Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pengorbanan Cinta David
Suka
Favorit
Bagikan
4. Bercerita
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Ini untuk ke dua kalinya David pergi ke rumah Hamdan dan untuk yang pertama kalinya dia bertemu dengan nyokap temannya itu, sambil menunggu David pun membuka ponsel Iphone miliknya ada banyak pertanyaan di pikirannya yang ingin ditanyakan kepada teman muslimnya itu.

Asing begitulah yang David rasakan di lingkungan barunya ini, bagaimana tidak selama tinggal di luar Negeri dia selalu berkumpul dengan gengnya di bar atau di caffe untuk sekadar beristirahat dan bermain sedangkan di sini? dia hanya memiliki dua teman saja itu pun beda agama dengannya.

"Woy sudah nunggu gue dari tadi? maaf ya," seru Hamdan dengan menepuk bahu David kasar membuat cowok itu sedikit kaget dibuatnya.

David membetulkan duduknya melihat kedatangan Hamdan, "Enggak, gue baru datang kok santai aja lo habis dari mana?"

Hamdan duduk di sebelah David, "Gue habis salat magrib di masjid depan."

"Dan, apakah salat itu semacam ibadah gitu bro?" seru David dengan menghadap tubuhnya ke arah Hamdan dia begitu antusias menanyakan hal yang sedang menghantui pikirannya.

Hamdan terkekeh mendengar pertanyaan temannya itu, "Iya benar salat itu ibadahnya orang islam yang wajib dilaksanakan dan tempatnya itu di masjid," jelasnya dengan tersenyum.

"Oh gitu, gue tadi di jalan lihat segerombol orang muslim yang hendak ke masjid dan gue penasaran kan ibadah apa yang mereka lakukan di dalam sana ternyata namanya salat," ungkap David dengan raut wajah yang mendadak menjadi nelangsa. "Gue jadi rindu ke Gereja," ujarnya lirih.

Mendengar kalimat terakhir temannya itu membuat Hamdan turut bersedih tapi dia tidak berani untuk bertanya lebih lanjut mengenai apa yang dilakukan teman barunya itu.

"Dan lo tahu Gereja di dekat di Jakarta?" pekik David dia ingin berkunjung ke rumah Tuhannya itu dan bersembayangkan di sana.

"Ada namanya Gereja Katedral Jakarta tidak jauh dari sini sangat dekat dengan monas, oh ya aku lupa kau pasti tidak tahu monas bukan? hehehe," ejek Hamdan dia tertawa terpingkal-pingkal.

'Gereja Katedral' David pernah dengar nama itu dari salah satu pembantu di rumahnya, "Diam lo!" bentak David dengan kesal.

Dirangkulnya bahu David oleh Hamdan, "Nanti jika tidak banyak tugas gue janji bakal bawa lo ke sana katanya sih ada sejarah mengenai pembangunan Gereja Katedral yang bisa lo ketahui nanti."

"Seriously? you dont lie to me?" seru David dengan mengulurkan tangannya untuk mengikat janjinya sembari menatap mata Hamdan mencoba mencari kebenaran dari perkataan cowok itu.

"Yes, Iam seriously," sahut Hamdan lalu menjabat uluran tangan David, "Gue gak akan berbohong sama lo tenang saja."

Dihempaskannya tangan Hamdan setelah temannya itu menyakinkan dirinya, begitu asiknya dia mempunyai teman baik seperti Hamdan selama tinggal di sini David akan terus memerlukan bantuan Hamdan sebagai warga asli Indonesia.

"Lo habis ngapain tadi kok gue telepon gak di angkat?" Sebelum pergi ke masjid Hamdan mencoba menghubungi David untuk datang ke rumahnya tapi tidak tersambung membuat dia penasaran.

"Tadi habis ada acara silaturahmi dengan tetangga baru di rumah gue, Nyokap gue buat makanan dan minuman gitu untuk warga komplek dekat rumah gue yang katanya mereka sedang menjalankan puasa syaban," terang David, pikirannya kembali teringat akan sosok cewek yang ditemuinya di rumah Tante Wilda yang tidak lain adalah anak tetangganya itu.

"Mau minum apa? maaf kalau rumah gue gak semewah rumah lo." Hamdan bangun dari duduknya berniat mau mengambil air minum untuk tamunya tapi tangannya di cengkram oleh David.

"Gak usah gue ke sini mau ngambil buku yang tadi pagi lo bilang sekalian mau ngajak lo jalan-jalan naik motor gue," sergah David yang ikut bangun dari duduknya.

"Gak salah lo mau ngajak gue jalan-jalan? bukannya kebalik ya, kan lo gak tahu daerah Jakarta bagaimana mau ngajak gue jalan-jalan," ceteluk David dengan sarkatis dia terkekeh mendengar ucapan temannya itu yang seakan-akan dia paling tahu dari pada dirinya.

"Hahahah iyaiya maksud gue lo harus ikut naik motor gue dan bawa gue ke suatu tempat buat nongrong," ralat David sembari memakai helmnya.

"Gue bawa motor sendiri aja, tunggu sebentar gue ganti baju dulu sekalian bawa bukunya." Hamdan berlalu masuk ke dalam rumahnya.

'Hah, gue sampai lupa di mana gue tinggal' desis David yang sudah duduk manis di atas motor ninjanya tidak lama kemudian Hamdan datang lalu mengeluarkan motornya.

"Ikuti gue!" kata Hamdan sebelum melajukan motornya, dia ingin membawa Hamdan ke tempat biasa dia nongkrong untuk menghilangkan rasa stresnya.

Motor David melaju mengikuti Hamdan dia begitu penasaran ke mana temannya itu akan membawanya, melihat kota Jakarta di malam hari nampak begitu indah apalagi gedung-gedung nampak begitu menyorot.

Lagi-lagi David melihat wanita muslimah yang sedang berjalan menuju masjid selain untuk ibadah salat apakah ada kegiatan lainnya yang dilakukan orang muslim pada jam segini? 'ah sudahlah mengapa aku begitu penasaran dengan mereka?' David berusaha mengabaikan pikirannya tentang apa yang dilihatnya.

Hamdan menghentikan motornya di sebuah tempat makan burger bertema Heavy Metal Rock ini bernama Lawless Burger Bar. Jika kalian familiar dengan artis Ghofar Hilman, tentu saja tidak asing lagi dengan tempat ini. Sesuai dengan tema yang diusung, Lawless Burger Bar mengusung warna hitam yang dominan pada interiornya, selain itu berbagai poster band juga terpampang di dindingnya. Salah satu menu andalan wajibnya adalah The Lemmy yang berporsi besar dan Montley Burg, ada juga beer dan menu lainnya. Lawless Burger Bar buka setiap hari dari pukul 11.00 – 23.00 WIB dengan harga menu dari Rp12.000 – Rp125.000/menu.

David melepaskan helmnya dan memandang tempat yang telah dipilih oleh Hamdan, "Wihh gue gak percaya lo punya suka nongkrong di tempat kaya gini," serunya merasa terpukau begitu melihat hiasan yang terpampang di sudut dinding.

"Yuk masuk gak usah bengong!" ajak Hamdan yang melangkah masuk terlebih dahulu.

Begitu sampai di sana Hamdan memilih tempat yang berada di pojok ruangan, pelayan pun menyambut kedatangan mereka serta memberikan mereka menu makanan yang akan dipesan.

"Samakan sama lo," seru David menyerahkan semuanya kepada Hamdan karena dia sendiri pun belum pernah makan di tempat ini.

"Lo tahu ini tempat kalau siang sampai sore ramai tapi kalau malam sepi dan biasanya gue mengerjakan tugas kuliyah di tempat ini bersama Alex," jelas Hamdan seperti mengenang masa-masa itu.

"Wahh," gumam David sembari bertepuk tangan, tempat perbedaan yang terlihat antara dirinya dan Hamdan bahkan tempat seperti ini pun dijadikan tempat belajar berbeda dengan David yang suka nongrong lalu bermain games atau minum anggur untuk sekadar menghilangkan stres.

"Lo suka minum anggur di Eropa?" tanya Hamdan dengan mengulurkan minuman coco-cola kepada David yang telah diberikan oleh seorang pelayan barusan.

Diraihnya minuman itu oleh David lalu diteguknya minuman itu sedikit, "Minum anggur menjadi minuman favorite gue selama di sana tapi di saat gue lagi kumpul bareng teman-teman doang."

Hamdan hanya menganggukan kepalanya ya bagaimana pun dia harus mengenal siapa sosok David yang menjadi temannya kini, "Apakah tidak berbahaya dengan tubuh lo?"

David tersenyum, "Gak sesering itu gue biasanya minum anggur hanya ingin melampiaskan emosi gue saja tapi tenang saja selama gue ada di dekat lo gue gak akan nyuruh lo buat minum itu karena gue tahu lo anak baik-baik," ujar David sembari menyapu pandangannya ke seluruh tempat ini.

Jujur saja memiliki teman yang berbeda keyakinan membuat Hamdan merasa canggung dia percaya pada David yang tidak akan mangajaknya kepada keburukan, ada rasa sedih dalam hati Hamdan yang tidak bisa dia ungkapkan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar