

KAKEK JIWO
Silakan sampeyan minum ini sampai habis. Bunga-bunganya juga harus ditelan tuntas. Masih seperti tadi ya, jangan baca bismillah!

Soleh tanpa ragu langsung menenggak minuman tersebut hingga tandas. Kakek Jiwo pun mengangguk puas.

KAKEK JIWO
Baik. Pesugihan putih akan menempel pada sampeyan seumur hidup. Selamat menikmati kekayaan. Hahaha.

Soleh ngeri mendengar kata seumur hidup. ia mencoba mencairkan suasana.

SOLEH
Beneran sudah nih, Kek? Kok nggak ada suasana mistisnya, ya? Biasanya kan kalau adegan mistis kayak gini tuh ada petirnya sama suara serigala.

Belum titik omongan Soleh, tiba-tiba petir menyambar dengan keras. Padahal suasana di luar terang benderang tanpa ada tanda-tanda hujan. Baru usai petir disusul lolongan serigala yang membuat Soleh pucat pasi.

KAKEK JIWO
Dunia lelembut merestui pesugihan sampeyan. Selamat.

Soleh makin pucat.

FADE TO:

32.INT. RUMAH, KAMAR TIDUR - MALAM

Soleh melamun di pinggir kasur. Rumi sudah tertidur gembira dengan kotak besar mainan yang ada di tangannya.

Arum datang membawakan kopi hitam, menaruhnya di meja di sisi tempat tidur.

ARUM
Alhamdulillah baru satu bulan Akang udah pulang. Neng seneng banget.
SOLEH
Alha..

Soleh terhenti, seolah mendengar suara Kakek Jiwo.

KAKEK JIWO (V.O.)
..tidak boleh mengucapkan salam, basmalah, hamdalah, istighfar..
SOLEH
Iya. Berkat doa Neng dan Rumi, kerjaan Akang dimudahkan.
ARUM
Sukses, Kang?

Soleh mau menjawab, dia terngiang kata-kata Kakek Jiwo.

KAKEK JIWO (V.O.)
Kamu harus selalu mengatakan apa yang ada di pikiran dan hati, tidak boleh dipendam.
SOLEH
Kata Kakek Jiwo, yang bawa Akang, tunggu semingguan ini. Doain aja ya, Neng.

Tiba-tiba hp di atas meja kamar bergetar dan berkelap-kelip karena disetel dalam mode silent.

Di hp tersebut terpampang nama “Pak Aman, Bos”. Arum yang melihat itu menatap penuh tanya ke arah suaminya, Soleh pun hanya bisa mengangkat bahu tanda ia tak tahu ada urusan apa Pak Aman meneleponnya.

SOLEH
(Bicara dengan Pak Aman)
Alaikum.. Eh, Malam, Pak.. 
Kabar baik, Pak.
(Jeda mendengar jawaban)
Ohh ya bagaimana lagi, Pak. Namanya juga karyawan, wajarlah di PHK kalau sudah nggak cocok.
(Jeda mendengar jawaban)
Ohh begitu ya, Pak. Besok pagi? Ooo oke, pagi jam 9 saya akan datang, Pak.
(Jeda menunggu jawaban)
Malam, Pak.

Panggilan telepon berakhir. Soleh masih menatap hp nya tak percaya.

ARUM
Ada urusan apa, Kang di kantor lama?
SOLEH
Pak Aman tadi minta maaf sama Akang dan minta Akang balik kerja di sana dan katanya langsung diangkat jadi Direktur.
ARUM
Masya Allah. Subhanallah. Alhamdulillah.

Arum memeluk penuh syukur suaminya tersebut. Soleh mengingat saat ia meminum air kembang dan kata-kata Kakek Jiwo.

KAKEK JIWO (V.O.)
Dunia lelembut merestui pesugihan sampeyan. Selamat.

Wajah Soleh memucat. Dia tak tahu harus bersyukur atau tidak karena telah menjadi kufur?


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar